♡ '1O

107 20 2
                                    

Pagi hari yang cerah telah tiba, seperti biasa, pagi ini Nesya pergi ke sekolah bersama Rey. Tak lupa, untuk mempertemukan Rey dengan mamanya, Wendy.

"Pagi cantik!" sapa Rey tersenyum menggoda Nesya.

"Emang cantik, bwlee!" sahut Nesya sembari menjulurkan lidahnya untuk meledek Rey.

"Yeh, kepedean nih anak," ujar Rey sambil melempar helm pada Nesya.

Nesya dengan sigap menangkapnya, "Ayo!" ajaknya bersemangat.

"Kesambet? Atau mulai suka sama gua? Buru-buru amat," heran Rey.

"Enak aja! Pokoknya hari ini pasti bakal jadi hari paling menakjubkan buat lo!" balas Nesya antusias.

"Hah? Buat gua? Apa?" tanya Rey penasaran.

"Someone you miss, is coming to school this morning!" jawab Nesya.

Rey mengerutkan dahinya, "Gua gak rindu siapapun. Siapa sih?"

"Shhtt... ada deh, nanti juga tau. Yuk buruan!" ajak Nesya lagi.

Rey mengangguk, "Terserah tuan putri deh, gua yang di kasih kejutan, malah lo yang antusias. Buruan naik."

•••

📍 Sekolah.

Rey dan Nesya sudah sampai di sekolah, tepatnya di kantin sekolah. Nesya yang menunggu seseorang untuk datang dengan antusias, berbeda dengan Rey yang sampai sekarang belum tahu siapa yang ingin datang.

"Emang siapa sih? Bikin penasaran aja," tanya Rey malas.

Nesya melihat ponselnya sebentar untuk mengetahui ciri-ciri orang yang ditunggunya, "Ah, itu itu!" jawabnya antusias.

Seorang wanita dengan rambut pendek berwarna hitam memasuki kantin, ia segera menghanpiri Rey dan Nesya dengan mata yang berbinar.

"Halo tante," sapa Nesya tersenyum.

Wanita itu yang tak lain dah tak bukan adalah Wendy, membalas senyuman Nesya lalu sedikit menunduk.

"Rey... mama--" ucapan Wendy terpotong.

"Untuk apa kembali ke sini?" potong Rey ketus.

"Ma..Mama kangen sama kamu, Rey..." ujar Wendy mengatakan hal yang sejujurnya.

Rey tersenyum sinis, "Ninggalin aku sama Jihan, cerai sama papa, titipin aku ke nenek selama bertahun-tahun lamanya, mama baru balik sekarang?"

"Kemarin mama kemana aja, hm? Mama peduli gak sama Rey dan Jihan?" lanjut Rey berusaha mengatur emosinya.

Wendy terdiam, ia meneteskan air matanya dalam diam. Ia memang salah, tapi apa salah bila ia ingin memperbaiki semuanya?

"Nangis gak akan bikin Rey luluh ma, dan gak usah cari Rey lagi." Ujar Rey lalu bergegas pergi dari kantin.

Namun, Nesya menarik tangan Rey pelan. Ia tak bisa diam saja, tetapi di sisi lain ia tak tahu apa yang terjadi diantara hubungan Rey dan mamanya.

"Rey, dia mama lo. Tolong hargai!" ucap Nesya pada Rey.

Rey menggeleng, "Buat apa gua hargai dia, kalo dia aja bahkan gak inget gua dan adek gua."

"Tapi--" Nesya berusaha menahan Rey, Namun usahanya gagal.

"Lo gak tau apa-apa tentang gua, jadi jangan ikut campur."

•••

Sejak dua jam yang lalu, Nesya dan Rey sama sekali tak bertegur sapa. Nesya bingung, sebenarnya apa yang terjadi di antara Rey dan mama nya? Mengapa Rey bisa begitu benci terhadap mama nya sendiri?

"Nesya."

Suara itu menyadarkan Nesya dari lamunannya, siapa lagi jika bukan Bu Susan, sang guru matematika yang paling sadis di sekolah.

"Masih berani bengong di pelajaran saya?" tanya Bu Susan dengan nada tinggi. Nesya menggeleng pelan sebagai jawaban. "Jika begitu, tolong kerjakan soal ini di depan," suruhnya.

Nesya maju dengan berat hati, bagaimana ini? Apa yang harus ia lakukan? Ia bahkan tak mengerti sama sekali tentang materi ini, tamat lah sudah nasibnya.

Bu Susan menggelengkan kepalanya pelan, "Salah, silahkan duduk."

Nesya membuang napasnya lega, untung saja kali ini ia tak di suruh membersihkan kamar mandi lagi. Tetapi, ia harus menerima makian dari guru tercintanya itu.

***

"Kayaknya gua harus move on dari Yeji deh, apa ke Nesya aja ya? dia baik, cantik lagi." Kata Hyunjin pada temannya, Jisung.

Sekarang ini mereka sedang berada di lobby sekolah karena pelajaran baru saja berakhir.

Seseorang geram saat mendengar perkataan itu. Ya, Rey langsung menarik kerah Hyunjin dan membawanya ke tempat yang agak sepi.

"Gua tau lo suka Yeji, jadi gak usah jadiin Nesya pelarian lo, brengsek!" Tegas Rey.

Tempat itu seketika ramai, banyak yang mengambil gambar dari jauh dan ada pula yang ikut menyorakinya.

Di sisi lain, Nesya yang melihat kejadian itu pun langsung menghampiri keduanya dan berniat untuk menyelesaikan perkelahian itu, tetapi-

'Bugh!'

Hyunjin memukul rahang Rey keras.

"Apa bedanya gua sama lo! Lo juga jadiin Nesya pelarian dari Sheila kan?"

Nesya mematung di tempat. Apa perkataan Hyunjin itu benar? Sial, jadi selama ini ia hanya di jadikan pelarian oleh Rey?

Rey memukul balik pipi mulus Hyunjin. Satu detik kemudian ia melihat Nesya yang sedang menutup mulut sambil menahan tangis.

"Nes, ja-"

Baru saja Rey ingin menjelaskannya pada Nesya, tetapi tiba-tiba saja Hyunjin kembali memukulnya. Rey yang tak terima pun segera memukul Hyunjin balik.

"BERHENTI!" teriak Nesya keras.

"Bangsat, semua cowok sama aja."

Ucapan Nesya itu membuat keduanya berhenti berkelahi. Setelah melihat mereka berdua berhenti berkelahi, Nesya segera pergi dari tempat kejadian, lebih baik ia pulang saja.

Bukannya berhenti berkelahi, Hyunjin dan Rey terus melanjutkan perkelahian mereka hingga keduanya babak belur.

***

"Sial!" Rey mengunpat tepat di depan teras rumahnya.

Ia menelepon Nesya berkali-kali. Berkali-kali itu pula teleponnya di tolak oleh Nesya. Nomornya bahkan sampai di blokir oleh Nesya.

Ia memang merasakan sakit di wajahnya akibat pukulan maut dari Hyunjin. Tetapi ia lebih merasakan sakit di hatinya jika Nesya sudah membencinya seperti ini.

Apa ini artinya ia sudah mencintai Nesya?

ONEIRIC DIARY : RENKYUNG (ft.00line)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang