EPIPHANY - 2. Metawin

164 14 1
                                    

Pagi itu Charles university ramai akan kehadiran para mahasiswa-mahasiswa baru yang sangat excited akan kehidupan baru mereka sebagai mahasiswa.
Mereka berlalu lalang mempelajari setiap sudut lingkungan baru yang akan mereka liat selama 3 tahun ke depan. Di saat kebanyakan dari mahasiswa-mahasiswa itu berjalan bersama beberapa teman baru dari berbagai negara, salah seorang mahasiswa justru hanya berjalan sendiri tanpa arah. Wajah muram, serta selalu tertunduk.

Hal itu menarik perhatian salah seorang mahasiswa yang tengah mengobrol dengan temannya di depan kelas. Sesekali mahasiswa itu melirik gadis murung yang terus berjalan tanpa arah itu, sampai ia memutuskan untuk berpamitan kepada temannya dan menghampiri gadis itu.

"Hi," sapa laki-laki itu.

Gadis itu pun mendongak dan menatap laki-laki menjulang di depannya.

"Oh, you are asian too," ucap laki-laki itu saat mendapati wajah khas orang Asia. Ia kemudian menyodorkan tangannya, "I am Metawin, I am from Thailand,"

Gadis itu dengan ragu menjabat tangan laki-laki Thailand itu, "I am Arin," ucap nya lirih.

Metawin terkekeh melihat tingkah Arin, "Korean?"

Arin mengangguk.

"Kau tidak perlu takut, aku tidak akan menggigit," ujar Win, bercanda. Dan hal itu membuat Arin sedikit terkekeh.

"Apa kau murid baru?" tanya Win, "kau terlihat bingung dari tadi."

Arin hanya mengangguk lagi merespon pertanyaan Win. Gadis itu masih sangat canggung dengan orang-orang baru di kampusnya.

"Aku bisa menemanimu berkeliling kalau kau mau," tawar Win.

"A-apa tidak merepotkan?"

Win menggeleng sambil tersenyum manis yang Arin pikir mirip seperti kelinci. "Tentu tidak."

Hari itu adalah hari pertama Win bertemu Arin. Saat itu, Arin tak banyak tersenyum seperti sekarang. Ekspresi murung lah yang selalu menghiasi wajah manis gadis itu. Butuh waktu tidak sebentar untuk Win bisa membuat Arin terbiasa dengannya seperti sekarang.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Win setelah beberapa menit mereka meninggalkan kelas masing-masing dalam diam.

Tak seperti biasanya saat bersama Win, Arin hari ini lebih banyak diam.

Arin menggeleng, "aku tidak apa-apa, hanya sedikit lelah."

Win mengangguk paham. Paham dalam artian bahwa Arin belum mau mengatakan padanya apa yang terjadi.

Meskipun ia menganal Arin belum lama, Win paham saat gadis itu ada masalah. Namun, ia tak pernah memaksa gadis itu bercerita. Tidak, tidak seperti itu. Win hanya akan membiarkan gadis itu, sampai ia sendiri yang bercerita.

-------

Hari sudah semakin sore. Buktinya, lampu-lampu pelataran di setiap toko sudah mulai dihidupkan. Win yang baru saja menyelesaikan kelasnya segera bergegas ke suatu tempat, takut-takut ia membuat seseorang yang tadi mengajaknya bertemu menunggu nya terlalu lama.

"Arin!" panggil Win saat ia mendapati gadis itu yang duduk di salah satu kursi di sana.

Arin menoleh, "Apa kau berlari ke sini?"

Win tak langsung menjawab, laki-laki itu menormalkan deru napasnya terlebih dahulu, setelahnya ia justru hanya meringis merespon pertanyaan Arin.

"Kebiasaan," cibir Arin.

"Hitung-hitung olah raga. Lagi pula akhir-akhir ini aku juga jarang berolahraga," ujar Win sambil meringis lagi. "Jadi, ada yang ingin kau katakan?"

EPIPHANY - Park Jihoon/Choi Arin/Win MetawinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang