"Hara yang di sana sangat cantik kan?"
Gadis bersurai sepinggul itu mendongak menatap langit malam yang di penuhi bintang bintang terang.
Bibir mungilnya melengkung indah seperti bulan sabit, mata bulatnya berbinar.
"Benar, yang itu paling indah."
Kedua bocah berumur 5 tahun itu tertawa pelan lalu saling menatap.
"Tapi tetap saja Hara yang lebih cantik." Ujar bocah lelaki berkaos oranye itu.
Pipi bulat gadis bernama Hara itu langsung bersemu merah, ia tersipu malu dan membuang wajahnya ke arah, hingga bocah lelaki itu tertawa senang.
"Kau sangat lucu, Hara!" Katanya sambil tertawa.
"Jangan seperti itu, Takehiko!" Rengek gadis berpiayam abu abu muda itu.
Kedua nya kembali saling menatap dan kembali tertawa.
"Lain kali kita lihat bintang bersama lagi ya, Hara."
"Hm! Pasti!"
•••
"Daijoubuka, Berlian?" Tanya seseorang di depan nya. ||Kau tak apa||
Berlian mengedipkan mata nya beberapa kali. Ia melamun rupanya, entah lah tiba tiba saja pikiran nya melayang jauh ke masa lalu.
Kepalanya menoleh menatap pria yang duduk di depan nya, itu teman baru Berlian, namanya Tohoni Yahiko. Mereka baru berteman sekitar dua jam yang lalu, tapi Yahiko terlihat akrab dengan Berlian.
"Hai, Daijoubu desu. Arigatou." ||Iya, aku tak apa. Terima kasih||
"Hontouni daijoubuka?" Tanya Yahiko sekali lagi. ||Kau benar tidak apa apa?||
Berlian mengangguk dengan senyum kecil nya. "Hm, daijoubu." ||Tak apa||
"Ah Yokatta...." ||Syukurlah||
Mereka berdua bertukar senyum lalu Yahiko kembali memutar tubuh menghadap ke depan.
Mereka memulai semuanya dari perkenalan, lalu saling berbincang bincang, dan berakhir belajar. Tidak banyak memang hanya mengenai Sejarah Jepang, untung Berlian sedikit mempelajari nya, jadi tak terlalu tabu untuknya.
Kini mereka tengah mencatat, akan di kumpulkan setelah jam istirahat, dan bel istirahat akan berbunyi sekitar 12 menit lagi. Ia sudah selesai mencatat dari 3 menit lalu, kini catatan nya juga sedang di pinjam oleh Yahiko.
Lagi lagi Berlian menghembuskan nafas nya malas, wajahnya ia tumpu lalu menatap ke arah luar jendela. Di sana masih sepi, mungkin jika sudah bel istirahat akan ramai.
Netra kembar itu semakin lama semakin sayup, Berlian menekuk kedua lengan nya di atas meja lalu menyembunyikan wajah nya di sana, ia mengantuk tapi telinga nya masih berfungsi dengan baik. Kedua mata nya sudah terpejam sempurna, rasa sejuk angin yang berhembus pelan dari jendela yang sedikit di buka menyentuh kulit telinga nya, kepala nya menoleh ke arah dengan mata yang masih terpejam, sekarang ia benar benar merasa nyaman, di tambah angin yang bertiup terkena langsung ke wajah nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MITSUKI
Teen Fiction"Aku ingin terus mencintaimu, bolehkah?" Dia memang sudah melupakan ku, tapi aku tak akan pernah bisa melupakan nya. Tuhan pun tahu tentang hal ini, Tuhan tahu kalau hati ku masih menjerat hanya satu nama. Mitsuki. Takehiko Mitsuki Berlian Sahara Ha...