40. Takdir, Di Depan Mata

1.7K 188 32
                                    

Taehyung
Malam ini, tepat pada pukul 22.00
Takdirnya...
====================================


Drrtttt... Drrrttt

"MAU APA LAGI NYONYA?!" sentak Jungkook setelah menggeser tanda terima di layar handphone nya. "AKU KAN SUDAH--"

"Aku juga sudah mentransfer semua uang yang ku janjikan" sela Hyunji di sebrang sana. "Plus bonusnya. Karena kau sudah menjalankan misimu dengan sangat baik dan--berhasil."

Terdengar kekehan iblis di ujung kalimat wanita gila itu. Membuat mata Jungkook memanas, juga emosinya--yang tiba-tiba ingin meledak seketika saat mendengar kata berhasil itu.

Ah sial. Jungkook mendadak kesal mendengar itu. Dia,...

Nuuttt....

Mematikan sambungan telpon itu secara sepihak.

Aaarrrggghhh...

Kenapa malah seperti ini. Bukan kah dia harusnya berterimakasih pada Hyunji untuk uang itu?! . Bukankah dia harusnya bahagia karena sebentar lagi, ayahnya--

Sial...

Kenapa dia mendadak ingin mengulang semuanya dari awal?! Ingin menolak tawaran wanita gila itu, juga-- ingin menjadi sahabat yang baik untuk Taehyung dan Jimin. Bukan seperti sekarang, Jungkook-- malah menusuk Taehyung dengan tangannya sendiri.

Jungkook. Kau benar-benar kejam pada Tae--

"CUKUP!!" Sentak Jungkook.

Entah pada siapa. Mungkin pada dirinya sendiri. Karena hanya ada dia di sini. Sendiri.

"Terserah. Aku tidak mau lagi. Aku tidak mau dan tidak akan melakukan hal gila itu lagi. Cukup. Aku sudah berhenti. Aku tidak mau lagi!!!"

JDDAARRR...

Sial. Petir itu mengagetkan. Membuat Jungkook yang sedang tersulut emosi, seketika terperanjat kaget dari tempat duduknya.

Halte.

Ah iya, hampir saja lupa. Jungkook sekarang tengah duduk di halte. Menunggu bus, lalu pergi menuju kantor polisi tempat ayahnya di penjara. Tapi...

Hujan...

Terserah. Jungkook tidak perduli. Mau hujan badai, hujan salju, hujan es ataupun hujan batu sekalipun. Tidak peduli. Jungkook akan tetap pergi menemui sang ayah malam ini.

Ah sial...

Karena ramalan cuaca itu. Transportasi umum tidak ada sore ini. Dan terpaksa Jungkook harus berjalan, setidaknya sampai menemukan sebuah taxi atau apalah itu yang penting bisa mengantarnya menuju sang ayah.

.
.

Di waktu yang sama, tepat pada pukul 18 kurang 18 menit. Sama seperti Jungkook, remaja pria ini, tengah duduk di halte bus yang tak jauh dari Rumah sakit--tempat tinggalnya. Menunggu transportasi umum, yang sampai sekarang tak satupun melintas di hadapannya.

Jimin.

Dia harus pergi sekarang juga. Menemui si wanita penolong itu. Juga--sekalian mencari sang ibu. Siapa tau saja ibunya belum tertangkap polisi, dan dia--bisa menanyakan detail kejadian itu. Tentang adiknya, ayahnya, ibunya... Juga--kebenaran yang sebenarnya terjadi.

Biarkan Aku Membencimu, Hyung! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang