"Jadi, nama mu Berlian?" Tanya gadis bersurai hitam sebahu itu.Berlian tersenyum kecil lalu mengangguk. "Omae?" Tanya Berlian. ||Kamu||
"Ayane, watashi wa Ayane desu." Jawab Gadis itu. ||Namaku Ayane||
Berlian berohria. Keduanya kini berjalan menuju ruang kepala asrama, Ayane yang baik hati menawarkan bantuan pada Berlian.
"Di depan sana ruangan nya, pintu berwarna coklat. Di sana ada tulisan ruang kepala asrama." Berlian menatap pintu coklat yang berada dua meter di depan nya.
Berlian tersenyum lalu mengangguk. "Arigatou, Ayane-chan!" Ucapnya sambil sedikit membungkuk. ||Terima kasih||
"Iie Iie, sudah tugas ku membantu sesama. Kalau begitu aku pergi, Ganbatte ne. Ja mata!" Ayane pergi meninggalkan Berlian yang tersenyum. Ayane melambai kan lengannya dengan senyum lebar. ||Tidak, semangat ya, sampai jumpa||
"Bye bye, Berlian!" Teriaknya.
Saat tubuh mungil Ayane hilang di balik dinding putih, Berlian menghembuskan nafasnya berat. Ia menarik kembali kedua koper nya lalu mulai berjalan ke arah pintu coklat itu. Lengan nya terangkat guna mengetuk pelan pintu itu.
Tok tok tok
"Dozou haitte kudasai!" Suruh seseorang dari dalam. ||Silahkan masuk||
Berlian mendorong pintu coklat itu dengan pelan, ia melangkah pelan memasuki ruangan cukup besar itu. Ia kembali menutup pintu lalu menatap wanita berkacamata di depan sana. Berlian tersenyum manis sambil membungkuk.
"Isu ni suwatte kudasai!" Suruh Wanita itu. ||Duduklah di kursi||
"Hai, Arigatou gozaimashita!" Ucap Berlian. ||Baik, terima kasih banyak||
"Siapa namamu?" Tanya wanita itu.
"Hajimemashite, watashi wa Berlian Sahara desu, youroshiku onegaishimasu." Ujar Berlian dengan sopan, senyum nya terus mengembang kecil. ||Hallo, nama saya Berlian Sahara, mohon bimbingannya||
"Berlian eh? Kau salah satu murid pendatang dari luar Jepang. Tunggu sebentar." Ucap wanita itu sopan.
Wanita berkacamata dengan rambut cepol itu segera meraih telfon kabel yang tersedia di atas meja nya, ia menekan beberapa angka hingga menimbulkan suara samar. Wanita itu tersenyum ke arah Berlian.
"Datanglah ke ruangan ku, ada seorang murid di sini."
Sambungan telfon nya terputus. Wanita itu kini tengah sibuk mencari sesuatu, ia mengambil satu lembar kertas dan membacanya sejenak. Huruf Jepang tertera di sana, Berlian memang fasih berbahasa Jepang hanya saja ada beberapa kosa kata yang kurang ia mengerti.
"Kore." Wanita itu memberikan selembar kertas itu pada Berlian, lalu di terima dengan wajah yang sedikit bingung. ||Ini (Untuk benda yang berada di dekat si pembicara)||
Manik coklat gelap itu mengerjap pelan. "Nanda kore wa?" Tanya Berlian. ||Apa ini||
"Itu denah asrama, jadi kau tidak perlu bingung untuk mencari beberapa rute. Kau hanya perlu membaca dan mencocokkan nya dengan beberapa pintu. Di setiap pintu sudah ada nama nya." Jelas wanita itu. "Ah ya, nama ku Anko. Kau bisa memanggil ku Anko sensei. " ||Guru||
Berlian tersenyum lalu mengangguk. "Hai! Arigatou gozaimashita, Anko sensei!" Berlian senang, ia merasa sedikit akrab dengan guru baru nya. Ia pikir bersekolah di Jepang akan sangat rumit, apa lagi ia berada di Negeri orang. ||Iya, Terima kasih banyak, Guru Anko.||
"Iie, doutashimashite. Sudah kewajibanku membantu kalian di sini." ||Sama sama||
Tok tok tok
Berlian sedikit menoleh saat ada yang mengetuk pintu di belakang nya. Anko tersenyum lalu mempersilah kan seseorang di sana untuk masuk.
"Konnichiwa, Anko sama." Salam nya. ||Selamat siang, Nona Anko||
"Shizune, antar kan gadis ini ke Asrama nya. Di lantai 3, kamar nomor tiga ratus lima belas."
"Hai!" ||Iya||
"Ja ne, Berlian!" Ucap Anko dengan senyum manis. "Ganbatte ne!" Lanjutnya dengan kedua lengan terangkat. ||Sampai nanti, semangat ya||
"Hai~ Anko Sensei, konnichiwa." Jawab Berlian bersemangat. ||Baik, Guru Anko, selamat siang||
Pintu coklat itu tertutup sempurna, menyisakan Anko yang kembali sibuk dengan berkas nya.
•••
"Jadi kau berasal dari Indonesia, aku pikir sekolah di Indonesia jauh lebih baik dari pada di Jepang." Ujar Shizune.
Kini Berlian dan wanita berumur 32 tahun itu tengah berjalan melewati lorong yang mulai sepi, benar ini sudah hampir gelap, jam menunjukkan pukul 5 kurang 15 menit.
"Sekolah di Indonesia juga bagus, hanya saja aku butuh wawasan baru." Jawab Berlian.
"Ahh.."
Keduanya berjalan berdampingan. Tak ada percakapan lagi setelah itu, keduanya terdiam bisu.
"Ah, Berlian-chan. Di sebelah sana adalah Asrama laki laki." Tunjuk Shizune.
Berlian menatap dinding putih pucat berjarak 5 meter di depan mereka.
"Asrama nya memang dekat, tapi wanita dan pria di larang bertemu. Akan ada hukuman bila ketahuan bertemu." Jelasnya. Berlian menatap Shizune sejenak.
"Tapi saat di sekolah kalian bisa bertemu sepuas mungkin, karena sudah tidak ada larangan lagi. Sekolah kalian juga seperti sekolah pada umumnya wanita dan pria bisa bergabung dalam satu kelas. Di asrama ini, 1 kamar di isi oleh 4 murid." Lanjutnya.
Berlian mengangguk kan kepalanya tanda paham. Mereka menaiki anak tangga dan langsung di suguh kan lapangan asrama pria, daerah tangga nya memang sengaja di batasi oleh besi besi, jadi sulit untuk menyelinap. Tapi tetap saja mereka bisa saling tatap dari bawah ke atas atau sebalik nya.
"Kau tahu kenapa tangga ini di biarkan menghadap ke arah asrama pria?" Tanya Shizune.
Berlian menoleh, ia menatap Shizune yang menatapnya. Langkah mereka berhenti di belakang 3 orang gadis yang tengah asik berbincang menghadap ke arah asrama pria. Ternyata ketiga gadis itu tengah berbicara dengan lawan jenisnya.
"Anko sama sengaja membiarkan tangga ini menghadap ke arah asrama pria, walau di batasi pagar besi, agar mereka tetap bisa bertemu untuk sekedar menanyakan tugas atau berbincang. Murid di sini tidak boleh sampai stress hanya karena bosan, jadi di buatlah tangga ini." Jelasnya. ||Nona Anko||
Berlian kembali mengangguk. Lalu mereka kembali melangkah menaiki anak tangga.
Yaampun, ga jelas banget ya?? Maaf ya kalo banyak typo:'
Oh iya aku mau kasih penjelasan sedikit.
Konnichiwa (Selamat siang) bisa di ucap kan sampai matahari terbenam.
Sedangkan Kore menunjukkan benda yang dekat dengan si pembicara.
Kalo ada beberapa hal yang ingin kalian tanyakan, silahkan tanya.
Jangan lupa vote, komen, dan follow
9 Agust 2020
||TBC||
KAMU SEDANG MEMBACA
MITSUKI
Fiksi Remaja"Aku ingin terus mencintaimu, bolehkah?" Dia memang sudah melupakan ku, tapi aku tak akan pernah bisa melupakan nya. Tuhan pun tahu tentang hal ini, Tuhan tahu kalau hati ku masih menjerat hanya satu nama. Mitsuki. Takehiko Mitsuki Berlian Sahara Ha...