"Selamat membaca."
*
*
*
*(Part 9 : Terlambat)
Sinar matahari kembali menerpa setiap raga yang dijumpainya. Daun kering mulai gugur dari tempat pertahanannya. Debu samar mulai menguasai jalan tak bertuan. Kicauan burung pun sudah tak terdengar, berganti suara bising yang berasal dari para pengguna jalan.
Di sebuah ruangan, terdapat seorang wanita paruh baya yang terbaring di brankar. Kelopak matanya perlahan terbuka menampilkan bola mata yang sudah sedikit menguning.
Dia menolehkan kepala menatap seseorang yang setia menemaninya semalaman. Tangan kirinya bergerak mengusap rambut tebal anaknya. Rupanya usapan ringan itu cukup mengganggu tidur laki-laki di sampingnya. Dia akhirnya terbangun dan pemandangan yang pertama ia lihat adalah senyum manis ibunya yang sangat menyejukkan.
“Mar, kamu gak sekolah?” tanya Yana dengan suara pelan.
Maru menggenggam hangat telapak tangan Yana lalu mendaratkan kecupan ringan di sana. “Mau nemenin Mama.”
“Kamu sekolah, gih!” perintah Yana. “Entar biar abangmu yang jagain mama.”
Maru sungguh tak mengharapkan kata-kata itu keluar dari mulut Yana. Mengingat hubungannya dengan Gerald tak bisa dikatain baik selama ini.
Suara decitan pintu menghentikan percakapan sepasang ibu dan anak itu. Terdengar suara hentakan kaki yang mulai mendekat ke arah mereka.
“Nah, itu abangmu. Kamu pulang, ya.” Yana kembali memerintah pada Maru.
Tanpa berlama-lama, Maru beranjak dari duduknya. Sekilas ia menatap Gerald dengan tatapan risih. Bahunya sengaja ia tabrakkan pada bahu bidang Gerald. Membuat Gerald berdecih dan menatap nyalang ke arah adiknya. Ingin rasanya Gerald menikam Maru kala itu juga.
“Ge, kok kamu berantakan?” Yana menanyakan kondisi Gerald yang terlihat beda dari biasanya.
Biasanya Gerald selalu berpenampilan rapi. Entah apa yang terjadi padanya sehingga sekarang penampilannya mengundang tanya dari sang ibu.
Tak menghiraukan pertanyaan Yana, Gerald mendekat dan duduk di kursi samping brankar. “Mama udah sarapan?”
Yana menggeleng ringan. Bukan sebagai jawaban, melainkan ia heran mengapa Gerald mengalihkan topik pembicaraan. “Ge, mama nanya apa sama kamu?”
“Gerald cuma lupa sisiran, Ma.”
Jelas jawaban itu tak memuaskan Yana. Namun, Yana tak ingin memperpanjang masalah ini. Ia segera menyuruh Gerald untuk membersihkan diri di kamar mandi yang terletak di pojok ruang.
•••
Saat Maru tiba di sebuah gedung yang selalu menjadi tempat ia belajar sejak tiga tahun terakhir, setelah mengeratkan tangannya menarik rem motor, ia berhenti paksa dan matanya nanar menatap pintu gerbang yang sudah terkunci. Terlambat? Sudah biasa bagi Maru.
Secepatnya ia membelokkan setir menuju jalan kecil di samping sekolah. Ia meninggalkan motornya begitu saja dan berlari kencang menelusuri jalan tikus yang biasa ia lewati jika terlambat.
Dengan cekatan kedua kaki itu meloncati dinding pembatas di belakang sekolah. Suara hentakan kakinya menggema kala ia tiba di sebuah lorong kosong. Berjalan santai seraya kedua tangannya mengusap rambutnya agar terlihat sedikit berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGATHA
Teen FictionAgatha Veronica Lubis. Gadis yang memiliki kecantikan di atas rata-rata. Jika semua gadis di dunia ini memperebutkan predikat itu, namun beda halnya dengan Agatha. Ia sangat risih dengan gangguan setiap laki-laki di sekolahnya. Ia tidak suka dengan...