Two

73 38 64
                                    

Untuk hidup bebas kamu harus mengorbankan kebosanan. Itu tidak selalu menjadi pengorbanan yang mudah.


Jam menunjukan pukul 23:30.

Samar-samar terdengar suara motor dari halaman.

"pasti anak itu" gumam Darius.

Agam membuka pintu dan langsung berjalan menuju kamar, meski Agam tau ayahnya sedang duduk di sofa Agam tetap mengabaikannya

"Agam!" Darius membuka suara.

Agam terhenti di tangga, membalikkan badan tanpa menatap ayahnya.

"Pukul berapa sekarang?" Tanya Darius.

Agam memainkan kunci motor dengan jari telunjuknya, mengabaikan sang ayah.

"Berkelahi dimana lagi kamu?! Berhenti merusak nama baik keluarga ini!." Darius meninggikan suaranya.

Agam masih diam, senyum kecil terukir di bibirnya.

"Apa sekarang kamu bisu?!" Ucap Darius.

Agam tertawa kecil, "ayah tidak lihat aku terluka?", Agam menunjuk memar di pelipis dan bibirnya.

Darius mengangguk, "ya, harusnya aku bersyukur karena tidak harus menjemputmu di kantor polisi dan menggunakan uangku untuk menebusmu."

Agam kembali menaiki tangga sambil menggaruk tengkuknya, "haish,, seharusnya dia menanyakan apa lukaku ini sakit atau tidak lalu menyuruhku mengobatinya."

Darius terdiam, seburuk itukah tindakan Darius pada Agam selama ini? Darius mengusap kasar wajahnya.

***
Pagi tiba, Sinar matahari memaksa Agam membuka matanya. Tubuhnya terasa pegal di setiap inci terutama pada bagian memar diwajahnya.

Setelah mandi dan bersiap Agam mengambil tas dan kunci motornya.

Agam menuruni setiap anak tangga dengan tergesa, mulutnya tak berhenti mengunyah permen karet.

"Agam!" Ujar Darius.

Langkah Agam terhenti, namun enggan menoleh.

"Berhenti mengunyah permen dan makan sarapanmu." Lanjut Darius.

Sedikit mengesankan, selama ini Darius mengasingkannya dan tak pernah menghubunginya. Tapi sekarang Darius memintanya untuk sarapan?

Rasanya Agam ingin menghampiri dan duduk disamping ayahnya. Sayangnya kaki Agam terlalu berat untuk melangkah ke meja makan, mengingat ada orang asing yang juga duduk disana.

Agam mengambil helm dan melanjutkan langkahnya tanpa mengeluarkan satu kata pun untuk menjawab pernyataan Darius.

***
Sekolah hari ini sangat berisik. Ah ini bukan sekolah tapi peternakan lebah. Semua orang mengocehkan topik yang berbeda-beda, mereka bahkan bergosip dengan suara lantang.

"Kenapa manusia disini sangat berisik" gumam Agam.

Agam memutuskan menjauhi gedung aula, apapun acaranya itu jelas membosankan.

Duduk di halaman belakang lebih menyenangkan bagi Agam, sangat tenang.

Agam memejamkan mata, menikmati setiap nada dari earphone yang melewati telinganya.

Agam membuang nafas kasar dan membuka mata. Zemira berdiri didepan Agam dengan senyuman, ada kamera yang tergantung di lehernya.

"Kamu ngapain disini?" Tanya Zemira.

Fall for [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang