Kisah sepasang kakak beradik pemilik Brothers Coffee Shop dalam usaha mereka untuk mendapatkan pasangan impian mereka. Dengan dukungan satu sama lain, dan bantuan dari teman-teman disekitarnya, mereka akhirnya mulai memberanikan diri untuk mengambil...
Dengan gontai, Irma melangkahkan kakinya memasuki kantor, melewati Nad dan Diana yang sedang membuat kopi dan teh pagi. Keduanya langsung saling melihat dengan tatapan bingung satu sama lain.
"Eonni, Irma kenapa lagi?" Nad bertanya kebingungan sambil menyikut Diana, "biasanya pasangan yang baru jadian itu kan selalu tersenyum... Kenapa dia malah lemas seperti itu?"
"Kau dulu waktu awal-awal jadian dengan Sungjin, selalu tersenyum ya?" tanya Diana yang langsung dijawab cepat dengan senyum lebar dan anggukan kepala oleh Nad.
Diana langsung menatap datar ke arah Nad dan menghela napas, "Aku salah bertanya..."
Nad pun menyeringai menanggapi ucapan Diana.
Sambil sesekali meniup teh panasnya, Nad mendekati Diana dan berbisik, "Eonni, ayo kita coba tanya Irma kenapa?"
Mengikuti usul Nad, Diana pun segera meletakkan gelas kopi yang dipegangnya di atas meja kerjanya dan langsung mengikuti rekannya itu mendekati meja Irma.
"Irma-ya... Kau kenapa?" tanya Nad pelan.
Irma melihat lemas ke arah Nad dan Diana, "Eoh? Ehmm... Tidak ada apa-apa."
"Eyyy...." Nad langsung membantah alasan Irma, "Tidak mungkin tidak ada apa-apa."
Irma hanya menatap lemas ke kedua temannya ini.
"Boun?" tebakan Diana membuat Irma terkejut. Matanya langsung menatap wajah Diana tanpa mengedip, begitu pula dengan Nad.
'Uwah, yeoksi, Diana Eonni! Langsung tepat sasaran!' batin Nad dalam hati sambil tersenyum dan menatap Diana kagum.
Melihat reaksi Irma, Diana langsung tersenyum, "Benar tebakanku kan?"
"Kau sudah resmi berpacaran dengan Boun??" Nad bertanya dengan semangat.
Mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Nad, Irma hanya bisa menggelengkan pelan kepalanya.
"Lalu apa yang kau pikirkan??" tanya Nad lagi, "Abaikan saja kalau dia memang tidak menanggapimu..."
Diana buru-buru menyenggol Nad dan menyuruhnya diam, lalu segera menepuk lembut pundak Irma, "Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Sifat jelekmu cuma satu, kau terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh..."
"Kau mau teh hijauku ini?" Nad menawarkan minuman yang masih Ia pegang daritadi, "Siapa tahu bisa membuatmu jauh lebih tenang..?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Irma menggelengkan kepalanya, "tidak usah Nad. Tidak apa-apa. nanti aku bikin sendiri saja..."