one

92 46 53
                                    

Jam matematika selesai, pak Gatot meninggalkan ruangan. Zemira menatap ke arah Agam yang sedang merapikan buku-bukunya, senyum kecil terukir di bibir zemira.

Abian menghampiri meja Agam, "gimana? Lo punya kendala gak selama belajar tadi?" Abian tersenyum.

Agam membuang nafas kasar, memasang earphone dan menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya.

Wajah Abian terlihat menahan kecewa, mungkin karena Agam tidak menghiraukannya.

Abian mengangguk pelan, berpaling ke arah Zemira. "Mau kekantin?" Tanya Abian.

Zemira mengangguk pelan, "Stella, kantin yuk." Ajak zemira.

***
"Wah, gue gak nyangka banget si kalo Agam secuek itu" Stella memakan kentangnya. "Lo liat kan tadi? Dia langsung nyelonong gitu. Ganteng sih, tapi minim akhlak. Belom pernah aja dia sabet pake penggarisnya pak Rasid" sambung Stella.

Zemira menaruh gelasnya "siapa tau aja itu emang kebiasaannya dia, kan dia pindahan luar negeri".

Stella menyipitkan mata "lo barusan belain Agam, Zem?" Curiga Stella.

Stella menoleh ke arah Abian, "menurut lo omongan siapa yang paling masuk akal, Bi?".

Abian menghentikan kunyahannya pada coklat, memperhatikan kedua sahabatnya yang menatapnya dengan serius. "Apa?"

"Lo gak dengerin kita ngomong?" Stella bertanya sambil menggeleng pelan.

"Ngelamun kan lo, jangan mikirin rumus deh kalo lagi sama kita" keluh Zemira.

Abian tertawa kecil, "maaf ya, mungkin jawaban kalian bener semua."

"Maksudnya?" Tanya Zemira.

"Maksudnya, Agam bersikap tanpa akhlak karena terlalu lama di luar negeri?" Sahut Stella.

Abian tersenyum, "udah ah, bentar lagi masuk. Cabut yuk!".

"Kalian duluan aja, gue ada urusan bentar" ujar Zemira.

"Jangan ngadi-ngadi ya!" Ketus stella.

"Udah sana, nanti kalo gue telat bilang gue masih di toilet. Sana." Zemira mengusir Abian dan Stella.

Abian membuat tanda oke dengan jarinya, dan meninggalkan Zemira.

***
Abian kembali menoleh ke arah Agam, anak itu masih tidur?.

Zemira masuk kedalam kelas, 2 menit sebelum bel. Zemira menghampiri meja Agam dan menaruh permen karet di mejanya.

Agam mengangkat kepalanya dari meja, memperhatikan permen karet yang tergeletak di mejanya. Agam melirik Zemira yang sedang tersenyum.

"Buat lo, dari gue" Zemira tersenyum.

Agam tak bereaksi.

"Gue tadi gak sengaja liat isi tas lo pas lo masukin buku, gue fikir lo suka permen karet. Karena lo gak kekantin jadi gue beliin deh." Ujar Zemira.

"Terus?" Sahut Agam.

"Lo gak mau bilang apa gitu ke gue?" ujar Zemira penuh harapan.

Abian memperhatikan pembicaraan antara Agam dan Zemira, meski tidak yakin 100% tapi itu jelas rasa cemburu.

Miss Marry, membuka pintu. Menggagalkan rencana Zemira untuk PDKT dengan Agam.

Zemira memberikan tatapan kesal ke arah Miss Marry, kemudian tersenyum ke arah Agam "ngomongnya nanti lagi ya".

"Okey, everybody. Miss rasa kita tidak perlu perkenalan. So, open your book and keep silent." Ketus Miss Marry.

"Wait." Miss Marry menurunkan kacamatanya. "Ada murid baru dari luar negeri kan?"

Semua murid menatap Agam.

Miss Marry menunjuk Agam "yes, Agam."

Agam menoleh ke arah Miss Marry.

"Ya, maju kesini" perintah Miss Marry.

Agam melangkah menuju ke depan kelas.

"Wow, bajumu memang seperti itu?" Ujar Miss Marry sambil memperhatikan seragam Agam yang tidak dimasukan.

Agam tidak menjawab.

"Oke, no problem. This is your style. Right?" Sindir Miss Marry.

"And lawan bicaramu adalah.." Miss Merry melihat ke segala Arah, mencari siswa yang akan dijadikan target.

Zemira tampak memberikan kode agar Miss Marry memilihnya, tapi tidak akan berhasil karena semua perempuan dikelas juga menginginkan menjadi lawan bicara Agam.

"Oke, Abian. Maju please" pinta Miss Marry.

Keluh kesah dari siswa perempuan bersahutan, melontarkan kekecewaan.

"Topik pembicaraan kalian, silahkan tentukan sendiri. Bebas. Waktunya 5 menit aja".

Abian menatap Agam, pertama kalinya dia akan berbicara dengan Agam, setelah sekian lama.

"Hay, Agam. I'm Abian" Abian membuka pembicaraan.

"I know" sahut Agam, tak tertarik dengan topik pembicaraan.

Abian menelan ludah, mengatur nafas.

"How long have you lived aboard?" Tanya Abian.

"You know the answer" sahut Agam.

"What's wrong with you?! this is just a conversation, don't complicate it, Agam" (ada apa denganmu?! Ini hanya percakapan, jangan dipersulit.) Abian menaikan nada bicaranya.

Miss Marry melirik keduanya.

‌Agan tersenyum, "how about you?".

"Okey, timeout. Silahkan kembali".

Zemira memperhatikan Agam dan Abian, percakapan mereka seperti orang yang sedang bermusuhan. Zemira buru mengusir pikiran tidak masuk akal dari otaknya, mana mungkin mereka musuhan sedangkan Agam siswa baru. Gak mungkin kan gara-gara kejadian tadi siang.

***
Bel pulang sekolah berbunyi, siswa berhamburan keluar ruangan. Memenuhi setiap koridor.

Agam berjalan santai saat koridor mulai kosong. Earphone terpasang di telinganya dan seragamnya yang tidak sesuai aturan ditambah dengan wajah dan postur tubuhnya. Wah Agam memang laki-laki yang selalu jd favorit cewek-cewek.

"Agam!". Abian berteriak.

"Lo pulang bareng gue aja, ntar lo nyasar. Bokap,," Agam menghentikan langkahnya, membuat Abian juga menghentikan kalimatnya.

"Ga usah sok peduli, bisa? Gada siapa-siapa disini, gausah cari muka. Jaga mulut lo, jangan ngomong apapun sama gue. Gue bakal anggep lo gak pernah ada, lakuin hal yang sama!" Ujar Agam tanpa menatap Abian.

Abian mematung di tempat, matanya terpejam sejenak. Abian menarik nafas kemudian berjalan menuju halaman.

***
"Agam!" Zemira berlari ke arah Agam.

Agam memasang helmnya, mengabaikan Zemira.

"Agam, kamu budek ya?" Zemira mengatur nafas.

Agam menoleh.

Zemira menelan ludah, "Agam, kamu belum ngomong terimakasih. Buat ,huh, permen karet".

Agam mengeluarkan permen karet dari sakunya dan memberikannya kepada Zemira, kemudian meninggalkan Zemira.

"Hah?!" Zemira menatap permen karet di tangannya, "gak punya perasaan banget sih, mana ganteng lagi". Keluh Zemira.

•••
Baca kelanjutannya ya>>>>

Jangan lupa meninggalkan jejak 🌟🗨️.

Terimakasih😘 ❤️

Fall for [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang