GIMH - 2

20.5K 966 32
                                    

Pukul 14:00 bel pulang SMA Alzero berbunyi, siswa-siswi yang mendengar itu langsung bersorak gembira, sama halnya dengan kelas Redyna, yakni kelas XII-IPS 2. Bagaimana tidak, jika Guru yang mengajar di kelas mereka adalah Pak Mardi. Guru yang menjelaskan pelajarannya seperti sedang membacakan dongeng untuk anak-anak agar cepat tertidur.

"Oke, sampai di sini dulu, ya, penjelasannya. Minggu depan kita lanjut lagi," ujar Pak Mardi, selaku guru Sejarah.

"Oke, Pak," balas serempak murid XII-IPS 2. Kemudian Pak Mardi meninggalkan kelas, dan murid-murid di kelas itu satu per satu ikut meninggalkan kelas.

"Dyna, lo pulang sama siapa?" tanya Dinda.

"Sama gue aja, Na. Yuk." Tiba-tiba suara laki-laki terdengar dan dia mengajak Redyna untuk pulang bersamanya.

Menolehkan kepala ke belakang, Redyna mendapati Langit--ketua kelas XII-IPS 2 yang tengah tersenyum kepadanya. "Makasih deh, Lang, gue pulangnya dijemput Abang gue," tolak Redyna halus, karena arah rumahnya dan rumah Langit berlawanan.

Langit mengangguk pelan. "Oke deh, kalau gitu gue duluan, ya. Semisalnya lo belum di jemput juga, telepon gue aja, Na," katanya.

"Sip dah," balas Redyna dengan mengacungkan kedua jempolnya, dan setelah itu Langit langsung keluar kelas.

"Jadi?" tanya Dinda ulang.

"Nggak tahu, ini gue baru mau chat Bang Raga," jawab Redyna.

Redyna merogoh tasnya untuk mencari ponsel dan mengirimkan pesan pada Raga--abangnya. Sebelum benar-benar mengirim pesan, Redyna sebenarnya ragu, kalau-kalau abangnya itu menolak untuk menjemputnya. Tapi apa salahnya untuk mencoba terlebih dahulu, jika nantinya Raga tidak ingin menjemput Redyna, maka tidak apa-apa. Jemari lentik Redyna mulai bergerak mengetik pesan untuk Raga.

Anda:
Jemput aku dungs, bang Ragaku sayang.

Pesan itu pun terkirim. Hingga beberapa saat kemudian, pesan yang gadis itu kirimkan belum ada tanda-tanda balasan dari Raga. Padahal, laki-laki itu sedang online saat ini. Redyna menunggu balasan dari Raga dengan sabar, tidak lama terdengar suara notifikasi dari ponselnya. Langsung saja ia membukanya.

Bang Raga:
Nggak bisa adikku sayang. Abangmu ini masih di kampus untuk menimba ilmu guna untuk sukses dan membuat orang tua kita bangga, terutama untuk istri dan anak Abang kelak a.k.a keponakan kamu. Jadi, Redyna adik Abang tercinta, kamu pulang naik ojol aja, ya? Nanti Abang ganti uangnya ... oke?

Mata Redyna melotot membaca rentetan pesan dari Raga yang terlihat euw--alay. Redyna menghembuskan nafas dengan pasrah, ia tahu akan seperti apa akhirnya jika meminta jemput kepada Raga. Hanya 15% kemungkinan Raga akan menjemputnya. Jika sudah begini, dengan terpaksa akhirnya Redyna harus pulang menggunakan ojol.

"Gimana?" tanya Dinda ketika melihat Redyna memasukkan ponselnya ke dalam saku seragam dengan lesu.

"Bang Raga masih di kampus."

"Yaudah bareng kita aja," ajak Zahra dan diangguki oleh Dinda.

Redyna menimang-nimang ajakan Zahra, kemudian gadis itu menggeleng. "Nggak usah deh, gue naik ojol aja."

Zahra memegang lengan Redyna. "Ayolah, Na, pulang bareng kita aja. Kalau lo pulang naik ojol, itu namanya buang-buang uang. Kita juga nggak ngerasa direpotin kok sama lo. Ya nggak, Din?"

"Iya, Na. Sama kita aja, yuk." Dinda ikut membujuk Redyna yang kini terlihat bimbang. Memutuskan untuk pulang menggunakan ojek online atau menerima tawaran dari kedua sahabatnya.

Gavin Is My Husband [Completed in Dreame/Innovel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang