reaksi

539 99 40
                                    

Minhee mengerjapkan matanya cepat bahkan tangan kirinya sudah bergerak mencubit lengan kanannya.

A--AW!!!" Ringis Minhee kemudian memperhatikan lengan kanannya yang sudah memerah.

"Heh kok dicubit tangannya???" Yunseong panik, menarik lengan kiri Minhee dan langsung mengusap bekas kemerahan tersebut, "jangan dicubit lengannya. Liat tuh jadi merah kan?"

"Maaf." Ucapnya pelan membuat yang lebih tua gak sanggup untuk memarahi lebih lanjut.

"Kenapa dicubit coba? Kurang kerjaan banget sih Hee."

"Hehehe, aku kira kakak confess tuh aku lagi mimpi. Jadi aku cubit, ternyata sakit ya kak, aku gak mimpi."

Yunseong menahan gejolak gemas yang meronta-ronta didalam dirinya, rasa ingin mencubit pipi Minhee menggebu-gebu meminta dikeluarkan.

"Gak mungkin mimpi, liat ini." Yunseong bergerak membawa tangan kanan Minhee memegang pipinya, "asli kok, bisa dipegang bisa dicubit."

Si manis gemas dan memilih mencubit pelan pipi Yunseong, menghasilkan kekehan pelan dari bibir yang lebih tua.

"Jadi gimana? Mau jadi pacarnya Kwang Yunseong? Mau jadi punya Hwang Yunseong?"

Minhee menunduk dalam, mengeluarkan sebuah gelengan halus.

Mata Yunseong seakan ingin keluar dari tempatnya. Dia ditolak? Secepat ini???

"Minhee gak mau jadi pacar Yunseong?"

Si manis gelagapan dengan mata mengerjap cepat.

Maksudnya tuh gak kayak gitu--dia...,AH!

"B-bukan gitu, Minhee mau kok jadi pacar kak Yunseong tapi Minhee masih bingung, maksudnya Minhee tuh masih ragu Minhee--"

"Jadi Minhee mau jadi pacar kakak?"

"Ya maulah! Siapa yang gamau jadi pacar kak Yunseong? Aku juga udah suka sama kakak dari dulu kok." Protes Minhee langsung. Sedetik kemudian teringat sesuatu.

Sial, keceplosan.

Yunseong tersenyum manis sembari tangannya mengacak rambut Minhee. Kemudian menarik tubuh Minhee masuk kedalam rengkuhan hangatnya.

"Jadi sejak kapan kamu suka sama aku hm?"

Berkali-kali Minhee menarik napas dalam demi menenangkan organ yng bernama jantung untuk berdetak sedikit lebih normal, iya sedikit saja. Cuma agar Yunseong gak sadar kalau dia udah deg-degan sampai mau mampus disini.

"Se-sejak pulang dari food festival. Waktu kakak khawatir aku harus tidur di kamar supaya Mawar gak ikutan ke food festival."

Yunseong berniat menggoda Minhee, "loh? Kamu suka aku lebih duluan dong? Aku suka kamu aja baru-baru ini."

Mata Minhee membelalak hebat dengan bibirnya menganga lebar, "IHHH GAMAU! AKU GAMAU SUKA DULUAN! KAK YUNSEONG HARUS KUDU WAJIB FARDHU AIN SUKA AKU DULUAN HWEEE."

Kekehan kuat keluar dari bibir Yunseong bersamaan dengan tangannya yang meletakkan kepala Minhee ke pundaknya.

"Iya-iya aku bohong, emang aku duluan yang suka sama kamu. Bahkan jauuuuh sebelum kamu suka sama aku."

Pagi Yunseong jauh lebih cerah dari biasanya, apalagi kalau bukan karena si manis yang menjadi tambatan hati ada disebelahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi Yunseong jauh lebih cerah dari biasanya, apalagi kalau bukan karena si manis yang menjadi tambatan hati ada disebelahnya. Tidur meringkuk bagaikan anak kucing yang kedinginan, padahal tubuhnya sudah terbalut selimut kecuali wajahnya.

Ia membereskan anak rambut yang menutupi wajah Minhee, rambut Minhee mulai memanjang belakangan ini. Mungkin esok atau lusa ia harus mengajak Minhee untuk membereskan rambutnya daripada dipanggil guru BK.

Minhee menggeliat kecil tanda tidurnya mulai terganggu. Dengan perlahan membuka kedua kelopak matanya dan menemukan wajah luar biasa Yunseong yang menjadi pemandangan pertama yang menyapa Indra penglihatannya.

Yunseong Indah, layaknya pangeran dari dunia seribu satu malam yang mencari permaisurinya. Yunseong luar biasa, bagai syair-syair yang diciptakan para penyair untuk orang terkasihnya.

Yunseong terlalu sempurna untuk Minhee yang terlalu cacat.

Tangan Yunseong terangkat membelai rambut Minhee, "good morning, how was your dreams?"

Minhee tersenyum simpul, "so beautiful because i meet you in my dreams."

Yunseong terkekeh pelan dengan ibu jari dan jari telunjuknya yang berkolaborasi untuk mencubit hidung Minhee.

"Masih ada dua jam lagi sebelum kita berangkat ke sekolah. Kamu mau makan apa?"

"Apa aja, yang penting kak Yunseong yang masak."

Lagi dan lagi kekehan kecil kelaur dari yang lebih tua. Minhee terlalu menggemaskan untuk diabaikan, jujur saja Yunseong rasa Minhee akan bisa mendapatkan dunia dan isinya jikalau ia memohon dengan tampang paling memelas. Semua akan luluh pada seorang Kang Minhee.

"Kalo gitu kamu tunggu disini, aku yang masakin kamu. Jangan ke dapur pokoknya ya! Diem aja disini main handphone atau ngobrol bareng Mawar, aku yakin dia disini."

Mawar yang memang ada di kamar Yunseong mencibir, "jingan lo. Giliran gini aja gue ketauan, emang ya temen Minhee gaada akhlak semua."

Dengan langkah seribu Yunseong segera menjangkau dapur. Kemudian Minhee beralih memandang Mawar yang ada di sudut ruangan.

Tampang Minhee mulai miris dengan mata yang juga turut berkaca-kaca. Ia menunjuk salah satu bagian tubuhnya yang membuat  Mawar seketika membelalak.

"Mbak, Minhee gak kuat."

Nana's note:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nana's note:

Mwehehe menuju klimaks nih xixixi jadi digantung dulu ya kayak jemuran:)

Aku gatau mau cuap-cuap apa lagi, jadi yaudah see you next part<3

Sixth Sense • hwangmini✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang