BB

333 47 3
                                    


Pukul 8 pagi di kitchen area, saat dimana today's special menu selesai dipanggang oleh Mix. Pancake dengan krim vanilla dan taburan kacang almond menjadi menu pendamping dari minuman merah yang Metawin siapkan untuk dirinya sendiri, "Kenapa ditaruh disini? Tidak seperti aku bisa mencicipinya untukmu, Mix"

"Krist meminta untuk ditaruh di meja, dia sedang ada urusan di kamar mandi sekarang" Mengabaikan Metawin yang masih memasang tatapan foxy dengan kornea sewarna batu zamrud, sepertinya lupa menggunakan soft lense, lagipula ini masih terlalu pagi.

Metawin mengedikan bahu, tak lagi peduli akan desert manis di samping kanan, bahkan Mix sang pembuat pun sudah disibukan dengan wastafel dan kebersihan alat-alat masaknya, "Pawat masih berburu?"

"Seingatku Pawat mengatakan tentang serigala yang lepas dari kebun binatang kemarin, sepertinya serigala itu belum berhasil Ia tangkap hingga matahari kembali muncul" Decak Mix, sedikit membayangkan wajah kehausan Pawat di tengah hutan sekarang. Berharap saja yang lebih tua menyerah dan segera pulang karena 7 jam lagi mereka ada janji dengan client baru.

Metawin menekuk alisnya, entah mengapa ada satu kesimpulan aneh yang muncul di dalam kepala besar itu sekarang, "Pawat berciuman dengan serigala?"

Dengan berat hati Mix memutar badan dan meninggalkan kegiatan mencucinya untuk beberapa saat, memutar bola mata malas pada kakak manis yang masih memajang wajah polos itu, "Sudah berapa lama kau tak berburu hewan?"

"Kau tahu jika aku tak pernah berburu" Senyum polos yang demi Tuhan membuat Mix kehilangan banyak kata, Dia lupa jika dibanding dengan Pawat si independent, Metawin hanyalah sesosok kakak manja dengan segala keluhan saat sesuatu tak sesuai dengan keinginannya.

"Aku lupa jika ratusan tahun terakhir rumah sakit, aku, dan Pawat selalu memanjakanmu" Berbalik pada cucian piring, tak ada gunanya memandang wajah polos itu, "Pertama tak ada ciuman karena Serigala itu bukan manusia. Kedua, saat tak ada ciuman maka tentu saja Pawat hanya akan mengambil darah, seperti yang akan kau lakukan sekarang, Win"

Metawin tersenyum ambigu, diliriknya gelas bening dengan cairan merah pekat diatas meja, "Aku yang selalu menghisap darah-darah ini, tapi malah aku yang melupakannya, hahaha" Sudah biasa terjadi, Winnie. Tak perlu merasa bodoh, "Lagipula semenjak mengenal energi manusia, kau dan Pawat tak lagi pernah berburu hewan"

"Ingatlah jika kau kemarin memarahi Pawat tentang menghisap energi Nanon, Win." Sindir Mix, namun membenarkan opini Metawin tentang obsesinya terhadap energi langsung dari manusia.

Metawin menaruh tangannya tepat diatas gelas, memperlihatkan telapak tangan panjang itu pada cairan pekat di dalam sana, sedikit konsentrasi untuk mengambil sesuatu yang tak dapat dilihat oleh mata telanjang manusia biasa, hingga si cairan merah sewarna dengan gelas bening dan Metawin yang tersenyum lega karena berhasil mengisi tubuhnya hari ini.

"Kau sudah selesai minum?" Tanya Mix, masih membelakangi Metawin.

"'Hm"

"Krist sudah bercerita padamu tentang hasil penglihatannya semalam?"

Metawin mengangguk, lupa jika Mix tak bisa melihat pergerakannya sekarang, "Pemburu itu sudah membakar mereka yang ada di Alaska" Bibir bawah tergigit menghasilkan efek ruam sewarna apel, Metawin mulai tegang adalah hal pertama yang bisa Mix rasakan, "Semakin banyak yang terjebak di dalam lukisan sekarang"

"Kita harus cepat menemukan lukisan itu, bukan begitu?" Metawin mungkin yang lebih tua, tapi Mix sosok yang lebih kuat. Bukan tentang kehebatan fisik melainkan ketahanan diri. Lahir sebagai jiwa yang terkutuk membuatnya sadar bahwa Dia tak jauh berbeda dibanding mayat hidup, dia bahkan tak pernah merasakan 'hidup'.

Butterfly ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang