Berlian menoleh saat seseorang memindahkan ayam ke atas nampan nya, itu Izumi. Berlian mengedip pelan lalu menahan lengan Izumi yang hendak memindahkan potongan ayam lagi.
"Kau tidak suka sayur, jadi makan saja ayam ku." Ucapnya dengan wajah datar.
Berlian terdiam, lengan Izumi di tarik kasar oleh pemilik nya.
"Tidak apa apa, aku akan mencoba nya." Cicit Berlian.
"Makanan di sini di dominasi sayuran, aku tak yakin kau akan suka."
Izumi selesai memindahkan semua ayam nya, lalu dengan wajah tanpa ekspresi itu ia melanjutkan makan nya.
"Terima kasih." Berlian berbicara seolah olah teman nya itu mengerti. Izumi hanya diam dengan kunyahan nya terhenti, tentu saja ia tak mengerti. Berlian mengatakan nya menggunakan bahasa Indonesia.
Berlian yang sadar dengan kesalahan nya itu lantas menutup bibir mungil nya. Ia tersenyum malu malu ke arah Izumi.
"Aku lupa, Warui." Ucapnya. ||Maaf||
Izumi diam, ia tetap makan dengan hikmat. Sedangkan Berlian langsung menyantap makanan nya meski sedikit terpaksa.
•••
Kini mereka ber empat sudah berbaring di ranjang masing masing, Berlian fokus menatap langit langit kamar asrama nya, jam menunjukkan pukul set 10. Izumi, Kotone, dan Aki sudah tidur sejak tadi, menyisakan dirinya yang tak kunjung mengantuk.
"Kau harus segera tidur."
Berlian terlonjak kaget, ia menoleh melihat bayangan seseorang yang tengah duduk di tepi ranjang.
Kepalanya sedikit ia angkat, ternyata Izumi.
Berlian mendudukkan tubuh lalu menatap Izumi yang ternyata tengah sibuk dengan buku ber sampul bunga warna soft pink.
"Tidurlah." Suruh Izumi.
Berlian menggeleng pelan, ia menatap Kotone yang sudah pulas sambil memeluk boneka panda nya.
"Aku tidak bisa tidur. Kenapa kau tidak tidur, Izumi chan?"
"Aku harus menyelesaikan 7 lembar buku ku baru tidur."
"Apa kepala mu tidak pusing?"
"Iie." ||Tidak||
Berlian menuruni tangga ranjang nya, ia berdiri menghadap ke arah jendela yang menampakkan lapangan asrama.
"Aku mau ke toilet, Izumi chan mau ikut?"
Izumi menggeleng.
Berlian tersenyum lalu melangkah keluar kamar dengan pelan, menyusuri lorong yang sangat sepi. Tidak ada suara apapun kecuali langkah kaki nya.
Berlian sampai di tangga, ia menoleh menatap kearah lapangan asrama pria, ada seseorang yang tengah terduduk di sana.
Mata nya menyipit memperjelas penglihatan nya, gelap sekali tapi samar samar ia dapat melihat pria berkaos hitam dengan rambut acak acakan nya.
Duduk diam saja, apa ia tak bosan?
Berlian menghembuskan nafasnya lantas melangkah turun menuju lantai dasar, jika pengawas asrama sampai melihatnya di tangga akan jadi masalah.
Aturan nya cukup ketat, murid asrama harus sudah berada di kamar selesai makan malam, tak ada alasan apa pun untuk tetap di luar, kecuali ke toilet atau ke ruang kesehatan.
•••
"Bukan kah seharusnya kau sudah besar sekarang?"
Langkah Berlian terhenti, ia menoleh menatap ke arah kursi yang masih di duduki pria tadi.
Ternyata dia masih di sana.
Yang membuat Berlian tertarik dengan pria itu adalah bahasa nya, itu bahasa Indonesia. Bagaimana bisa? Apa dia juga berasal dari Indonesia?
"Kau pasti sangat cantik sekarang."
Berlian semakin di buat heran, kedua alisnya terangkat, ia mendekat ke arah jeruji besi yang menghalangi. Jemari nya menggenggam besi dingin itu.
"Sungguh, aku ingin melihat wajah mu."
Lagi lagi bergumam, walau samar samar tapi Berlian dapat mendengar nya dengan jelas, karena keadaan yang sunyi.
Pria itu tampak menghembuskan nafasnya panjang, lalu bangkit dari duduk nya dan hendak pergi.
"Hei!"
Pria itu menoleh.
"Apa yang kau lakukan di sini?"
Berlian gugup, Izumi mengaget kan saja. Aku pikir penjaga asrama.
"A-aku baru saja akan ke kamar. Kau mau kemana?"
Jelas Izumi tahu kalau Berlian tengah mengalihkan pembicaraan mereka.
"Aku mau menyusul mu, kau lama aku takut terjadi sesuatu pada mu."
Berlian tersenyum kecil. "Daijoubu desu. Arigatou, Izumi chan." ||Aku tidak apa apa, Terima kasih||
Izumi mengangguk. "Ayo kembali, pengawas akan keliling sebentar lagi."
Berlian mengangguk. Izumi berjalan mendahului nya, saat hendak melangkah tiba tiba saja kepalanya malah menoleh ke belakang, menatap pria yang ternyata tengah menatapnya.
Berlian terkejut lantas berlari menyusul Izumi.
Dia menakutkan.
•••
"Semalam kau bertemu dengan seseorang?"
Berlian menoleh menatap Izumi yang tengah asik membaca buku pink itu.
"Kenapa diam?" Tanya nya sekali lagi.
Kepala gadis Jepang itu terangkat menatap datar ke arah Berlian.
"I-iie! Aku tidak sengaja, semalam aku hanya mendengarnya berbicara menggunakan bahasa Indonesia, makanya aku sedikit tertarik." ||Tidak||
"Kau menguping?"
Berlian gelagapan. "Kenapa kau berpikir begitu, Izumi chan? Tentu saja tidak."
Di kamar hanya ada mereka berdua, Kotone dan Aki tengah olahraga di lapangan.
Izumi diam, ia enggan menjawab.
"Izumi chan, kau mengenal pria yang di bawah semalam?"
"Hm."
"A-apa d-dia berasal dari---"
"Hm."
Berlian mengangguk pelan.
"Aku senang ada teman dari satu negara yang sama dengan ku."
"Tidak, dia sudah lama tinggal di Jepang." Berlian menatap Izumi polos. "Ku rasa dia tidak akan senang dengan seorang gadis."
Berlian menatap Izumi. "Kenapa begitu?"
"Dia tidak suka di dekati wanita, mungkin."
Berlian sedikit terkejut. "Dia normal."
"Ah aku pikir---"
"Mitsuki."
"Heh?"
"Namanya Mitsuki."
Happy reading next chapter guys!
16 Agust 2020
||TBC||
KAMU SEDANG MEMBACA
MITSUKI
Teen Fiction"Aku ingin terus mencintaimu, bolehkah?" Dia memang sudah melupakan ku, tapi aku tak akan pernah bisa melupakan nya. Tuhan pun tahu tentang hal ini, Tuhan tahu kalau hati ku masih menjerat hanya satu nama. Mitsuki. Takehiko Mitsuki Berlian Sahara Ha...