Perkara Cium Tangan

5 1 0
                                    


Udah lumrah dari kecil kita diajarin buat cium tangan orang yang lebih tua dari kita di Indonesia. Gue rasa walaupun nggak cium tangan, dari Sabang sampai Merauke pasti ada adat atau kebiasaan untuk menyampaikan rasa hormat kepada orang yang lebih tua. Tapi khusus buat gue, gue ogah banget disuruh cium tangan si Geblyn.

Jarak umur gue sama Geblyn cuma beda setahun aja, kayak adik kelas ke kakak kelas lah. Lo juga pasti ogah kalau tradisi cium tangan dilakuin diantara adik kelas dan kakak kelas lo di sekolah kan? Apalagi kalau modelnya amit-amit kayak si Geblyn.

Kalau dulu pas pulang sekolah paling terakhir di rumah mau nggak mau gue harus nyalamin semua Kakak gue termasuk juga Geblyn. Dari semua Kakak gue cuma Geblyn aja yang ngasih muka songong ke gue. Belum gue cium tangan aja dia udah nyondorin tangannya kayak ibu-ibu pejabat minta dipedikur. Sialan.

Namun setelah berhasil menduduki bangku SMA dan mulai mempelajari pelajaran PKN secara mendalam akhirnya gue sudah bisa menemukan cara untuk membela diri atas perlakuan Geblyn ke gue.

Suatu hari ketika gue pulang terlambat karena latihan paduan suara semua anggota keluarga sudah berkumpul di depan TV lengkap dengan berbagai camilan dan teh di atas meja.

"Gani pulang!" ucap gue dihadiahi senyuman oleh para penghuni rumah.

"Tumben pulangnya lama?" tanya Ayah dengan ramah tanpa marah-marah.

"Tadi latihan paduan suara Yah."

"Ouh gitu. Kamu dari SMP udah ikut paduan suara tapi Ayah belum pernah denger kamu nyanyi."

Belum aja gue jawab suara Geblyn udah mendominasi, "Mana bisa nyanyi dia mah. Di sekolah juga cuma nyanyi bagian ujung lirik lagu aja." Nyinyir mulu si Geblyn. Lama-lama gue minta daftarin nomor WhatsApp lo ke grup Lambe Turah SMA Sendasari biar keluar sifat terpendam lo.

"Ayah aja yang nggak pernah denger. Soalnya Gani kalau latihan di sekolah mulu atau bareng temen di luar."

Gue mencium tangan kedua orangtua dan Kakak-kakak gue kecuali Geblyn tentunya.

"Eh eh mau kemana lo. Kok gue nggak disalam."

"Ih ogah banget gue salam terus cium tangan lo."

"Idih sekarang lo gitu ya sama Abang lo."

Gue yang baru buka pintu kamar balik lagi nyamperin Geblyn. Karena sedang iklan seluruh mata melihat ke arah gue.

"Pokoknya mulai sekarang gue nggak mau ya ngelakuin itu lagi ke lo. Bang kita kan cuma beda setahun doang. Masa iya gue harus cium tangan lo."

"Dari dulu biasanya lo juga cium tangan Geblyn kok. Nggak usah dipermasalahin kali," bela Kak Ginala. Yang lain tampak setuju. Emang kalau Kak Ginala yang ngomong kedengerannya lebih terpercaya.

Gue menatap lurus mata Kak Ginala, "Gini aja, Kak lo mau nggak cium tangan Kak Ginastri. Kalian kan walaupun lahir di hari, bulan dan tahun yang sama tetep aja Kak Ginastri duluan lahir dari pada lo." Hehe yang lain juga tampak setuju.

Kak Ginala meneguk ludah mencuri lirik kepada Kak Ginastri yang tengah tersenyum penuh kemenangan.

"Ogah banget. Apaan sih."

"Tuh kan lo juga nggak mau Kak. Jadi mulai sekarang gue nggak mau lagi nyium tangan Bang Geblyn. Boleh kan Bunda?" pinta gue sembari tersenyum manis. Bunda mengiyakan.

Gue masuk kamar terus nyetel lagu Drag Me Down-nya One Direction dengan volume kecil terus nari-nari, "Nobody, nobody, nobody can drag me down...."

5G [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang