Jungmo menepuk keningnya kuat, rasa iri dan dengki membara hingga kepalanya hendak meledak sangking panasnya.
Sialan banget, dia datang kerumah Yunseong berniat untuk bicara tentang osis, bukan melihat pasangan uwu ini tertidur dalam keadaan berpelukan seperti ini.
Bukannya apa, JUNGMO TUH IRI--soalnya belum punya gebetan sampai saat ini.
Jungmo bergerak menuju sofa, berusaha mencubit lengan Yunseong agar setidaknya si pria bucin ini tersadar dari tidurnya.
Namun jangankan sadar, bergerak pun tidak.
"Ya Tuhan apa harus gue cipratin air ini manusia?" Jungmo berusaha berpikir jernih, namun tidak ada cara lain yang menghampiri pikirannya.
Ia akhirnya bergerak ke toilet rumah Yunseong untuk menyiramkan air ke tangannya dan kembali ke ruang sofa dengan tangan basah, kemudian menyipratkan sisa air yang masih tertinggal di tangannya kearah wajah Yunseong.
"Mampus lo bucin, sekarang lo mau bangun apa gue seret ke kamar mandi?"
Yunseong menggeliat tanda terganggu, kemudian matanya menangkap siluet Jungmo yang masih sibuk menyipratkan air ke wajahnya.
"Anjir Mo lo ngapain sih?!" Umpat Yunseong berbisik karena Minhee masih betah menyambangi alam mimpi di dalam pelukannya.
Jumgmo terkekeh sinis, "bangun juga lo? Gimana? Enak peluk-pelukan padahal lo nyuruh gue dateng ke rumah lo buat bicarain event osis?"
Yunseong masih linglung, matanya melirik kesana-kemari berusaha mengingat perintahnya pada Jungmo.
Oh iya, dia baru ingat.
Ia mengucek matanya perlahan lalu menoleh kearah Minhee yang masih meringkuk didalam rengkuhannya.
"Lo tunggu disini bentar, gue mau bawa minhee ke kamar."
Yunseong pun mengangkat tubuh Minhee perlahan, menggendong si manis dengan gaya bridal dan membawa Minhee kedalam kamar Yunseong yang ada di lantai dua rumah ini.
Jungmo menepuk keningnya kuat, kuat banget sampai kayaknya keningnya udah merah.
"Boleh gak sih gue nikahin aja dua orang itu? Gue udah gemes campur iri, parah banget anjir."
Si ketua osis hanya mengangguk menerima saran dari sang wakil ketua, bahkan Jungmo tidak yakin kalau Yunseong mengerti akan segala ucapannya.
"Lo ngerti gak sih Hwang? Gue capek ngomel tapi lo gak tau ya bagusan gue tampol aja deh lo."
Yunseong menoleh cepat lantas menjawab, "gue ngerti, ngerti banget."
Jungmo menyipit curiga, gak yakin kalau Yunseong seratus persen ngerti apalagi matanya yang masih hidup segan mati tak mau.
Ia menyerah, menyerahkan berkas-berkas event ke tangan Yunseong.
"Lo pelajari, kalo gak ngerti atau ada yang salah bilang sama gue besok biar gue revisi. Kayaknya pikiran lo ketinggalan di kamar. Lebih tepatnya, di Minhee."
Jungmo gak salah, dia kepikiran Minhee yang tadi malam tiba-tiba datang kerumahnya dengan keadaan berderai airmata. Waktu ditanya bukannya jawab malah langsung meluk Yunseong sampai akhirnya ketiduran di ruang sofa, dengan keadaan saling memeluk dan lengan Yunseong menjadi bantalan Minhee.
Setelah Jungmo pamit undur diri Yunseong memilih memasuki kamarnya, melihat si manis yang masih tertidur meringkuk bak anak kucing. Belum lagi bibirnya yang mengerucut dengan sendirinya ketika ia sedang tidur.
Yunseong terkekeh pelan dan ikut naik keatas kasurnya, memperhatikan wajah indah Minhee dari dekat. Memandang wajah Minhee seakan ia telah melihat seluruh isi dunia, begitu indah dan luar biasa.
Ia menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Minhee, membelai pipi si manis sepelan mungkin agar tidak membangunkan Minhee.
"Lo...,Indah banget. Kenapa sih gue bisa bucin banget sama lo?"
Pertanyaan Yunseong hanya dibalas dsngkuran halus dari Minhee menandakan si manis ini belum mau pergi dari alam mimpinya.
"Gue harus gimana Hee? Kalo gue tembak lo, lo mau gak sama gue? Karena kayaknya yang punya perasaan disini cuma gue, sedangkan lo abu-abu." Sambungnya lirih degan ibu jari yang belum mau berhenti membelai pipi Minhee.
"Apa gue kurang ngegas? Perasaan gue udah ngegas banget, terus gue harus ngegas lo gimana lagi?"
Masih belum ada jawaban, masih dengkuran halus yang menyapa Indra pendengaran Yunseong. Tak apa, ia senang bahwa Minhee tidak mendengar keputus asaan dirinya terhadap hubungan keduanya. Hubungan yang terlalu abu-abu untuk dilanjutkan ke alur berikutnya.
Pergerakan dari tubuh Minhee membuat semua perkataan Yunseong terhenti, kemudian kelopak mata indah itu terbuka dan menemukan senyum Yunseong menyapanya pertama kali setelah ia membuka mata.
"Hei, gimana tidurnya?"
Minhee mengerang perlahan, "engg, masih ngantuk. Tapi aku laperrr~."
Yunseong tertawa perlahan lantas tangannya mengacak rambut Minhee, "mau makan masakan dari chef Hwang Yunseong?"
"Mau!!!"
"Hahaha, yaudah kalo gitu Hwang Minhee harus bantuin Hwang Yunseong masak hari ini."
Minhee mengangguk setuju dan badnanya yang ikut mengekori Yunseong menuju dapur.
Walaupun pikirannya berkecamuk, Hwang apa katanya? Hwang Minhee?
Nana's note:
Lama banget ga up ueueue, emang rl gak bisa nyelow dikit ada aja kerjaan:(
Btw aku pengen masukin less conflict disini, conflict yang gak buat mereka adajarak tapi malahan conflict ini yang buat mereka makin deket. Udah kepikiran sih, jadi be ready aja ya wkwkwk.
See you next chapter, doain rl aku gak ngeselin lagi <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Sixth Sense • hwangmini✔
FanfictionIni tentang Kang Minhee, cowok manis yang punya 'Indra keenam' tapi gak terbiasa sama kemampuannya sendiri. Sampai harus minta tolong ke tetangga sekaligus kakak kelasnya, Hwang Yunseong untuk jadi pawangnya setiap ada 'yang lain'. ©maltesenana 2020