SD 11

1.1K 82 8
                                    

Dan disinilah kami, duduk berhadapan. Dia bersandar dikursi dengan tangan bersidekap didada. Menatapku dalam diam. Sementara aku duduk tegak dengan melihat kearah jendela cafe yang padat kendaraan.

"Kamu... Apa kabar" Kalimat pertama yang chanyeol ucapkan padaku setelah beberapa detik terdiam.

"Baik" Ucapku singkat. ingin rasanya aku pergi dari tempat ini. Aku tak kuat berlama-lama berhadapan dengan sosok yang masih berpengaruh untukku.

"Kemana saja selama ini?"

"Kenapa? Aku ingin pergi kemanapun itu bukan urusanmu tuan chanyeol" Ucapku dengan menatap matanya menantang.

"Aku mencarimu" Matanya yang sedari tadi tak lepas menatapku.

Aku menghembuskan nafas dengan kasar, "mencari? Kau mencari ku? Untuk apa, kau sendiri yang membiarkanku pergi bukan?" Ucapku sedikit sarkas pada  pria itu.

"Aku mencintaimu" Ucapnya dengan ekspresi yang sama dingin dan mengintimidasi.

"Ciihh... Kau mencintai ku? Lalu kenapa kau memilih istrimu dulu. Kenapa? Kau egois chanyeol" Aku berusaha menahan air mataku agar tidak mengalir.

"Lihat! Sekarang kau bahkan tak bisa berkata" Hatiku sakit saat memori ku kembali pada waktu itu. Dimana aku seperti tidak punya harga diri, berharap ia bisa memiliki park chanyeol. Namun hal itu tidak terjadi, jelas chanyeol akan memilih istri dan anaknya.

"Aku punya alasan" Ucapan pria itu kembali menyadarkanku dari bayangan masalalu.

"Ya jelas alasanmu karena kau masih mencintai wendy bukan? Dan kau tak ingin cerai dengannya" Ku alihkan pandanganku pada jendela. Ah, ternyata hujan sudah mulai turun.

"Aku tak pernah mencintai wendy" Aku mencoba memejamkan mataku sambil menarik nafas dalam dan menghembuskan nafas perlahan. Aku mulai fokus menatapnya.

"Aku tidak ingin Sean..dia masih kecil untuk mengerti masalah iini, aku menunggu waktu yang tepat" Ucap chanyeol.

"Lalu kenapa dulu kau ingin menceraikan istrimu itu? Bukankah itu terjadi sebelum kita bertemu?" Aku tak paham apa maksud chanyeol.

"Kau tak perlu tau.. Yang perlu kamu tau, aku sangat mencintaimu rose" Aku memejamkan mataku. Cinta? Apa ini yang dinamakan cinta? Cinta seperti apa bagi seorang pria yang sudah memiliki keluarga.

"Bisakah kita seperti dulu lagi? Menjadi sepasang kekasih" Ucapnya mulus tanpa ragu. Aku menatap wajahnya yang kini seperti mengharapkan jawaban.

"Tidak... Aku tidak mau mengulangi kesalahan yang pernah kulakukan"

"Kesalahan apa? Tidak ada yang salah disini.. kau masih mencintai ku kan?" Aku menundukkan kepalaku. Rasanya tak sanggup lama-lama berhadapan dengan chanyeol.

"Tidak" Ucapku lirih.

"Tatap mataku, katakan sekali lagi jika kau tidak mencintaiku" Aku mengangkat kepala lalu membalas tatapan chanyeol.

"Tidak. Sudah cukup aku tak mau melanjutkan pertemuan ini lagi" Segera aku berdiri dan menenteng tas lalu melangkah keluar cafe meninggalkan chanyeol yang masih didalam sana. Dadaku sesak, air mataku yang kutahan sedari tadi kini tumpah. Aku tak bisa membendungnya lagi. Kenapa mencintainya sesakit ini.

Ku berhentikan taksi yang baru saja menurunkan penumpangnya. Segera aku buka pintu, Namun tangan lain dari arah belakangku menutupnya kembali lalu menarikku menuju mobilnya.

Aku hanya pasrah saja, tak melawan apalagi berusaha keluar dari mobil. Aku menangis semakin keras, saat lengan besar itu menarikku kedalam pelukannya.

"Maafkan aku" Bisik chanyeol lirih lalu kurasakan kecupan di pelipisku.

"Kau jahat.. Hiks, aku membencimu park chanyeol.. Tapi aku mencintaimu" Aku membalas pelukannya,wajahku semakin merapat pada dada bidangnya.

"Aku juga mencintaimu rose" Untuk sementara yang aku inginkan seperti ini, aku ingin dipelukan pria ini lebih lama. Tak ingin melepaskannya.

****

Baru saja rose memasuki gedung kantor, ia langsung menghampiri meja resepsionis.

"Kak Irene, aku minta maaf tadi pergi begitu saja tidak mengabarimu dan yang lain" Ucap rose tiba-tiba membuat Irene sedikit terkejut.

"Ah, rose kau dari mana saja? Kau tau kita semua mencarimu di keliling restoran" Ucap Irene dengan nada marah, lebih tepatnya pura-pura marah.

"Hehehe... Tadi aku bertemu dengan teman lamaku dan ingin ngobrol2 denganku, karena dia buru-buru langsung mengiyakan" Jawab rose tak sepenuhnya bohong, karena teman yang dimaksud rose adalah chanyeol.

"Eemm baiklah aku maafkan, tapi lain kali jangan kabur kaburan lagi" Rose menganggukan kepalanya dengan senyum lebar.

"Yaudah kak aku keatas dulu ya.. Byeee" Rose langsung berlari saat pintu lift khusus direksi terbuka.

Irene yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah rose..
*
*
*

Rose baru saja duduk di meja kerjanya, namun tak berapa menit ia menghela napas saat terdengar suara bosnya. Siapa lagi jika bukan june.

"Dari mana saja, sampai terlambat masuk kantor?" Pria itu bersandar di kusen pintu ruangan rose dengan tatapan dinginnya.

"Maaf, aku tadi ada urusan mendadak" Jawab rose lemah, ia akui telah salah pada june seharusnya sebagai sekretaris ia lebih disiplin.

"Urusan bertemu dengan suami orang benar?" Kini pandangan rose tertuju pada june yang masih menampilkan raut wajah dingin dan tajam.

"Apa maksud mu?" Tanya rose yang kini berusaha tenang mengendalikan dirinya untuk tidak terpancing.

Kini june melangkah lebih dekat d3ngan rose yang sudah berdiri di samping meja kerjanya, "bodoh!! Jangan kira aku tak tau jika kau ada hubungan dengannya sebelumnya, sadarlah rose dia pria beristri kau akan menyakiti perempuan yang kini berstatus istri dan ibu dari anaknya"

"Aku tau! Tapi dia tak menginginkannya, dia hanya mencintaiku bukan istrinya" Ucap rose dengan kesal memandang june.

"Dan aku mohon kau jangan ikut campur dengan urusanku, kau bukan siapa-siapa ku tuan junee yang terhormat" Setelahnya rose pergi dengan membawa tasnya kembali meninggalkan bosnya yang kini menahan amarahnya.

"Aku tak ingin kau terluka lagi rose..aku tak ingin kau hancur" Gumam lirih junee setelah rose sudah keluar dari ruangan itu.

Didalam taksi, rose menangis dalam diam dengan pandangan mengarah pada jalanan, "kau benar junee, aku wanita bodoh yang menghancurkan rumah tangganya.. Tetapi apa kau tau? Aku selama ini harus menahan sakit saat pria yang kucinta masih langgeng dengan istrinya. Aku ingin memilikinya, aku tak peduli dengan perasaan wanita itu" Ucap rose dalam hatinya.

***

Awas typo bertebaran!

Maaf banget kalo update nya lamaaa.. .

Dan maaf banget kalo update kali ini gak nyambung atau kurang sreg.. Semoga terhiburrr.. 😊

Jangan lupa vote and comment 👇👇

Sugar Daddy [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang