Zemira
Wanita dengan paras cantik dan manis, rambutnya selalu terurai. Tidak bodoh dan tidak terlalu pintar, memiliki sikap penyayang dan pendirian teguh.
Hobinya mengambil gambar, tiap jepretan yang diambilnya selalu memiliki kesan dan makna yang berbeda, karena itulah cita-citanya menjadi fotografer.
Menurutnya setiap gambar dapat membantu mengekspresikan perasaan, mengurangi rasa sedih dan menambah kebahagiaan. Kamera adalah teman setianya yang memberikan banyak cerita indah dengan sejuta makna.
***
"Zemira!". Stella berjalan ke arah Zemira yang sedang asik mengobrol dengan Abian, mereka bertiga berteman sejah duduk di bangku SMP, mereka seperti saudara."Bisa-bisanya kalian ngobrol tanpa gue?!" Stella berkacak pinggang kemudian tertawa dan ikut duduk di samping Abian.
"Kita nungguin lo kok, makanya duduk disini" ujar Zemira. Yang kemudian di sambut oleh anggukan Abian.
"Ga nyangka banget gue, kita lolos rolling dan berhasil satu kelas lagi". Stella memasang wajah syok.
Abian memajukan bangkunya, "gue sih nyangka aja, soalnya kan kita udah belajar giat banget buat pertahanan nilai".
Zemira melirik Abian, "kita apaan, gue sama Stella doang kali. Lu mah udah pinter dari sononya, tuan Abian".
Abian tertawa kecil.
Stella menepuk pundak Zemira, "udah pada tau belum sih?"
"Apaan?!". Abian dan Zemira menoleh ke arah Stella.
Stella menoleh ke kanan dan kekiri, "WOY PENGHUNI KELAS SEMUANYA KUMPUL!!!"
"Kenapa stell?" Sorak bersahutan pertanyaan yang sama terlontar beberapa kali. Namun hening ketika stella menempelkan telunjuknya ke bibir.
"Disekolah kita ada murid baru, ganteng banget, dan dia pindahan dari luar negeri, OMG" Stella mengibaskan tangannya mengipasi lehernya sendiri.
"Seriusan aja lo stell, cuma berita kaya gitu doang lo bikin heboh satu kelas" Rio yang merupakan ketua kelas langsung mengomel.
"Bodo amat, yang penting dia bakal masuk kelas kita" Stella memakan kembali permennya.
"Kelas kita?" Tanya Zemira.
"Iye bolot. Namanya gam, gam gam. Agam. Namanya Agam" ujar Stella seraya menunjuk Zemira dan Abian sambil tersenyum.
Pintu kelas terbuka, siapa lagi yang membukanya jika bukan wali kelas. Semua murid yg menggerombol akhirnya bubar ke tempat duduk masing-masing.
"Masih suka mengobrol ya?" Pak Rasid masuk membawa penggaris kayu panjangnya, tidak disangka bahwa mereka akan mendapatkan walikelas seperti pak Rasid.
"Langsung ke inti saja, karena hari ini tidak ada mapel saya. Murid baru, sini!" Pak Rasid mengayunkan penggarisnya.
Lelaki tampan melangkah dengan sangat tampan, wah ketampanannya benar-benar kuadrat.
"Langsung, perkenalan." Pak Rasid memberikan kode.
"Nama saya Agam."
Pak Rasid tidak menoleh, "Agam?"
Agam diam, malas menanggapi.
Pak Rasid akhirnya menoleh, "Agam saja? Tidak ada yang lain? Nama panjang tidak ada?"
Agam menatap Abian dari tempatnya berdiri, Abian menelan ludah.
"Iya." ujar Agam.
Abian membuang nafas panjang, aliran darahnya pasti sedang tidak lancar.
Agam berjalan menuju tempat duduk kosong disamping Zemira. Yah, dia melangkah sebelum di persilahkan. Memang minim sopan santun.
Zemira menatap Agam, memang tampan tapi sangat dingin dan menarik. Zemira menegakkan kembali kepalanya yang miring karena terlalu lama menatap Agam, Zemira menggelang kuat.
Pasti gue gila
•••
Baca kelanjutannya ya>>>>Jangan lupa meninggalkan jejak 🌟🗨️.
Terimakasih😘 ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall for [On Going]
Teen Fiction"lepasin Zemira, Gam." Abian berkata lirih sambil memegang erat kerah baju Agam. Agam mendorong kuat Abian, "lo sendiri gimana? lo pikir lo lebih baik dari gue? anak haram?!".