(Sad Ending) Dix - 10

2.8K 314 90
                                    


Hi, Anyeong, Hello

Update lagi untuk chapter ke 10.

Aku udah kasih tanda 'sad ending' mulai dari sini yah...

Oke, silahkan membaca dengan pelan supaya bisa dirasain gimana emosi dichapter ini.

Selalu berikan apresiasi kalian terhadap cerita ini...

Ramaikan juga kolom komentar dengan emosi kalian wkwkwk...








-Petite Princessè-

.
.
.

Rosè membuka matanya perlahan, menyesuaikan penglihatannya dengan sinar matahari yang langsung menghujam dirinya yang masih bergelung dengan selimutnya.

Oh, sudah pagi ternyata.

Penglihatan Rosè yang masih belum sepenuhnya jelas perlahan merotasi, seperti tengah mencari seseorang yang entah siapa. Hingga netra coklatnya menemukan sosok Jeffrey yang tampak sudah memakai pakaiannya kembali.

Hal itu sontak membawa Rosè pada ingatan mengerikan yang dia lewati semalam.

Selama beberapa detik setelahnya Rosè segera memutus kontak matanya pada Jeffrey yang sama sekali tak berekspresi. Dingin, terlalu dingin. Datar bagai menatap hamparan tanah kosong nan tandus. Wajah Jeffrey yang seperti itu sudah mampu membuat ulu hati si gadis berdenyut nyeri begitu saja.

Rosè menutup matanya perlahan diiringi dengan setetes cairan bening yang sengaja dia sembunyikan dibalik selimutnya yang juga dia angkat hingga hampir menutupi seluruh tubuhnya.

Ah yah, rasanya sakit. Seluruh tubuhnya terasa sangat sakit. Bahkan hatinya pun tak kalah nyeri dari sekujur tubuhnya.

Kenapa ? Kenapa harus seperti ini ? Kenapa ?

"Aku tak ingin siapapun tahu tentang kejadian semalam, pastikan kau menutup mulut mu dan merahasiakannya."

Rosè, dia mulai mengeratkan tangannya pada selimut.

"Jikalau bisa, akan lebih baik lagi kalau kau melupakan semuanya. Aku pikir itu akan jauh lebih baik untuk kita."

Lebih baik untuk kita ? Bukankah hanya untuk mu saja ?

Jeffrey hanya menghela napasnya kemudian karena Rosè sama sekali tak terlihat bereaksi.

"Bersikaplah seperti biasanya, kau paham ?" Itu perintah, penyampaian dengan nada suara yang pelan namun sarat akan keinginan untuk tidak dibantah.

Dalam hal seperti ini pun Jeffrey masih bisa melakukan hal sekejam itu padanya ? Apakah karena dirinya memang sudah tak seberharga dulu lagi ? Apakah Jeffrey seakan sudah tidak menganggapnya seorang anak lagi ?

Rosè lantas membuka selimutnya ketika mendengar suara pintu kamarnya tertutup. Jeffrey sudah keluar dari sana. Dengan tubuhnya yang kembali bergetar itu Rosè mencoba untuk melilitkan selimut ke tubuhnya, berjalan agak tertatih menuju pintu. Saat itu juga tangan bergetar Rosèanne dengan cepat memasangkan tiap kunci di pintunya tak ingin siapapun memasuki kamarnya dan melihat semuanya. Semua bekas perilaku Jeffrey padanya.

Rosè kemudian menjatuhkan dirinya dan menangis disana, memeluk tubuhnya erat dengan sesekali mengusapnya seakan tengah menyingkirkan sesuatu dari tubuhnya.

Tidak, Rosèanne tidak membutuhkan siapapun saat ini. Dia ingin sendiri, menangisi dirinya sendiri, meratapi dirinya sendiri. Tidak ingin siapapun tahu akan kejadian yang perlahan akan merubah hidupnya.

Petite Princesse | Jaerose | CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang