2. Maru Algaisan

99 20 8
                                    

Selamat membaca

*
*
*
*

(Part 2 : Maru Algaisan)

Keempat laki-laki berseragam putih abu-abu sedang berbaris rapi berhadapan dengan pria botak yang memiliki tahi lalat di sekitar bibirnya. Pria itu menatap dengan tatapan mengintimidasi.

Hanya saja, keempat laki-laki di depannya hanya berdiri santai seperti tidak sedang berada dalam masalah besar. Pria botak itu sudah bosan melihat mereka yang selalu saja keluar masuk ruangannya. Setidaknya dua kali dalam seminggu, dia harus menindak anak didiknya yang tak pernah berubah itu. Percuma saja dia menjelaskan, mereka akan menanggapinya dengan masuk telinga kanan, lalu keluar telinga kiri. Mereka dikenal dengan tittle berandal Delta.

Satu persatu ditatapnya, hingga tatapannya berhenti pada laki-laki berambut agak panjang yang selalu melipat lengan seragamnya.

"MARU!" Teriakannya membuat laki-laki yang dimaksud terkesiap.

"Kamu gak denger Bapak ngomong?!"

Laki-laki bernama Maru itu pun menjawab, "Saya gak ngapa-ngapain, Pak." Cowok berpenampilan berantakan itu tak habis pikir padahal ia hanya diam tetapi tetap saja dirinya yang menjadi sasaran.

"Bapak sudah bosan liat kalian ini! Lihat buku ini 80% isinya nama kalian." Nata menunjukkan buku hitam tebal yang bertuliskan buku kasus. Di mana siswa-siswi yang bermasalah akan tertulis abadi di dalamnya.

Keempat laki-laki itu hanya diam mendengar intonasi Pak Nata yang sudah meninggi. Pria botak itu memijit keningnya lalu kembali menatap keempat anak didiknya. "Kalian kapan mau berhenti berbuat seperti itu?" tanyanya entah pertanyaan itu sudah berapa kali ia lontarkan dalam satu minggu ini.

Maru menyenggol bahu Arion keras. Arion yang tidak memiliki kesiapan akhirnya terhuyung dan membuat dua teman di sampingnya ikut terjatuh. Maru yang menyaksikan itu, wajahnya memerah akibat menahan tawa yang hampir meledak kala itu. Refleks, Pak Nata berdiri dan melihat adegan tindih menindih itu dari balik meja kacanya. Tanpa sadar bibirnya ikut terangkat.

"Nafsu lo sama gue?" teriak Edo yang berada di paling bawah.

Arion segera berdiri. "Najis lo semua!"

"Mar, sumpah lo gak jelas," kutuk Arion pada Maru.

"Gue gak sengaja. Elah, lagian lo lembek amet. Digituin doang runtuh, cuih!"

Arion dan Edo mendelik ke arah Maru yang masih cekikikan. Sementara Arta menunduk diam. Dia hanya korban yang terbawa dalam kasus ini. Laki-laki berkacamata itu, sebenarnya tak ada sangkut pautnya dengan masalah yang diperbuat tiga berandal SMA Delta itu.

Yah, mereka dipanggil ke ruang kepala sekolah dikarenakan, mereka bolos jam pelajaran ketiga. Maru, Arion dan Edo menyuruh agar Arta berpura-pura sakit perut. Maru mengambil kesempatan itu untuk izin kepada guru yang sedang mengisi pelajaran saat itu, untuk mengantar Arta ke UKS.

Kemudian diikuti Arion dan Edo. Namun, setelah mereka keluar dari kelas, mereka justru pergi ke samping sekolah. Arta tidak suka, lalu ia memaksa Maru untuk kembali dan mengaku saja sebab laki-laki seperti Arta tidak mungkin mau bolos apalagi dengan alasan yang tidak masuk akal.

Tapi, hari ini mereka sudah tidak bisa berlari. Pak Nata, selaku kepala sekolah SMA Delta tidak segan untuk menghukum mereka. Mereka diberi hukuman agar selalu datang pagi untuk menggantikan tugas piket teman sekelasnya selama seminggu full.

"Alamak, Pak! Gak gitu konsepnya," tolak Edo.

"Jangan itulah, Pak!" bubuh Arion yang juga berat menerima keputusan itu.

AGATHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang