Author Pov
"Woii, tungguin guaa!!"
Arif berlari dengan tidak beraturan di lorong sekolah yang terbilang elit. Sekolah swasta memiliki eksistensi yang baik di kota itu. Mereka sangat disegani jika sanggup masuk dan bertahan di sekolah itu.
SMA Purnama, begitu terkenal di zaman itu. Tidak heran, banyak orang tua yang ingin anaknya bisa mengemban ilmu disana. Relasi untuk bekerja sangat terbuka disana, tidak perlu memikirkan apa yang akan dilakukan setelah tamat dari sekolah itu.
07.30 Pagi.
Bagas membuka pintu mobilnya dengan malas, pagi ini teman dari masa kecilnya nya datang lagi untuk sekedar menumpang mobil miliknya.
"Apaan sih, lu?"
Wajah Arif begitu lesu dan meminta belas kasihan dari nya, tidak peduli dia akan di marahi atau sekedar hendak memitingnya, dia adalah teman baik dari yang terbaik.
Aroma parfum itu sangat tercium harum lembutnya semerbak memenuhi sisi dalam mobil. "Parfum mobil lu gak berubah, ya. Gua jadi inget dulu pernah hampir makan tuh pewanginya, hahahah."
"Ya gimana, ya. Gua suka wanginya mau gimana lagi." Bagas menjalankan mobilnya menuju sekolah impian itu.
Pagi ini adalah hari dimana mereka masuk ke semester genap kelas X (sepuluh). Masih menyandang anak murid baru, sang junior yang harus berhadapan dengan senior otoriter.
Di pertengahan jalan, Arif membuka obrolan yang membuat Bagas heran untuk pertama kali.
"Kenapa lu gelisah banget kaya gitu?" tanya Bagas yang mata nya masih terpaku ke depan.
"G-gua bisa minta tolong, ga?"
Ekor mata Bagas kini melirik nya dan berhasil membuatnya mengernyitkan dahi. "Apa sih, ngomong aja langsung. Lu kaya baru kenal gua aja dah."
"Yaudah kalo gitu ntar pulang gua nebeng sama lu, ya?! Kali ini gua mintol banget sama lu."
"Gitu doang bngsd, kirain apaan. Yaudah sih nanti gua kabarin kalo udah di parkiran."
Arif tersenyum lega, pikirnya kali ini mungkin dia akan selamat. "Thank's bro."
Dua puluh menit berhasil mereka tembus dengan baik. Mobil pajero yang masih milik ayah Bagas itu kini bertandang di halaman parkir siswa/i.
Area ini sangat luas, berada pada halaman samping gedung utama yang dikhususkan bagi murid yang membawa kendaraan sendiri.
Di sebelah mereka, dua orang senior yang mereka ingat adalah orang yang menyuruh mereka mencari 10 keong/Siput yang berada di kolam ataupun tempat lain lalu menghancurkannya dengan batu di depan senior itu.
Anjirr, ngapain sih mereka disini, pikir Arif.
Salah satu dari senior itu membuang puntung rokoknya di dekat ban mobil Bagas. "Boleh juga mobil, lu. Bisalah diajak drift. Ya 'gak Ben?" tangan nya menyikut pelan teman nya itu.
"Gua ga ada waktu buat kaya gitu, Kak. Sorry kita harus masuk kelas." jawab Bagas.
Tangan kanan nya cepat mencengkram bahu Bagas erat, "Eitss, paan lu. Berani lu ngelawan kita? Hah??!!"
"Gua ga bisa, Kak. Gua udah minta maaf juga, kan? Yok, Rif. Pelajaran pertama masuk Bu Dwi."
Saat mendengar nama itu, kedua senior itu segera melepas cengkraman di bahu Bagas. Terlihat gelisah. "Awas lu ntar."
Bagas segera meninggalkan mereka dengan tidak mengambil peduli akan ancaman sang senior.
Arif memutuskan untuk ke kantin hanya untuk membeli minuman, ia hanya minum sedikit saat di rumah. "Lu duluan aja, Gas. Gua juga minumnya disini."
"Lu yakin? 10 menit lagi bel ini."
Sambil menyeruput teh dingin nya, Pak Gun berambut setengah botak sang dewa sekolah a.k.a BK seperti inspeksi siswa/i yang masih berada di kantin sekolah.
Bagas segera berlari meninggalkan Arif yang tengah meminum teh nya setengah.
Saat Arif hendak menyusulnya, sial! Tali sepatunya kiri nya tiba-tiba lepas karena longgar. Ia segera menunduk di bawah meja dengan kesempatan menghabiskan teh itu karena ia adalah anti mubazir-mubazir club.
Pak Gun kini membelakangi arah Arif berada, seketika secepat kilat menyusul Bagas yang sudah dahulu pergi. Dinding yang terpisah itu menyelamatkan nya dari siksa hukuman sang dewa.
"Woii, tungguin guaa!!"
----
Pembuka nya sudah hadir, nih.
Semoga kalian yg baca suka yaa🙆
Luv❤Chamodark.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Don't Think So
Teen FictionBeberapa hal tidak hilang, hanya tersesat dalam kebutaan pikiran dan jiwa. Kau harus bisa mengendalikan zat yang berkuasa atas tubuh itu, dialah sang emosi. Bagas sang manusia "Penegak Keadilan" akan mempertaruhkan nyawa nya menghadapi iblis berkedo...