Part 30 - Seperti Mimpi

937 104 5
                                    

'Percayalah... Jika kau berikan harapanmu sepenuhnya hanya kepada Allah, niscaya kau tak akan pernah merasakan pedihnya sebuah kekecewaan.'

~Okt'22~

***

Hidup ini singkat, ada hari kemarin sebagai masa lalu, hari ini yang kita jalani untuk merubah masa depan, dan hari esok yang kita tidak tau masih bisa sampai kesana atau malah terlebih dulu meninggalkan dunia ini.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun. Hingga, tanpa sadar usia kita telah semakin bertambah. Yang tadinya remaja kini kan beranjak dewasa, dan fase ini akan dialami setiap orang.

Mulai dari ulangan harian, ujian semester, hingga ujian kelulusan, semuanya telah dilakukan. Farah yang seharusnya menempuh pendidikan empat tahun di pesantren, kini dengan kemampuannya membuat pihak pesantren bisa meluluskannya seperti santri seumurannya dalam jangka waktu tiga tahun.

Gadis yang kini usianya baru genap 17 tahun, tapi pemikirannya tak boleh diremehkan. Farah mondar-mandir didalam kamar sambil meremas-remas kedua tangannya, ia tampak gelisah.

"Ngapain, sih?" Cut yang sepertinya kesal melihat tingkah Farah, berkomentar.

"Aku takut, Cut!" kata Farah. Namun langkahnya masih tidak berhenti, gadis itu masih saja mondar-mandir.

"Kenapa mesti takut? Farah cuma harus jumpa dengan Pak Kyai lima belas menit lagi, kan?" Ily ikut berkomentar.

"Iyaa itu dia, apa jangan-jangan aku ga lulus ya? Atau aku ada masalah selama disini? Atau nilai ujian aku ga memuaskan? Atau--"

"Atau, atau, atau, temui saja Pak Kyai baru lepas tu kamu tau Pak Kyai nak cakap apa!" Ily menyela perkataan Farah.

Cut dan Ily hanya geleng-geleng kepala saja melihat Farah yang hampir 30 menit cuma mondar-mandir ga jelas didalam kamar. Sejak diberi tau bahwa Farah harus menemui Pak Kyai sebentar lagi, membuat gadis itu berubah menjadi sangat gelisah, begitu banyak argumen negatif yang muncul dibenaknya.

"Farah, udah jamnya tuh! Sana ke kantor jumpai Pak Kyai!" Cut memberi tau sambil menahan tawanya saat melihat wajah Farah yang semakin ketakutan.

Farah mematung, matanya membulat saat melihat jam di dinding kamar. Ia menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan, itu yang dilakukannya berulang-ulang. Farah langsung keluar kamar untuk menemui Pak Kyai.

Sementara didalam kamar, Cut dan Ily melepaskan tawa mereka yang sejak tadi tertahan. Dan Haura, entah dimana gadis itu, dia lebih sering berada di luar kamar belakangan ini.

Tepat didepan pintu yang masih tertutup, Farah membaca berbagai macam doa berharap Pak Kyai tidak memberikan kabar buruk untuknya. Setelah membaca basmalah, Farah mengetuk pintu itu lalu membukanya perlahan.

"Assalamu'alaikum," lirihnya.

"Wa'alaikumussalam." Terdengar jawaban dari dalam. Tapi salam tersebut dijawab lebih dari satu orang.

"Duduk dulu disini, nak." Pak Kyai tersenyum lalu lanjut dengan kesibukannya bersama beberapa berkas dimejanya.

Bang Putra yang menemani kakeknya itu kembali fokus pada buku Tauhid yang ia baca. Farah semakin gugup berada didalam sana sekarang. Tak lama, suara ketukan pintu terdengar, pintu itu terbuka dengan ucapan salam dari seorang pria.

Cinta di Sepertiga Malam Terakhir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang