Akhirnya, terbongkarlah segala yang kurahasiakan selama hampir sebulan ini. Meskipun awalnya takut, aku justru merasa lega setelah mengatakannya.
Setelah mengetahui kenyataan di balik sikapku yang aneh akhir-akhir ini, Kak Saichi tetap cuek seperti biasa. Ibu sebenarnya tidak suka terhadap keputusanku, tapi ibu berusaha tidak menunjukkan ketidaksukaannya. Ayahlah yang terang-terangan menentangku. Walaupun ditentang, aku tetap dengan keyakinanku.
"Sekali lagi ayah bertanya kepadamu, apakah kau mau meninggalkannya atau tidak?" tanya ayah penuh tekanan.
"Tidak." jawabku yakin.
"Baiklah kalau begitu. Ayah akan memberimu pilihan." Kata-kata ayah selanjutnya disampaikan dengan singkat, padat, dan jelas, namun sudah cukup untuk menyentak seluruh syaraf di sekujur tubuhku. Usai mengatakan hal itu, ayah langsung berlalu.
"Ayah!" panggilku. "Tunggu dulu, Ayah!" aku berusaha mengejarnya. "Ayah, itu sama sekali bukan pilihan. Ayah, Ayah ...!" seruku sia-sia.
Aku mengepalkan tangan. Kesal, bingung, sedih. Tapi, aku tidak menyangka bahwa gempa serta tsunami yang baru saja terjadi di wilayah Tohoku itu sedikit banyak berpengaruh pada perubahan besar yang akan terjadi dalam hidupku.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hankachi
SpiritualGara-gara bertabrakan dengan seorang laki-laki di depan Miyamoto Cafe, Kaori kehilangan saputangannya. Dia juga dipaksa ayahnya menikah dengan Okumura Shinichi, laki-laki yang sama sekali tidak dikenalnya. Suatu hari, Kaori menemukan saputangan yang...