Gavin menuruni undakkan anak tangga dengan langkah yang penuh wibawa. Kakinya melangkah menuju ruang makan, yang dimana kedua orangtuanya tengah menunggunya untuk sarapan bersama. Tubuh kekar pria itu terbalut dengan setelan jas mewah, tampak telihat tampan berkali-kali lipat.
Memiliki wajah yang tampan, harta belimpah, tubuh atletis, kadang membuatnya risih disaat banyak para wanita yang selalu mengejar-ngejarnya. Walaupun Gavin tidak pernah menghiraukan mereka, tapi tetap saja merasa terganggu.
"Vin, sarapan dulu," ujar Mamanya pada Gavin ketika pria itu mendekat.
"Hmm," balas Gavin dengan gumaman. Sedangkan Mamanya mendengus pelan mendapat balasan seperti itu dari sang anak.
Ketiganya mulai memakan sarapan dengan khitmad. Hingga tiba-tiba, Gavin mengeluarkan suaranya yang membuat suasana yang tadi hening, kini bertambah hening.
"Mah, Pah, Gavin ingin menikah."
Uhuk!
Bagas--Papa Gavin bahkan langsung tersedak makanannya, sedangkan Resti--Mamanya dengan cekatan memberikan air pada suaminya. Kedua paruh baya itu menatap tidak percaya pada anak tunggalnya.
"Apa?" Tanya Bagas, seolah yang tadi ia dengar itu salah.
"Gavin ingin menikah," ulang Gavin dengan datar.
"Kenapa?" Kali ini Resti yang bertanya.
"Karena sudah waktunya." Gavin menjawab dengan singkat yang membuat Resti ingin menitipkan anak tunggalnya ini ke panti asuhan.
"Mama tahu, tapi sama siapa?"
"Ada."
"Namanya?"
"Nggak tahu."
"Kalau bisa secepatnya," pinta Gavin sedikit memaksa dan itu membuat Resti melotot.
"Gavin," geram Resti.
Gavin bangkit setelah menghabiskan sarapannya dan segera berpamitan dengan kedua orangtuanya. Bagas dan Resti hanya saling pandang tidak mengerti dengan anaknya yang tiba-tiba mengatakan ingin menikah.
Padahal Resti selalu berusaha menjodohkan Gavin dengan anak sahabatnya sejak umur pria itu 25 tahun. Sampai-sampai dia lelah karena mendapat penolakkan terus menerus dari anaknya dan akhirnya Resti membiarkan Gavin untuk memilih calonnya sendiri.
Antara senang dan terkejut ketika Bagas dan Resti mendengar permintaan anak semata wayangnya. Senang karena mereka akan mempunyai menantu yang sedari lama mereka tunggu-tunggu dan terkejut karena permintaan Gavin yang tiba-tiba ingin menikah. Apakah anaknya menghamili seorang wanita? Pikir Bagas dan Resti bersamaan.
Masih begitu banyak lagi pertanyaan yang berkecamuk dalam pikiran mereka tentang Gavin. Ah, sudahlah biar nanti ketika Gavin pulang, mereka akan memberi banyak pertanyaan pada anaknya itu.
Tiba di Zhafir Group, Gavin turun dari mobil sportnya, kemudian melangkah masuk ke dalam kantor. Satu persatu karyawan di sana mulai menyapa Gavin, tapi tidak ada satu pun sapaan mereka yang terbalas. Pria itu terus melangkah dan tidak memperludikan perasaan karyawannya, hingga Gavin memasuki lift yang dibuat khusus untuk para petinggi.
Ting
Pintu lift terbuka ketika sampai di lantai 20, Gavin keluar dari sana dang melangkah menuju satu-satunya ruangan yang ada di lantai tersebut. Tepat di depan pintu ruangan yang bertuliskan 'CEO' terdapat meja sang sekretaris disana.
Gavin menjadi urung untuk masuk ke dalam ruangannya disaat melihat Reza--sekretarisnya tersenyum kepadanya. Pria itu mendekati Reza yang tengah berdiri di sebelah mejanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gavin Is My Husband [Completed in Dreame/Innovel]
عاطفية[Yuk, follow dulu akun ini sebelum membaca] 📢 𝗝𝗶𝗸𝗮 𝗸𝗮𝗹𝗶𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗻𝗲𝗺𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗰𝗲𝗿𝗶𝘁𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘀𝗲𝗿𝘂𝗽𝗮 𝘀𝗲𝗽𝗲𝗿𝘁𝗶 𝗚𝗜𝗠𝗛, 𝗵𝗮𝗿𝗮𝗽 𝘀𝗲𝗴𝗲𝗿𝗮 𝗯𝗲𝗿𝗶𝘁𝗮𝗵𝘂 𝗮𝗸𝘂. 𝗞𝗮𝗿𝗲𝗻𝗮 𝗰𝗲𝗿𝗶𝘁𝗮 𝗚𝗜𝗠𝗛 𝗵𝗮𝗻𝘆𝗮 𝗱𝗶𝗽...