13. Bunda

709 42 4
                                    

Suara langkah kaki yang tidak beraturan itu terus menggema di lorong rumah sakit, beberapa orang menangis melihat seorang wanita cantik kini terbaring penuh darah.

Hingga barakhir saat suster-suster meminta semua orang untuk tetap berada di luar ruangan. Terlihat saat ini bocah tampan itu duduk di bangku rumah sakit dengan membungkukkan bandannya, serta pundak yang terus bergetar.

Dia tidak sanggup untuk mengingat kejadian yang membuatnya shock berat, ketika melihat seseorang yang sangat dia sayangi mengalami kecelakaan tepat di depan matanya, saat seseorang itu ingin menghampirinya.

"Hiks.. Bunda, maafin Onyo, Onyo hiks.. Onyo nggak bisa jagain Bunda." Bocah tampan itu yang menyebut dirinya Onyo, bergumam dengan air mata yang terus mengalir.

Betrand mengangkat kepalanya menatap ruangan yang kini tertutup rapat, dan di dalamnya ada malaikat penjaganya.

Kembali dia menundukkan kepalanya. Derap langkah kaki seseorang mendekat ke arah Betrand duduk saat ini, yang tidak jauh dari seseorang itu.

"Onyo... Sini peluk Ayah." Ucap seseorang dengan intonasi seolah-olah dirinya tenang.

Betrand mendongakkan kepalanya menatap seseorang yang menyebutnya Ayah, dengan penuh harap.

"Bu-bunda baik-baik aja kan Ayah? Bunda bisa sembuh kan?" Tanyanya dengan nada penekanan.

"Iya sayang Bunda pasti sembuh." Jawab Ayah, dirinya tidak bisa menahan sesak di dadanya.

Ayah langsung memeluk putra kesayangannya, dia tidak sanggup melihat kini putranya sangat kesulitan untuk bernafas.

Detik berikutnya suara pintu terbuka menampilkan seseorang mengenakan setelan serba putih. Ayah dan Betrand langsung berdiri dan berkumpul dengan yang lain.

"Dok, bagaimana keadaan istri saya?" Tanya Ayah to the point.

"Maaf Pak, istri bapak saat ini membutuhkan donor darah." Ucap seseorang yang dipanggil Dokter.

"Saya siap mendonorkan darah saya dok." Sahut Ayah cepat.

"Baiklah yang ingin mendonorkan darahnya ikut saya karena akan di tes terlebih dahulu." Ucap dokter itu.

"Onyo, sayang disini dulu ya nungguin Bunda." Pinta Ayah, kepada Betrand.

Betrand hanya mengangguk pelan, dengan air mata yang terus mengalir. Menatap semua orang pergi mengikuti dokter itu.

Kini dia sendiri, mengingat kembali kebersamaannya dengan Bunda.

'Hallo Onyo..'

'Panggilnya jangan kaya gitu dong Bunda, kaya Cici tadi.'

'Hahaha.. hallo Onyo, Sayang I Love You..'

'Hehehe.. I Love You Bunda..'

'Onyo jangan kaya gitu! Tetot yaa..'

'Onyoo.. ayo belajar..!'

Betrand tersenyum dalam isak tangisnya yang kian menjadi.

Beberapa menit kemudian, semua orang telah kembali, namun dengan hasil yang mengecewakan. Beberapa orang darahnya cocok namun kondisi tubuhnya tidak memungkinkan, seperti tidak enak badan, ataupun yang lainnya.

Dokter juga tengah berusaha mencari stok darah apakah masih ada.

Betrand yang melihat semua keluarganya telah kembali, dia langsung berdiri, ketika dirinya ingin bertanya namun terhenti ketika melihat wajah-wajah mereka semua sudah mewakilkan.

Betrand melihat Ayahnya yang kini gelisah, serta anggota kaluarga lainnya pun juga sama. Betrand bingung, dia harus lakukan apa, semua sudah di tes, namun hasilnya nihil.

Hallo Koh [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang