6. Sisi lain (2)

6.7K 225 30
                                    

Kalo ada typo tandain ya :*

                

Aku menundukkan kepalaku, menikmati makanan yang baru saja Myungsoo bawakan.

Aku memang tak berniat menolaknya karena kenyataannya tubuhku sangat lemah saat ini, rasanya kakiku bergetar bahkan sekedar untuk menopang tubuhku sendiripun aku tak mampu.

Aku tak berani menatap Myungsoo yang kini duduk disebelahku memperhatikanku, wajah dinginnya sangat menakutkan.

Aku meletakkan mangkuk bekas makanku diatas meja serta sumpit yang ku tidurkan diatas mangkuk, ku teguk air putih yang ia sediakan sampai tersisah ¾nya sebelum akhirnya aku membuka suaraku "sudah selesai" ini adalah suara pertama yang ku keluarkan sejak ia terbangun.

Ia mengambil sebutir obat yang biasa ia berikan padaku, yang aku ketahui sebagai vitamin lalu memakannya, sepertinya ia akan memberikan vitamin itu padaku dengan cara menciumku seperti biasa.

Ia mengambil air putih bekasku dan meminumnya lalu menarik daguku bersiap akan menciumku, seperti sudah kebiasaannya.

Namun saat jarak wajah kami tinggal satu inci ia termanggu, menatap bibirku dengan datar lalu menjauhi wajahku.

Aku bisa melihat benjolan lehernya bergerak naik turun, apa ia menelan vitaminnya? Kenapa tidak memberikannya padaku?

Wajah datarnya mengambil satu butir vitamin lagi lalu meletakkannya diatas tanganku, ia menyerahkan gelas berisi air putihku tadi lalu memintaku meminumnya "minum dulu vitaminmu"

Aku yang masih bingung hanya menurutinya, aku hanya bingung kenapa ia mewurungkan memberiku vitamin dengan cara biasanya? apa ia marah padaku?

Ku berikan gelas itu kembali padanya saat vitamin itu sudah masuk kedalam kerongkonganku.

"Lain kali jangan pernah melewatkan makananmu lagi___jika hal seperti ini terulang lagi akan kubiarkan kau mati membusuk didalam selmu" bibirku terkatup mendengar suara dinginnya yang memperingatkanku melalui ujung mataku aku melihatnya keluar kamar membawa nampan ditangannya dan ketika ia sudah sampai diluar terdengar bunyi dari ia memutar kunci mengunciku didalam kamarnya.

Apa ia takut aku akan kabur?

Mataku menjelajah isi kamarnya yang monoton, tak ada apapun didalam sini, tak ada foto, tak ada lukisan, tak ada patung, hanya ada tumpukan buku, kertas serta jam  wekker yang berdiri dimeja nakasnya.

Kamarnya terasa membosankan, kalau saja ia sedikit lebih dekat denganku atau sedikit tak terlalu kejam padaku pasti sudah ku rubah kamar ini agar lebih hidup____tapi jangan salah kira, aku tidak berharap ia sedikit lembut padaku atau bahkan berharap dekat dengannya, karena aku tau hal paling mustahil adalah terwujudnya hal itu.

Aku terdiam menunggunya, masih duduk diatas sofa dengan punggung yang ku tegakkan.

Aku memilin ujung kemeja yang ku gunakan, kemeja over size yang hanya mampu menutupi tidak lebih dari setengah pahaku, mungkin karena warnanya yang putih membuat seluruh tubuhku tercetak jelas bahkan ketika aku masih memakai baju sehingga aku merasa masih tidak memakai baju, ditambah dengan aku yang tak mengenakan apapun dibalik kemeja ini membuatku semakin merasa jika aku tak mengenakan baju.

Aku melirik jendela kaca besar yang ada dibagian lainnya, gordennya yang terbuka memperlihatkan langit malam yang gelap, sekarang sudah malam ya? jam berapa ya sekarang? Sudah berapa hari aku dikurung disana?

Ku lirik jam wekker yang sudah menunjukkan angka 9 dan tak berselang lama terdengar suara kunci yang diputar diikuti oleh munculnya tubuh Myungsoo dari balik sana.

Me and 4 Dwarfs (Slave Girl) 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang