"Aku mau bunuh diri aja!" teriak ku dengan isakan tangis, di depan Mama tiri dan Adik tiriku. Aku gak tau, Aku seperti bukan diriku sendiri. Di saat ini hatiku benar-benar sangat hancur.
Hancur di tempat yang paling terdalam dari hatiku. Tidak ada satupun yang bisa menolongku keluar dari lubang kehancuran ini. Tapi mereka, mereka yang di hadapanku sekarang, menyalahkan aku terus-menerus dengan kejadian sebulan yang lalu.
"Silahkan! Silahkan kalau kau mau bunuh diri! Biar kau bisa bersatu dengan Mama mu itu. Lebih cepat lebih baik! Apa kau masih tidak punya malu! Gegara keegoisanmu, semuanya berantakan. Jangan kau pikir, karena semua hasil jerih payah Papamu, untuk pesta pernikahanmu yang sudah batal itu, kau seakan tidak merasa bersalah! Dulu Kau bilang, calon suami mu si Gerald itu anak baik-baik, sekarang! Nyatanya apaaaa! Semuanya malu di buat olehmu! Undangan, gaun pernikahan, resto bahkan ketringan juga sudah di persiapkan. Kau pikir itu tidak pakai uang! Bahkan hasil jerih payahmu sendiri, pun tidak sebanding dengan yang di keluarkan oleh suamiku!"
Perkataan yang menyakitkan ini, hampir setiap hari terdengar di kupingku. Sejak sebulan lalu, pernikahanku batal. Ya, itu adalah Mama Windy, Mama tiriku.
Sebenarnya, hari ini adalah hari di mana harusnya aku melangsungkan pesta pernikahanku. Pesta yang sudah aku bayang-bayangkan di dalam pikiranku, sejak aku di lamar oleh mantan pacarku bernama Gerald.
Keinginan itu semuanya sirna. Bayangan semu yang pernah memenuhi pikiranku, pun hilang bagaikan di telan bumi.
Bayangan itu hanyala sederhana, mengenakan gaun pengantin berwarna putih, mahkota yang di pasangkan di atas kepalaku dengan balutan permata yang memancarkan sinarnya, sepatu heels yang di hiasi manik permata putih seperti batu berlian. Semuanya bernuansa putih, sudah Aku persiapkan sebelum satu bulan lagi pernikahan berlangsung, pun jiga sirna.
Bahkan terdengar dalam bayangan sederhana itu, Suara tamu yang bersorak, tepuk tangan, iringan suara musik, berdansa, nyanyian, bahkan pujian akan indah dan megahnya pesta yang aku harapkan, pelan-pelan menghilang.
Dan kini, mama tiriku menuntut akan itu. Benar saja, Aku anak dari pernikahan pertama papaku. Setelah Mamaku tiada karena serangan jantung yang tiba-tiba, Aku sekarang di besarkan dengan kehidupan yang kejam dari Mama tiri yang gak punya hati.
Sedangkan Papaku, sangatlah adil. Dia teramat menyayangiku, meskipun Aku sempat kecewa terhadap dirinya, karena menikah lagi dengan wanita yang menyukai uangnya, pura-pura baik terhadapku saat hanya di depan papa.
Nah, hari ini papa pergi di temani asisten pribadinya, entah ke mana. Aku bahkan tidak tau, karena Aku memilih menyendiri di kamarku.
Aku sendirian di kamar, tetapi tiba-tiba tadi itu pintu kamarku terbanting kasar, dan aku langsung tau, itu siapa. Ya, dia adalah wanita yang paling aku takutkan sejak aku kecil. Tapi sekarang, jangan salahkan Aku, Aku mampu melawan jika ku rasa itu tidak sesuai dengan hatiku.
"Ma... nikahkah saja lagi dia dengan yang lain." Ini suara adik tiriku bernama Savira, sebelas dua belas sama Mama tiriku. Kenapa seperti itu? Karena Savira sudah di tanamkan kebencian sejak kecil oleh Mama tiriku. Apa lagi, kehidupanku dan Savira itu di beda-bedakan oleh Mama Windy.
"Harusnya sih dia memang sudah menikah! Tapi kau lihat Savira, hanya alasan konyol dari Gerald, yang mengatakan Anas itu galak dan ketus terhadap dirinya, pernikahan yang sudah 90% rampung-pun hancur seketika itu juga. Apa itu tidak lucu? Hah, wanita macam apa kau ini sebenarnya!"
Aku terisak sedih, bagaimana mungkin Aku di tuduh tidak merasa bersalah akan hal yang tidak pernah terbayangkan olehku. Aku pribadi, merasa sangat bersalah terhadap papaku. Karena pernikahan ku yang batal, berimbas ke papa sebenarnya sangat malu, tapi di sembunyikannya dariku. Karena pada saat itu, undangan sudah tersebar, ke seluruh keluarga, rekan bisnis dan usaha papa.
Begitu pula denganku, seluruh sahabatku, teman kantorku, bahkan dengan mantan dari Gerald, bernama Siska yang sebenarnya adalah teman semasa kuliahku, ikut menertawai kandasnya pesta pernikahanku.
Jangan bilang, Aku merebut kekasih Siska. Siska sudah lebih dulu memutuskan jalinan kasih-nya bersama Gerald. Tepatnya setahun sudah, kemudian Gerald memintaku menjadi pacarnya.
Itu di karenakan Siska berselingkuh dengan mantan pacarnya terdahulu. Dia memilih mantannya dan melepaskan Gerald. Sedangkan Aku? Aku memutuskan menerima Gerald, ya karena aku menilai dia pria yang sangat baik, tidak memiliki celah apapun untuk menolaknya.
Enam bulan hubungan kami berjalan, setelah di wisudah, Gerald mengajakku untuk menikah. Wanita mana yang tidak bahagia, di ajak ke jenjang yang lebih serius.
Aku salah satu dari wanita itu, dengan bermodalkan cinta, dan yang Aku tau, Gerald anak dari pengusaha, kenapa tidak? Aku pun memintanya untuk melamarku langsung ke keluargaku.
Bukan karena Aku sudah siap dan matang untuk menikah, di karenakan aku berpikir, kalau Aku bisa terlepas dari sesaknya hidup satu atap dengan orang yang berwajah dua seperti mama tiri dan adik tiriku. Itu salah satu alasan terkuat, untukku memilih menerima ajakan Gerald.
Gerald-pun menyanggupi keinginanku. Dua hari kemudian, dia datang bersama keluarganya untuk melamarku. Itu salah satu keseriusannya, yang membuatku yakin, tidak salah dengan pilihanku.
Papaku sendiri, sudah mengenal Gerald lumayan lama. Karena Gerald juga sering ke rumah, saat kami melakukan belajar bersama dengan teman kampusku yang lain.
Di sini, Mama Windy dan Savira sangat bahagia, karena tau, aku akan menikah dan meninggalkan rumah di mana Aku di besarkan. Rumah yang memberikanku kenangan indah bersama Mama kandungku, hanya sampai aku berumur 7 tahun. Kenangan buruk, saat Mama sudah tiada hingga umurku sekarang menginjak 25 Tahun.
Aku sadar, mereka berpikir dan merasa aku adalah pengganggu, di tengah-tengah keluarga kecil mereka. Papa, Mama Windy dan Savira. Mungkin terasa lebih sempurna, jika tidak ada aku di tengah-tengah mereka.
Entah mengapa, Mama Windy itu sangat benci sekali kepadaku. Padahal, Aku sangat menyayangi dia, saat Aku tau dia mau menerima Aku dan Papa. Hanya saja kenyataan itu cuma di depan.
Di belakang hari, saat dia melahirkan Savira, Mama Windy berubah sangat sadis terhadapku, bahkan dia mau melayangkan tamparan di pipiku, jambakan di rambutku kalau saja Aku lalai dalam mengikuti kemauannya.
Setiap kali ada kesempatan baginya, pasti ada aja kesalahanku di matanya. Caciannya, tatapan dinginnya, kebenciannya, sudah menjadi makananku sehari-hari, di kala papa bertugas keluar kota, atau tidak sedang di rumah.
ingin sekali, Aku mengadu. Hanya saja aku sangat sayang sama Papa. Aku tidak ingin merusak kebahagiaan yang baru dia nikmati setelah kesedihan melandanya. Walaupun sebenarnya Aku sangat kecewa.
Sedangkan Aku, memilih menyembunyikan kesedihanku. Hanya aku, Mama yang berada di surga serta sang pemilik kehidupan yang tau, getirnya hidupku.
Kesepakatan pun terjadi di antara dua keluarga. Papa yang merasa, aku ini anak gadis paling besar, meminta khusus ke keluarga Gerald, untuk ikut menanggung biaya pesta yang akan di gelar besar-besaran.
Di karenakan, Gerald adalah anak tunggal, sedangkan Aku anak tertua, kesepakatan itu menghasilkan keinginan kedua orang tua kami, untuk membuat pesta megah untuk Aku dan Gerald.
Dan kalian tahu, semuanya itu sirna, karena sebuah perselingkuhan. Perselingkuhan Gerald dengan mantan pacarnya. Bukan Siska, tapi mantan terdahulunya, lebih tepatnya Cinta Pertamanya.
-Aku bertahan dari kegagalanku, karena Aku yakin, Tuhan mempersiapkan pria yang jauh lebih sepadan, untuk mendampingiku melewati badai hidup suatu Rumah Tangga.- Anastasia Halim.
TAMAT DI INNOVEL/DREAME
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Ring (Dreame/Innovel)
Romance(Follow dulu sebelum baca) "Sekali melingkar di jarimu, tidak akan pernah terlepas tanpa seizinku!"~ Jaxton. Makna dari cincin pernikahan adalah keabadian bagi pria dingin itu. "Cincin pernikahan sialan ini! membawaku ke masa yang sulit." ~ Anasta...