♡' O9

115 18 2
                                    

Nesya terduduk di sebuah bangku taman. Canggung, itulah yang ia rasakan rasakan saat melihat wajah Rey.

"Nih!" Rey memberikan sebuah minuman dingin pada Nesya.

"Thanks," balas Nesya canggung.

Rey memecah kecanggungan, "Yang masalah tadi itu, jangan baper."

Nesya hampir saja memuncratkan apa yang ia minum. "Enggak lah! Amit-amit, baper sama lo!" elaknya.

"Jino itu, mantan lo ya?" tanya Rey hati-hati. Nesya tak menjawabnya, ia benar-benar muak membahas semua hal tentang Jino.

Rey mengusap tengkuknya, kemudian ia menunjukan buku harian Nesya dari tas nya. "Gua penasaran. Jadi, gue baca. Maaf Nes."

Nesya membulatkam matanya kaget, jika Rey membaca buku hariannya, artinya Rey tau segala hal tentangnya. Ini gawat! Nesya segera mengambil buku hariannya, lalu dengan cepat memasukan buku itu ke dalam tas nya.

Nesya bergegas untuk pergi dari taman, tetapi Rey justru menahannya.

"Gak marah kan?" Rey memastikan.

"Lo gila! Lo gak ada hak buat baca buku itu!" sewot Nesya.

"Gua tau gua salah, makanya gua minta maaf. Ngomong-ngomong soal itu, mungkin gua bisa bantu lo buat wujudin satu keinginan lo di buku diary itu." ujar Rey.

"Ya, itung-itung sebagai tebus kesalahan gua yang udah lancang baca buku harian lo." lanjut Rey.

Nesya berpikir sejenak, bukankah itu adalah hal yang menarik? "Emang bisa?" tanyanya.

"Ya selama keinginan lo gak berubah wujud jadi doraemon, ya pasti bisa. Asal lo yakin kalo lo itu bisa." jawab Rey berusaha melawak.

"Pfft... garing! Hahaha!" Nesya tertawa.

Syukurlah, Rey senang melihat Nesya kembali tertawa. "Bodo amat garing, yang penting ganteng."

"Idih! Jangan pede ketinggian lo, awas jatoh, haha!" Nesya masih saja menertawakan Rey.

"Udah-udah, ketawa mulu lo! Ngomong-ngomong, satu keinginan lo itu..." ucapan Rey terpotong.

"Jino hilang dari kehidupan gue," potong Nesya dengan nada seriusnya.

Rey menganggukan kepalanya, "Gua ngerti kok, diselingkuhin sama sahabat sendiri rasanya anjing banget."

"Pfft...hahaha!" Nesya justru tertawa lagi. "Nada lo mirip banget sama yang jual odading! Yang lagi viral itu loh, haha!" sambungnya.

Rey ikut tertawa, dari awal ia melihat Nesya rasanya ia mulai tertarik pada gadis itu.

"Jadi, gimana cara nya?" tanya Nesya lagi dengan wajah serius.

"Bunuh aja, selesai," jawab Rey santai.

Nesya memukul pundak Rey, "Kriminal!"

"Ya, kalo gitu culik terus kirim ke luar negeri deh," usul Rey enteng.

Nesya kembali memukul pundak Rey, "Ya enggak gitu juga, Rey!"

Rey menatap Nesya dalam, "Hm, ya kalo gitu coba buka hati lo buat gua aja."

Nesya terdiam, benarkah apa yang Rey katakan itu? Ah, tidak. Tidak mungkin. Nesya tidak boleh bawa perasaan!

"Ya jalanin aja dulu." lanjut Rey.

'Plakkk!'

Nesya memukul keras pundak Rey, hingga Rey kesakitan, "Jangan gila!"

"Yee, yaudah santai dong kagak usah sewot! Sakit nih!" ujar Rey memegang pundaknya kesakitan.

"Lagian elo nya!" Nesya tak merasa bersalah.

Rey berpendapat, "Kayaknya lo cuma belom bisa ikhlasin semua yang terjadi. Ikhlas emang susah sih, ya setidaknya lu mau coba."

"Cara nya?" tanya Nesya.

"Ya, anggap aja ini semua takdir Tuhan yang terbaik buat lo. Lo tau kan, kalo Tuhan pasti selalu kasih yang terbaik untuk hamba nya? Dan Tuhan juga tau mana yang buruk dan yang baik untuk setiap hamba nya," jawab Rey.

Nesya mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti, mungkin selama ini ia memang belum ikhlas, dan hanya mementingkan ego nya sendiri.

"Jangan lupa untuk maafin Jino dan sahabat lo. Karena setidaknya, mereka sempet buat lo bahagia. Namanya juga manusia, pasti punya kesalahan kan?" sambung Rey.

Rey menatap mata Nesya, "Satu lagi, jangan balikan sama Jino."

Nesya menaikkan alisnya heran, "Kenapa?" tanyanya.

"Nanti gua cemburu," jawab Rey santai.

"Hah? Maksudnya?" tanya Nesya lagi.

Rey mebarik napasnya pelan, "Hah hoh hah hoh, ya jangan jatuh ke dalam lubang yang sama. Tapi ya, kalo mau silahkan aja."

Nesya mengangguk, "Thanks, Rey." ucapnya sembari tersenyum lega.

"Santai, gitu dong senyum. Kan gua jadi suka," balas Rey.

"Hah?"

"Hoh!"

"Udah cepet balik, udah mau sore." ajak Rey menuju motornya.

"Loh tapi kerkom nya?" tanya Nesya.

"Besok aja abis pulang sekolah, cepet naik atau gua tinggal?" ancam Rey bercanda.

"Eh? Iya iya! Sabar, tunggu!" Teriak Nesya lalu segera menuju motor Rey.

•••

Nesya terbaring di ranjangnya yang empuk, Entah kenapa sedari tadi Rey tak hilang dari pikirannya. Apa mungkin ia mulai tertarik pada Rey? Ah, tidak mungkin Nesya move on secepat ini. Lebih baik ia membuka sosial media-nya saja, lagian videocall dengan Hana pasti lebih seru.

Setelah satu jam Nesya videocall dengan Hana, terlihat notif dari nomor yang ia kenal. Awalnya, ia berpikir bahwa itu adalah nomor lain dari Jino. Namun, pikirannya salah.

Wendy :
Perimisi?

Nesya :
Ya? Siapa?

Wendy :
Ah, perkenalkan saya Wendy. Kebetulan tante ini mama nya Rey, betul kamu pacarnya Rey kan?

Nesya :
Oh, Halo tante, saya Nesya. Kebetulan aku temannya Rey, tante. Kalau boleh tahu, ada apa ya?

Wendy :
Ah begini, tante baru saja pulang dari kanada. Kebetulan, gak lama akan balik lagi kesana. Tante ingin sekali bertemu Rey, tapi Rey gak bisa dihubungi.
Besok rencananya tante mau ke sekolah. Kamu mau bantu tante kan?

Nesya :
Ooh gitu ya tan, oke tan siap!

Nesya berpikir, mengapa Tante Wendy tak langsung menghubungi Rey sendiri saja? Lagian darimana ia mendapatkan nomornya? Ah, yasudahlah mungkin Tante Wendy sengaja ingin memberi Rey kejutan. Jika begitu, Nesya yakin, Rey pasti sangat senang.

•••

Next?

ONEIRIC DIARY : RENKYUNG (ft.00line)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang