Tak Kenal Maka Tak Sayang

10 1 0
                                    


Hai gaes! Sebelum kalian lanjut ke halaman selanjutnya biarkan gue perkenalin diri gue dulu. Soalnya kata orang kalau tak kenal maka tak sayang. Padahal di kehidupan nyata si doi udah kenal sama gue, tapi nggak sayang sayang. Aaa....

Nama gue Gani Pancawira. Sesuai nama belakang gue, gue anak kelima dari lima bersaudara. Otomatis kakak gue ada empat, empat-empatnya hidup semua. Gue absenin dulu satu-satu dari anak ke satu sampai ke empat. Yang pertama itu Kak Gilangga Samudra. Jangan salah fokus terus malah kebaca Gelangga Samudra yang ada nanti malah inget Ancol. Kan malah pengen liburan. Yang kedua kakak gue yang paling bawel, namanya Ginastri Mentari. Kelakuannya di luar imut-imut tapi kalau udah nyampe rumah amit-amit. Yang ketiga kakak gue yang rada mendingan, namanya Ginala Mentari. Namanya depannya mirip sama yang sebelumnya gue sebut karena mereka berdua kembar. Dulu waktu SD gue sempet nanya ke Bunda kenapa namain anak kembarnya mirip, kayak orang-orang. Kata bunda mending dimiripin biar kalau udah gede nggak ada iri-irian. Soalnya kalau sampai salah satu ada yang ngiri ribet ganti namanya lagi. Terus kakak gue yang terakhir namanya Gelbyn Lugas. Tingkahnya kayak goblin (bukan yang kayak di drakor ya gaes). Meskipun ada kata 'Lugas' di dalam namanya, Geblyn kalau marah nggak ada lugas-lugasnya. Kalau omelannya di ketik pas udah nyampe sehalaman, di halaman berikutnya ketikkannya bakal sama lagi kayak di halaman sebelumnya. Terus berulang-ulang, kayak lo minta fotokopiin halaman contekan yang temen lo bikin buat satu kelas ke abang fotokopian. Kira-kira segitu.

Gue paling suka kalau dipanggil, "Gan," terutama sama cewek. Soalnya kayak mau bilang 'Ganteng' gitu. Apalagi kalau yang manggilnya cewek cantik auto blushing muka gue kayak habis dijemur dilapangan gara-gara nggak bawa topi. Tapi kalau yang manggilnya guru killer kedengerannya jadi "Gangguan," di telinga gue.

Sebagai cowok yang lumayan jujur gue nggak akan ngaku-ngaku ganteng kok. Soalnya gue nyadar kalau gue nggak ganteng dalam standar cewek. Bahkan pas gue pakai kemeja hitam lenggannya digulung pun nggak bikin kadar ketampanan gue meningkat. Apalagi kalau di malam hari, gue jamin lo nggak akan tahu dimana keberadaan gue kalau gue nggak nyengir di depan lo.

Gue nggak ngelak kalau ada yang ngatain kulit gue item, dekil atau semacamnya. Toh emang bener. Yang gue kesel itu kalau ada ibu-ibu tetangga yang ngomentarin gue sambil bandingin gue sama keempat kakak gue yang kulitnya putih, bersih dan mulus. Apalagi kalau ibu-ibu itu udah menggosip, perihal perbandingan kulit gue udah berubah. Contohnya kayak bisikan Bu Marni yang tinggal samping rumah gue di teras, "Eh si Gani kok nggak mirip sama kakak-kakaknya ya. Apa jangan dia bukan anaknya Bu Rifka?" Habis itu ibu-ibu yang lain mulai saling mengatakan opini dan bukti-bukti yang menyatakan kemungkinan gue bukan anak kandung Bunda. Heran gue, Bu Marni kok bisa ya ngomong gitu di belakang bunda. Gue curiga jangan-jangan Bu Marni orang tua kandung gue lagi. Soalnya rambut, kulit sama giginya mirip sama gue. Buh! Lupain gaes, gue yakin sepenuhnya kalau gue anak kandung kedua orangtua gue. Titik.

Ya paling segitu aja pekenalan singkat dari gue buat kalian. Di halaman ini gue nggak akan ngasih tahu tempat, tanggal, lahir, alamat, zodiak, hobi kayak orang-orang. Kalian juga nggak akan ngasih gue kado kalau gue ultah kan. Kecuali diantara kalian ada yang mau menganalisa tingkat kecocokan hubungan diantara kita boleh, request aja, nanti gue DM di Instagram (khusus buat cewek aja, yang berbatang jangan). Buat kalian yang tertarik pada kisah ini jangan lupa balik halaman berikutnya


*****

Gimana guys? Apa kalian suka chapter ini? Kalau suka jangan lupa vote ya!  Tulis juga kesanmu ketika membaca chapter ini di kolom komentar.


5G [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang