DUA PULUH EMPAT-SAJAK

19 13 0
                                    


Hujan riuh,  hatiku tidak.
Teh yang kuseduh hangat, hatiku tidak.
Keduanya menghalangiku dari mendapatkan setidaknya siluet-mu dulu.

Aku sudah terlarut,
Bukan pada nikmatnya Hujan ataupun wanginya teh melati.
Melainkan gelombang perasaan ini.
Semakin hari-semakin menjalar.

Sangat otoriter, memonopoli ragaku.
Hingga inginku, hanya kamu.

-Manusia Dingin-

Aksara dari sudut jendelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang