Part 4 : Dalam Rangkulan Rindu

119 21 19
                                    

Lemparan kertas yang mengenai wajah berhasil menarikku kembali dari semua kenangan yang sekonyong-konyong hadir lagi setelah selama ini ku usahakan abai.

"Cia.. Cia" Panggil si pelempar kertas, Aira, yang ku balas dengan tatapan datar karena tidak tahu harus bereaksi seperti apa, kemunculannya jelas membuat seluruh tubuhku tak sinkron antara satu dengan yang lain. Akal meminta untuk berhenti memandang, namun mata terus berkhianat.

"Tau kok kalau anaknya pak Tista itu ganteng, tapi jangan segitunya natap dia. Kalau ketahuan lo lihatin dia kek gitu" Aira mengangkat tangannya ke leher membuat gerakan membunuh "Mampus nanti"

"Selamat pagi semuanya" Tiba-tiba saja suara berat itu mengambil seluruh perhatian orang yang berada di ruangan divisi keuangan ini. Suara yang sampai sekarang ntah mengapa masih ku kenal padahal ada banyak sekali perubahan disana, bedanya sekarang tak ada nada jenaka lagi di dalamya, tidak ada lagi intonasi tengil yang dulu selalu mengundang kesal sekaligus tawa. Suara yang ini terlalu asing bagiku.

"Perkenalkan saya Kevin Sanjaya"

"Jaya" Lirihku sangat pelan. Tak bisa ku pungkiri ada rasa bangga menyusup melihat dia dengan segala pencapaiannya saat ini. Setelan jas berwarna navy dengan kemeja biru langit terbungkus rapi di dalamnya tak ketinggalan pula dasi dan celana hitam yang sangat pas di tubuhnya, berbeda sekali dengan pakaian dia dulu saat masih sekolah celana jeans robek dengan jaket hitam menjadi andalan. Auranya juga berbeda, dia tampak sangat dewasa sekarang namun minim ekspresi terkesan jutek dan sombong kontras dengan Jaya si tengil dulu yang selalu senang usil padaku dan teman-teman di sekolah.

"Mulai minggu depan saya akan menjadi kepala staf kalian disini, saya harap kita dapat bekerja sama dengan baik" Pernyataan Jaya sontak saja membuatku dan seluruh orang dalam ruangan kebingungan karena pak Bambang selaku kepala staf yang sebenarnya tidak memberitahukan apapun tentang ini.

"Maksudnya bagaimana pak?" Ardi yang memang paling berani diantara kami pun akhirnya menyuarakan segala kebingungan.

"Jadi begini, pak Kevin akan tinggal di Indonesia selama 6 bulan kedepan sebelum kembali lagi ke Singapura. Selama di Indonesia pak Kevin sementara akan menggantikan posisi saya sebagai kepala bagian keuangan, saya sendiri akan pindah ke lantai atas" Jelas pak Bambang semringah khususnya bagian terakhir, siapa yang tidak senang bekerja di gedung atas? Disana adalah tempatnya karyawan dengan posisi tinggi dan tak lupa gaji yang berlipat dari karyawan biasa seperti kami.

"Menurut saya penjelasan pak Bambang sudah cukup jelas, sekarang kalian bisa memperkenalkan diri kalian masing-masing, karena setelah ini saya ingin kita langsung dapat bekerja sama dengan baik"

Aku melotot kaget, demi apapun aku belum siap berhadapan langsung dengan Jaya, tidak dalam kondisi mendadak seperti sekarang. Setidaknya aku harus mempersiapkan hatiku sampai besok. Aku panik bukan main Jaya tidak hanya memandangi karyawan yang memperkenalkan diri tapi menyalami mereka satu persatu.

Aku bergerak gelisah ketika Jaya sampai ke meja Aira yang ada disebelahku, refleks aku langsung memakai kacamata minus padahal sekarang aku juga memakai softlens. Ketika langkah Jaya terdengar makin nyaring serta merta kegugupan semakin besar. Aku ingat perasaan ini, perasaan seperti pertama kali Jaya memperkenalkan dirinya. Ketika aku rasa seseorang sudah berada didepan meja aku mendadak kaku, kepalaku seakan ditarik gravitasi yang kuat susah untuk ku angkat menatap Jaya dari dekat.

"A-aku Cia" Kataku spontanitas saja

"Cia! Yang sopan, angkat kepalamu!" Tegur pak Bambang yang menganggap sikapku tak sopan sebagai karyawan.

"Maaf, sa-saya Cia" Akhirnya dengan sangat berat aku mengangkat kepala. Mata kami pun otomatis bertemu, segera saja ku alihkan pandangan ke sisi kanan meja entah apa yang terjadi pada diriku, aku merasakan gugup yang luar biasa rasa senang, takut, dan malu teraduk satu. Aku hanya belum siap saja bertemu langsung dengan dia. Bagaimana nanti jika dia mengenaliku? apa dia akan kaget seperti aku tadi? huaaa apa yang harus aku lakukan setelah ini? apa aku haruuus..

"CIA!" Teguran dari pak Bambang lebih keras dari sebelumnya membawa kesadaranku kembali kehadapan Jaya, ku lihat orang-orang di ruangan ini memandangku dengan tatapan yang kurang mengenakkan. Ya, sekarang aku sadar tingkahku ini sangat tidak sopan.

"Maaf" Hanya itu yang mampu aku ucapkan saat ini, memangnya apalagi yang kalian harapkan dari wanita bodoh ini?

"Sudah, sudah" Jaya menghentikan pak Bambang "Saya Kevin" Jaya mengulurkan tangan jadi sekarang dia bahkan mengganti nama panggilannya. Lama ku pandangi tangan itu dan ku rasa air mata telah menumpuk di pelupuk mata, seketika aku menyadari tentang apa yang terjadi pada diriku sekarang, tentang reaksi tubuhku yang kaku, tentang ganjalan menyesakkan yang kini menumpuk dalam hati.

Itu... rindu.

Benar, aku sangat merindukannya sampai-sampai mematikan semua indera tubuhku. Aku rindu senyum tulusnya, aku rindu sikap jahilnya, aku rindu tentang semua yang ada dalam pria ini.

Perlahan aku menyambut uluran itu, namun ketika tangan kami hampir bersentuhan dia tiba-tiba melipat tangannya di dada sambal tertawa kecil dengan nada mengejek yang kental.

"Saya sudah cukup berusaha menahan sikap diawal tadi, namun memang dasar manusia tak punya attitude. Lain kali tolong jaga sikap, kamu seperti tidak menghargai orang yang ada di depan mu. Setidaknya lihatlah orang itu ketika berbicara" Dia berhenti sejenak kemudian memandang wajahku dengan pandangan yang sangat tidak bersahabat sebelum akhirnya berjalan menjauh dari meja

"Bagaimana bisa karyawan seperti ini bisa bekerja disini, sepertinya saya harus mengevaluasi tim rekrutmen di company ini"

Aku tertegun mendengar perkataan penuh sindiran itu. Namun bodohnya aku malah tidak bisa mengendalikan perasaan. Air mata yang sedari tadi menggenang kini meluncur bebas di pipih. Pagi ini kembali memberi beban, bahkan beban kali ini terasa lebih berat dari sebelumnya. Apakah memang seharusnya memori ini tidak ku gali lagi? Sesak rasanya kembali terjebak dalam kubangan yang sama.

Dan dia Jaya benar-benar telah melupakanku.



(4th file ended)

Jaket dan jeans andalan orang ganteng

Lagi-lagi gue mau ingatin jangan lupa pakai maskernya kalau lagi keluar ya zh3yEnK - by Jaya ganteng

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lagi-lagi gue mau ingatin jangan lupa pakai maskernya kalau lagi keluar ya zh3yEnK - by Jaya ganteng

Lagi-lagi gue mau ingatin jangan lupa pakai maskernya kalau lagi keluar ya zh3yEnK - by Jaya ganteng

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minggu, 16 Agustus 2020

(04/08/2021)

Bekas LangkahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang