🍂|| Ignorant ||🍂

656 105 289
                                    

Pukul delapan dan Amane masih belum berkutik dari ranjangnya. Darah di jemarinya sudah mengering, namun lukanya masih terbuka. Menghela napas berat, bangun dari posisinya.

Amane keluar dari kamarnya, berjalan menuruni anak tangga menuju ruang tengah. Mencari kotak P3K lagi. Sesaat, iris amber Amane melirik pada bibir pintu. Berharap kenop pintu akan terputar dan menunjukkan sosok gadisnya yang akan berkata, "aku pulang!"

Ya, pemuda itu masih saja mengharapkan sosok yang sudah mengiris hatinya. Saat ini, Yugi Amane bagaikan tumbuhan tanpa akar. Ia bisa mati kapan saja.

"Aku pulang!"

Harapnya dikabulkan oleh Yang Kuasa. Namun, hal tersebut hanya menambah besar luka di hatinya. Amane tak menjawab, melihat atau melirik pun tidak.

"Amane?"

Melepas sepatunya, berjalan mendekati Amane. Tangannya menepuk pundak Amane, tapi segera ditepis olehnya.

"Kenapa tanganmu?"

"Kenapa menanyai keadaan tanganku? Kenapa tidak kau tanyai keadaan hatiku saja?"

Beranjak dari sofa putih tersebut tanpa sepatah katapun. Mengambil kotak P3K, membawanya pergi ke kamar. [Name] yang merasa terabaikan hanya dapat menghela napasnya panjang. Jujur, gadis itu tak merasa bersalah sama sekali.

♡~♥️~♡

"Amane! Turunlah! Makan malam sudah siap!" Teriak istrinya dari bawah.

Tak mendapat jawaban dari insan yang mencintainya, [Name] membuka apron nya, meletakkannya di tempat semula. Mulai menaiki anak tangga satu persatu, hingga akhirnya sampai di depan pintu kamar Amane.

Mengetuk pintu sebanyak tiga kali, "Amane?"

"Makanlah sendiri. Aku tidak lapar." Jawab Amane agak ketus dan dingin.

"Hei! Kau belum makan dari tadi sore! Kau pasti lapar, kan?" Sahut [Name] cepat.

"Amane yang ku tahu itu berperut besar, tukang makan!" Berusaha menghibur, namun malah menambah rasa sakit hati Amane.

"Tahu apa kau tentang ku?"

Merasa dongkol ketika mendengar penuturan Amane, [Name] membuka pintu kamar Amane cukup kasar. [Name] masuk ke dalam sana dengan wajah yang merah akibat menahan amarah.

"Aku tahu banyak hal tentangmu, Amane! Aku tahu … karena kita … adalah …."

Kalimatnya digantung begitu saja. Amane menunjukkan senyum mirisnya. Menarik tangan [Name], membuat gadis itu terjatuh ke atas ranjang.

"Kita apa? Sepasang suami-istri? Selama ini, kau anggap apa hubungan kita?"

"Kita hanyalah dua orang sahabat kecil yang dijodohkan. Itu saja." Jawab [Name] dengan kepala yang ditundukkan.

"Sahabat? Lalu, kau anggap apa Tsukasa?"

"Tsukasa-kun adalah seseorang yang berharga bagiku." Volumenya bertambah kecil.

Amane tertawa sebentar, "begitu ya."

"Akhirnya, aku paham."

Gadis itu menengadahkan kepalanya, mendapati Amane yang tengah tertawa dihiasi bulir bening yang mengalir ke pipinya. [Name] tersentak, tangannya terulur untuk menghapus air mata pemuda tersebut, namun ditepis olehnya.

"Aku paham bahwa, hubungan kita hanyalah omong kosong belaka."

"Terima kasih atas perhatian palsu mu, [Name]. Kau bisa keluar dari kamarku sekarang."

You Bury MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang