➥ D-6

2K 357 87
                                    


- Hari minggu. -

Oikawa
Aku tidur dengan nyenyak!
Bagaimana dengan mu?^^
06:00

2 notifikasi pesan dari Oikawa mengambang di layar ponsel milikku. Sungguh, aku sama sekali tak punya keberanian hanya untuk sekedar membaca pesan darinya.

Rasanya begitu hampa, tak ada satupun hal yang ingin ku lakukan saat ini. Obrolan ku bersama Iwaizumi kemarin terus berputar di kepalaku, terus terlintas tanpa henti.

Timbul rasa sakit dan bersalah secara bersamaan dilubuk hatiku. Bibirku tak henti-hentinya mengucapkan nama Oikawa, meminta maaf untuk segala tindakan ku yang kasar kepadanya. Dia pria yang baik, aku yang salah.

Pusing. Dunia serasa berputar dengan cepat. Pikiranku kacau, memikirkan bagaimana perasaan Oikawa saat ini, memikirkan bagaimana ia bisa dengan rela meninggalkan latihan voli yang sangat ia gemari itu, memikirkan bagaimana dirinya hampir tak tertidur hanya karena aku.

Langkah kaki ku gontai menuju kamar mandi. Diriku mulai mencuci wajah yang nampak begitu berantakan saat ini, facial wash ku taruh diwajah secara kasar. Aku terus merutuki diri sendiri, kenapa aku bisa sejahat itu kepadanya?

Ku tenggelamkan diriku kedalam bak mandi berisi air hangat itu, membersihkan seluruh tubuhku. Aku terdiam, sel-sel otakku sibuk menyusun hal-hal yang diperlukan untuk meminta maaf kepada Oikawa.

Tumben. Biasanya aku tak selama ini berada dikamar mandi. Yang biasanya hanya sekitaran 15 menit, kali ini menjadi 25 menit.

Ku buka lemari bajuku, mengambil pakaian yang cocok untuk dipakai menonton pertandingan tim bola voli sekolahku. Sesuai permintaan Iwaizumi, hari ini aku akan datang menonton mereka.

Outfit yang ku pilih termasuk simpel. Kaus lengan panjang berwarna biru tua, rok panjang berwarna hitam, masker berwarna putih, flat shoes bewarna senada dengan kaus yang ku gunakan, dan tas selempang kecil.

''Baiklah,'' ucapku, lalu pergi meninggalkan rumah.

🌿

Diriku sudah sampai ditempat dimana pertandingan akan dilangsungkan, rasanya aku sedikit ragu untuk masuk.

"Oh, kau beneran datang?"

Sontak saja aku berbalik, sesuai dugaan. Aku benar kalau yang baru saja berbicara itu adalah Iwaizumi.

Dengan gugup aku menjawab. "I-iya...."

"Tenang saja, akan ku rahasiakan. Sepertinya dia juga tak akan sadar akan kedatangan mu." Iwaizumi tersenyum, lalu pergi dari hadapanku.

Sorakan para pendukung tim sekolahku terdengar sangat nyaring, bahkan aku saja yang sengaja duduk menjauh dari para tim pendukung itu pun dapat mendengar suara mereka dengan jelas. Kedua mataku menelusuri setiap isi tempat ini, mencari-cari dimana keberadaan Oikawa.

Ketemu! dia terlihat sedang berebut bola yang baru saja mengelinding kearahnya. Lihatlah, dia itu angkatan kelas 3 tapi sifatnya seperti seorang anak kecil berumur 5 tahun. Dia melepaskan tangannya dari bola tersebut dan membuat lawannya itu jatuh, lalu tertawa dengan suara yang dibuat-buat.

''Lucu,'' batinku.

Tak lama setelah itu, kedua kapten tim mulai berdiri berhadapan satu sama lain. Saling berjabat tangan dan menentuan tim mana yang akan melakukan dan menerima servis. Jika ku perhatikan baik-baik, tim Oikawa lah yang mendapat bagian untuk melakukan servis terlebih dahulu.

''Haaah, masih awal-awal mereka sudah harus berhadapan dengan servis milik Oikawa." Secara tidak disengaja, gendang telingaku menangkap pembicaraan dari pendukung tim lawan.

''Servis oikawa...memangnya servisnya itu seperti apa sampai dia terlihat panik seperti itu?'' Pikirku.

Ku perhatikan oikawa dari ujung lapangan yang mulai bersiap untuk melakukan servis, tatapan matanya begitu serius, aura mengitimidasi terlihat begitu jelas darinya. Nyaliku seketika menjadi ciut. Servis yang ia berikan begitu kuat, tetapi berhasil dikembalikan oleh lawan. Oikawa nampak kecewa, begitupun denganku.

Oh? Iwaizumi akan melakukan servis juga. Sial melihatnya saja membuatku merasa sedikit lebih baik. Servis yang ia berikan memang tak sekuat servis yang dilakukan oleh Oikawa, tapi tetap dapat dikatakan sebagai servis yang sulit umtuk diatasi.

Pertandingan berjalan dengan sengit, kedua tim tak ada yang mau mengalah dalam hal mencetak poin. Servis kuat terus dilayangkan oleh kedua tim, bola yang berdatangan dari tim lawan terus dicoba untuk dikembalikan dengan sekuat tenaga.

Tiba-tiba saja tubuhku merasa merinding saat melihat oikawa akan melakukan servis lagi, auranya benar-benar tajam, sorot matanya seaan-akan berkata "akulah raja dilapangan ini". Ketika telapak tangannya telah memukul bola, sesaat kemudian bola tersebut melesat dengan cepat dan membuat suara dentuman yang sangat keras. Sayang sekali bola tersebut keluar dari lapangan.

''Apa-apaan itu?!'' Entah sudah yang ke berapa kalinya aku merasa kagum dengan Oikawa.

Oh tunggu sebentar, apa ini? Pelatih mereka memasukkan orang lain untuk menggantikan posisi Kunimi?

''Aku tak pernah melihat dia sebelumnya."

Iwaizumi melakuman servis. Keren seperti biasanya. Bola berhasil dikembalikan oleh tim lawan, saat Oikawa mulai bersiap untuk melakukan toss, orang baru tersebut berlari dan merebut bola yang seharusnya diberikan untuk Kindaichi.

''Waw, Kindaichi pasti merasa kesakitan.''

🌿

Keadaan semakin terasa menegangkan, dentuman keras dari bola terus terdengar. Entah sudah berapa banyak servis kuat yang kedua tim keluarkan, benar-benar tak ada yang mau mengalah untuk berebutan mencetak angka. Teriakan untuk tidak patah semangat karrena gagal mencetak angka juga ikut terdengar.

Sorak-sorak dari tim pendukung ikut mendominasi, keadaan menjadi sangat ricuh apalagi saat ini merupakan babak terakhir untuk kedua tim berebutan tiket agar dapat lanjut ke pertandingan selanjutnya.

Tentu saja orang yang paling menarik perhatian adalah Oikawa, sejak babak pertama hingga babak terakhir ini ia terus melakukan servis yang sangat luar biasa hebat hingga membuat tim lawan kewalahan. Dirinya benar-benar serius ingin mengalahkan tim tersebut.

''Oh astaga!'' Secara reflek aku bangkit dari dudukku.

Kedua mataku fokus memperhatikan Oikawa yang menunjuk kearah Iwaizumi, dari jarak jauh ia melakukan sebuah toss. Bola tersebut ia berikan untuk Iwaizumi. Badannya berhantaman dengan kursi, pasti sangat menyakitkan.

Bola tersebut di spike dengan keras oleh Iwaizumi, tetapi tim lawan masih berhasil untuk mengembalikannya. Tak ada celah dalam kedua tim ini, bola tersebut masih melayang diudara, tak ada yang mau menyerah untuk memperebutkan angka.

Sampai pada akhirnya, bola tersebut berhasil dijatuhkan dilapangan milik tim Oikawa oleh seorang pemuda bersurai oren dari tim lawan.

Selesai. Angka terakhir telah didapatkan oleh tim lawan, dengan ini tim Oikawa dinyatakan kalah dengan telak.

''Permainan yang hebat, Oikawa-kun,'' ucapku. Sebuah senyuman tipis terlukis di wajahku.

Aku pergi meninggalkan tempat tersebut, diriku tak kuasa menahan tangis. Sekarang aku paham rasanya, rasa sakit yang juga dirasakan oleh Oikawa.









- Hari minggu, selesai. -

















Sedgurl.

PDKT 7D • Oikawa Tooru •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang