11. Pasrah

65 12 4
                                    

Selamat membaca

*
*
*
*

(Part 11 : Pasrah)

Debaran itu tak berkurang rasanya pun masih sama. Sesaat setelah perginya dua raga itu menjauh meninggalkan SMA Delta dan kini mereka berada di situasi menegangkan.

Tak ada percakapan di antara mereka berdua. Hanya gerakan kecil yang berasal dari Agatha. Ia tampak bosan karena terjebak di tengah-tengah puluhan pengendara yang harus menghentikan kendaraannya karena macet.

Sekilas Maru menatap ke arah spion. Kini matanya menemukan sebuah pemandangan yang membuat ia senang. Seorang gadis cantik sedang duduk dengan mulut mengerucut di belakangnya.

Sementara dari seberang jalan, sebuah pengemudi mobil ber-plat Jakarta tampak risau. Berulang kali ia mendaratkan tangannya pada tombol klakson membuat pengendara lain terganggu. Ia sangat kesal. Sudah hampir satu jam lamanya ia terjebak karena lampu merah yang terus menyala. Karena jengah, ia akhirnya membuka kaca mobilnya. Manik matanya seketika melebar. Ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa yang ia lihat salah. Namun, kenyataan menampar keras dirinya. Melihat fakta bahwa yang ia lihat benar-benar Agatha.

Saat ia mencoba memanggil namun, motor yang berada di jalur berlawanan dengannya itu berjalan. Menyisakan kekesalan luar biasa dalam hatinya.

"Sama siapa dia?" ucapnya bermonolog.

Lampu hijau tiba-tiba muncul setelah lampu kuning menyala. Dengan tidak sabar wanita paruh baya itu menginjak gas mobil cepat.

•••

"Makasih, ya, udah mau pulang sama gue," ujar Maru dengan suara yang sengaja ia keraskan.

Agatha merasa jika Maru sedang menyindirnya. Harusnya ia yang berterima kasih bukan Maru.

"Mau diem terus?" ucap Maru kembali.

"Iya," balas Agatha singkat.

Sebenarnya Agatha melakukan ini hanya untuk menghindari Zaka. Zaka memaksanya untuk pulang bersama jelas saja ia menolak. Tak memiliki jawaban lain, akhirnya pilihan terakhir jatuh pada pulang bersama Maru.

"Rumah lo di mana? Masa iya jalan terus?" tanya Maru yang tampak kebingungan karena Agatha sejak tadi tak menunjukkan arah jalan menuju rumahnya.

"Depan belok kiri," cetus Agatha singkat.

"Yakin, nih? Gak belok kanan, ajah?"

Agatha tak berniat menjawab pertanyaan aneh itu. Ia ingin cepat sampai di rumah dan merebahkan dirinya di kasur.

Maru menampilkan senyum tipis. Ternyata Agatha gadis yang benar-benar susah ditaklukkan.

Setelah motor yang dikendarainya sampai di kompleks perumahan elit, Maru menepikan motornya di rumah berpagar hitam yang ia yakini adalah rumah seorang gadis cantik yang kini berada di belakangnya.

Agatha turun dari motor dan berhenti menghadap Maru. Ia tak berminat untuk bercakap dengan cowok berandal itu.

Maru yang baru membuka helmnya tiba-tiba berucap, "Sama-sama." Meski gadis berkuncir kuda itu tak mengucapkan kata terima kasih.

Terbesit sedikit rasa kecewa dalam diri laki-laki malang itu. Agatha berlalu begitu saja dari hadapannya. Raga gadis itu sudah menghilang berganti dengan kekosongan. Maru berusaha menguatkan diri dan meninggalkan tempat itu segera.

AGATHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang