GIMH - 4

18K 917 46
                                    

"Masa sih?" Tanya Redyna tidak percaya dengan yang diucapkan oleh Dinda tadi. Pasalnya Dinda menceritakan tentang pertemuannya dengan pak Mardi di depan rumah gadis itu.

Dinda berdecak, "Nggak percaya banget lo sama gue."

"Gue juga nggak percaya Din, sama yang lo ceritain tadi," timpal Reva yang diangguki oleh Rey dan Abi.

"Tapi kalau diinget-inget lucu juga ya, Din." Redyna kembali membayangkan yang di ceritakan Dinda tadi.

Flashback On

Pada sore hari itu Dinda pergi ke minimarket untuk membeli kebutuhan bulanannya yang sudah habis. Setelah membeli kebutuhannya, Dinda bergegas pulang ke rumah dengan motor matic kesayangannya.

Ketika sudah dekat menuju rumah, ternyata di jalan sedang ada kemacetan. Entah apa penyebabnya hingga jalan untuk masuk ke gerbang rumahnya pun tidak bisa karena dihalangi oleh kendaraan bermotor.

Rumah Dinda tidak berada di dalam komplek, melainkan rumahnya berada di pinggir jalan. Hingga tepat sekitar dua meter dirinya akan masuk ke dalam rumah, tiba-tiba motor yang ada dihadapan gadis itu berhenti dan tidak dengan segera menjalankan motornya kembali. Sudah dapat ditebak, saat ini kemacetan terjadi didepan rumahnya.

Dinda sampai bosan dibuatnya, hingga matanya menjelajah melihat sekitaran dan melotot sempurna ketika pandangannya terhenti pada satu orang yang berada di sebelah kanannya.

"Loh, pak Mardi 'kan?" Sapa Dinda pada orang tersebut dan orang yang disapa itu menengok ke arah Dinda dan seketika terkejut.

"Loh, kamu Dinda 'kan? Adinda Ayu Syahfitry anak kelas XII-IPS 2?" Tanya pak Mardi memastikan.

Dinda melipat kedua bibirnya, lalu menjawab, "Iya Pak, saya Dinda yang Bapak maksud tadi." Gadis itu tersenyum dan pak Mardi hanya ber-oh ria sebagai respon.

"Silahkan kamu duluan," ujar pak Mardi setelah beberapa saat ketika jalanan mulai merenggang.

"Bapak saja duluan."

"Kamu saja."

"Bapak saja."

"Kamu saja. Tidak apa-apa."

"Saya juga tidak apa-apa, Pak. Bapak saja duluan." Perdebatan keduanya terus berlanjut. Hingga bunyi klakson motor dibelakang membuat mereka memberhentikan perdebatannya.

"Noh, kamu denger 'kan? Udah sana kamu duluan saja," kata pak Mardi.

"Bapak saja yang duluan," ujar Dinda dengan kesabaran yang hampir menipis.

"Tidak, Kamu saja yang duluan. Ladies first."

"Gimana saya mau duluan, orang Bapak saja menghalangi jalan saya," Geram Dinda, sebab gadis itu sudah benar-benar kehilangan kesabarannya.

Kemudian, Dinda menunjuk ke arah kanan pak Mardi. "Itu rumah saya pak!"

Mungkin karena merasa malu, pak Mardi melajukan motornya dengan wajah memerah. Orang-orang yang ada disana menahan tawanya ketika melihat adegan tersebut. Sungguh memalukan.

Gavin Is My Husband [Completed in Dreame/Innovel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang