Epilog

1.7K 95 28
                                    

'Untuk sampai di puncak tertinggi, kau harus melewati semak belukar penuh duri.'

***

Hari demi hari terus berlalu, tak terasa keadaan Farah sudah membaik dengan sangat cepat, Dokter sudah mengizinkannya untuk pulang bersama bayi kembarnya.

"Hei, hei, hei, Sayaaang..." Abhi antusias mengambil salah satu bayinya dari gendongan Farah.

Senyuman tak terasa sudah mengembang diwajah Farah saat melihat Abhi mencium dahi putra dan putrinya, senyuman Farah bahkan semakin mengembang saat Abhi menciumnya pula.

"Kamu kan ngga boleh banyak gerak dulu," Abhi berkomentar, "Ayo sini," Dia merangkul Farah.

Abhi meletakkan kedua bayinya di box bayi, lalu pria itu membantu Farah berbaring.

"Mas, Farah bosen kalau harus baring aja, nanti yang masak siapa kalau kamu ngurus anak?" celotehnya.

"Ssstttt! Dah diem aja, aman itu insyaaAllah." Abhi tersenyum. Farah menghela nafas pelan, mengiyakan perkataan suaminya.

Abhi sedikit membaringkan tubuhnya disamping kanan Farah, tangannya memainkan rambut Farah yang terurai, "Nama anak kita siapa?" tanyanya.

Farah menatapnya, jarak wajah keduanya tak terlalu jauh, "Kamu mau kasih nama siapa emang?" Farah balik bertanya.

Abhi memandang langit-langit kamar dengan seulas senyum diwajahnya, "Maksud Mas mau kasih nama Abshari yang artinya mata hati." Kini sorot mata Abhi kembali menatap Farah.

"Kalau Farah sih pengennya itu nama anak kita sama, biasanya kan gitu kalau anak kembar, tapi Farah mau ada yang membedakannya gitu," tutur Farah.

"Gimana kalau nama si Abang Ghazanfar? Artinya singa," saran Abhi.

"Bagus, tapi Farah kurang suka." Farah menoleh sekilas pada Abhi.

"Tadi katanya bagus tapi kenapa kurang suka?" Abhi menatapnya.

"Hmm Farah maunya si Abang namanya itu..." Ia berfikir nama apa yang bagus untuk putranya, "Atharizz."

Abhi berfikir, mungkin pria itu yang mencoba mengingat arti dari nama yang Farah sebutkan barusan.

"Terus si Adek mau namanya siapa?" Abhi kembali bertanya.

"Kalau si Adek Farah mau kasih dia nama..." Farah menggigit bibir bawahnya sambil menatap langit-langit kamar, "Azarine, gimana?"

Abhi kembali tampak berfikir, "Ah, nggak-nggak. Mas aja yang kasih nama."

"Loh mana bisa gitu! Nggak-nggak Farah nggak mau," katanya menatap Abhi tak setuju.

Abhi tertawa, "Yaudah jangan gitu mukanya Zaujaty," tangannya usil mencubit pipi Farah.

"Terserah kamu mau kasih nama siapa, lagian itu artinya udah bagus kok. Mas nggak bisa nolak kalau udah gini mukanya." Abhi kembali mencubit pipi Farah.

Farah tersenyum kemenangan, Abhi selalu menganggap ekspresi wajahnya saat sedang kesal dan cemberut itu lucu dan menggemaskan. Ya, kelihatannya Farah memang masih menggemaskan walaupun sudah punya anak!

"Yaudah nanti mereka akikah di hari ke 14 aja gimana? Soalnyakan kamu masih belum boleh banyak gerak, ya hari ke 14 aja ya?" saran Abhi.

"Yaudah terserah kamu mana baiknya aja." Seulas senyum tampak diwajah Farah.

"Jadi deal ni nama baby twins-nya itu?" Abhi tersenyum, Farah mengangguk.

"Abshari Atharizz Husain bin Muhammad Al-Abiyyan Husain, dan Abshari Azarine Husain binti Muhammad Al-Abiyyan Husain. Cocok, kan?" Senyum diwajah Farah semakin mengembang.

Cinta di Sepertiga Malam Terakhir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang