Gue nggak pernah ditembak cowok karena gue cowok, gue juga nggak berharap itu akan terjadi sekarang sampai selama-lamanya.
Tapi meski begitu gue paham rasanya jadi Kak Ginastri.
Waktu SMP gue pernah nggak sengaja melihat seorang cowok dengan seragam yang sama dengan seragam Kak Ginastri menghampiri Kak Ginala yang baru pulang dari tempat lesnya. Gue ngintip dari balik tembok. Siapa tuh?
Cowok itu nyondorin cokelat sama Bunga Mawar pelastik. Pelastik, aih. Setelah itu dia berkata, "Gin, lo mau nggak jadi pacar gue? Gue udah suka sama lo dari kelas sepuluh."
Kak Ginala mengambil pemberian cowok itu. Mukanya merah banget, kayaknya kalau gue ceplok telor di dahinya sekarang udah mateng kayaknya.
Kak Ginala nggak langsung nerima, "Kok bunganya, bunga pelastik?" lalu senyum malu-malu. Bagus Kak. Jangan mau dikasih bunga boongan.
Cowok itu dengan semangat menjawab, "Emang kenapa? Aku sengaja lho beliin bunga bahan pelastik biar nggak akan pernah layu. Sama kayak rasa sayang aku ke kamu." Kak Ginala nyengir tanda kemakan gombalan murahan cowok di depannya. Ew...geli gue. Bisaan tuh cowok jawabnya. Gue ambil buku tulis sama kertas dari tas terus nyatet perkataan cowok tadi di halaman terakhir. Sip.
Mulut Kak Ginala terbuka kayaknya dia mau jawab iya. Tapi tiba-tiba aja Kak Ginastri nepok bahu gue.
"Woy ngapain lho!" Ucapnya keras-keras. "Ngintip siapa lo Gan?" Kak Ginastri ikut mengintip bersama gue. Sayangya objek intipan kami sudah melirik tajam ke arah tebok tempat punggung gue bersandar.
Kedua mata Kak Ginastri membelak terus nyamperin dua sejoli yang hampir jadian barusan.
"Rama ngapain lo di sini?" Gue ngekor dari belakang. Cowok itu tampak terkejut.
Mata Kak Ginastri menangkap bunga dan cokelat berbentuk hati yang ada di tangan kembarannya.
"Loh kok...." Cowok itu nunjuk kedua Kakak kembar gue secara bergantian.
Muka Kak Ginastri berubah sangar, dia berkacak pinggang, "Oh jadi ini ya alasan lo ngedeketin gue di sekolah. Ternyata lo naksir adek gue. Gue kira lo naksir gue. Gila lo bisaan!" Kak Ginastri melangkah masuk ke rumah. Gue bimbang mau ikutan masuk ke rumah atau enggak. Dari situasi saat ini pasti Kak Ginastri lagi ngamuk di rumah. Bisa dicakar gue kalau ke rumah sekarang.
So gue diem di tempat jadi nyamuk.
"Jadi sebenernya lo suka sama gue apa Kakak gue?" tanya Kak Ginala kesal.
"Gue suka sama Ginastri. Gue kira dia itu lo. Habis lo pas gue panggil Gin nggak nolak."
"Emang orang lain suka manggil gue Gin. Nama gue tuh Ginala Mentari. Karena kita sering disamain gue nggak mau sesekolah sama dia. That's why your uniform same as her. Gue kira lo beneran nembak gue. Karena nggak mungkin kan lo suka sama orang tapi nggak tahu tentang orang yang lo suka. You should know!" Kak Ginala meninggalkan kami berdua.
Gue sebagai adik cowok yang masih baru remaja dan nggak ngerti soal cinta-cintaan bisa apa....
Gue berkata, "Bang gue nggak tahu Abang siapa. Tapi masa Abang nggak bisa sih ngebedain mana yang Kak Ginastri mana yang bukan. Dari suara, potongan rambut, cara berpakaian dan tingkah laku mereka beda banget. Kalau Abang kenal Kak Ginastri mana mau dia dikasih bunga. Bunga beneran aja nggak mau apalagi bunga pelastik." Gue pergi ninggalin cowok tadi.
Hari itu kedua Kakak kembar gue diem-dieman.
Besoknya gue nguping dari bilik kamar. Kayaknya mereka berdua udah baikan. Dari percakapannya Kak Ginastri bilang cowok kemarin nembak dia, tapi dia tolak. Ya iyalah. Kasihan juga ya Abang yang kemarin, dia mungkin emang nggak tahu crushnya punya kembaran. Nggak apalah dari pada nanti salah gandeng orang.

KAMU SEDANG MEMBACA
5G [On Going]
HumorNama gue Gani, anak paling kecil di keluarga gue. Kalau diibaratin taneman tebu gue cuma jadi sepahnya doang, sisa-sisa. Aih. Gue punya kakak-kakak super cantik dan ganteng tapi gue nggak termasuk. Walaupun mereka orang yang berbeda mereka punya sat...