02 [✓]

1.5K 142 8
                                    

Aku tak setuju dengan kata orang bawah ‘Level tertinggi mencintai seseorang adalah mengikhlaskan’.
Jika seperti itu adanya, lalu apa arti dari perjuangan untuk selalu tetap bersama?
Apa arti semua sakit yang rela dirasa demi dua hati yang harus tetap bersatu?

Jika seperti itu adanya, lalu apa arti dari perjuangan untuk selalu tetap bersama? Apa arti semua sakit yang rela dirasa demi dua hati yang harus tetap bersatu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Om Rega!”

Meeira berteriak kencang, saat mata coklatnya melihat orang yang sedari tadi ia cari. Dengan langkah cepat, gadis itu menuju kearah seorang pria yang kini sedang tersenyum lebar.

“Om, Rara kangen banget.” Meeira memeluk Rega dengan erat. Menyalurkan rasa rindu akibat sudah bertahun-tahun tak berjumpa.

Rega turut membalas pelukan keponakannya yang kini sudah semakin besar. “Om juga kangen, Rara. Gimana perjalanannya? Lancar, kan?”

Meeira mengurai pelukannya. Kepalanya mengangguk dengan cepat. “Hm, lancar, om. Di pesawat Rara tidur aja. Jadi gak berasa apa-apa.”

Mendengar perkataan keponakannya, membuat Rega terkekeh kecil. Pria yang kini sudah menginjak usia kepala empat akhir itu mengelus surai lembut Meeira dengan hangat. “Alhamdulillah. Ya, sudah yuk, kita pulang. Tante Arna udah masak banyak nyambut kedatangan kamu.”

Rega meraih koper yang dibawa Meeira. Menuntun keponakan yang sudah ia anggap anak sendiri untuk keluar dari Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara.

“Rizky sama aa' Saki kemana, Om?” Tanya Meeira, berusaha mengimbangi langkah Rega yang besar.

“Rizky jam segini masih disekolah, Ra. Kalau Saki paling lagi nonkrong. Tau sendiri kamu anak itu kayak gimana.”

Meeira terkekeh kecil. “Masih suka keluyuran, Om?”

Rega mengangguk kecil. “Setiap malam, Ra. Om sampe capek nasihati si bandel itu kayak gimana lagi.”

“Rizky sama aa' tau Meeira mau pulang?”

Rega menggelengkan kepala. Membuka pintu mobil dan menjawab pertanyaan Meeira. “Belum. Sengaja gak Om kasih tau. Biar kaget.” Rega menatap Meeira, mengode keponakannya itu untuk masuk kedalam mobil. “Ayo, masuk, Ra.”

Meeira menurut. Masuk kedalam mobil dan melihat Rega yang sedang memasukkan barang-barangnya kedalam bagasi mobil.

“Rara gak sabar liat ekspresi Rizky sama aa' yang kaget liat Rara ada dirumah. Pasti lucu.”

Rega terkekeh. “Iya. Pasti kayak badut. Nanti jangan lupa kamu video, kan. Biar Om masukkan facebook.”

Meeira tersenyum lebar. Mengalihkan pandangannya, menatap dengan binar keramaian kota Bandung yang ia rindukan. Kenang-kenangan itu kembali berputar didalam otak Meeira. Kembali ke kota dimana ia dilahirkan dan dibesarkan, membuat Meeira terharu. Ia masih tak menyangka dengan berani akan menginjakkan kaki lagi di Bandung, kota yang dulu sudah sangat enggan untuk ia datangi lagi.

SadewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang