🍂|| Surrender ||🍂

572 105 153
                                    

Pagi itu [Name] keluar dari kamarnya dalam keadaan mata sembab sedangkan Amane sedang memasak sarapan sambil menguap lebar karna tidur larut malam.

Amane terlalu asyik mengobrol banyak dengan Yashiro hingga tidak sadar mereka sudah bertelpon hingga jam 1 dini hari.

Setelah selesai memasak, Amane segara menata sarapan di meja makan dan mendapati raut wajah istrinya yang berantakan.

Sesaat Amane tertawa kecil mengejek tanpa sadar melihat ekspresi menyedihkan yang di tunjukkan gadis itu.

"Kau menangis karna ucapanku kemarin huh?"

"Diam!"

Amane menatap [Name] dengan senyum mengejek lalu berbalik ke kulkas untuk mengambil es batu dan memberikannya pada [Name].

[Name] mengangkat wajahnya menatap suaminya itu tidak mengerti sedangkan Amane masih menatap rendah ke arah [Name].

"Untuk matamu, hari ini ujian jadi jangan pasang wajah menyedihkan seperti itu di depan kekasihmu Tsukasa"

[Name] menunduk menerima uluran es batu Amane, lagi-lagi matanya terasa panas tapi Amane tidak peduli melainkan melanjutkan sarapannya yang tertunda membiarkan gadis itu mengompres matanya sendiri.

Amane berusaha menahan diri untuk tidak menertawai wajah menyedihkan gadis ini dengan tetap asyik dengan ponselnya sambil menikmati sarapannya.

♡~❤️~♡

Bel istirahat berbunyi, Amane meregangkan otot-otot tangannya yang kaku lalu menghela nafas lega.

"Amane-kun!"

Amane menoleh lalu tersenyum kearah gadis bersurai cream itu.

"Hm? Ada apa?"

"Ayo kita makan siang di atap sekolah dengan yang lain~!"

Amane terlihat berpikir sejenak mengingat di atap sekolah nanti pasti ada [Name] dan Tsukasa, tapi sepertinya menarik dan Amane akan membuat adik kembaran serta istrinya itu panas dengan kedekatannya pada Yashiro.

"Ayo!"

Amane menarik tarik Yashiro sambil menenteng bekal makanan menuju atap sekolah membuat jantung Yashiro berdegup tak karuan.

Begitu sampai di tangga menuju atap sekolah, disana terlihat [Name] sedang di peluk oleh Tsukasa dengan sedikit terisak sedangkan Tsukasa sudah menatap tajam kearah Amane.

Dari situasi itu Amane bisa tahu kalau [Name] mengadu pada Tsukasa dan Amane tidak peduli karena saat ini Amane hanya ingin bersamaa Yashiro.

Yashiro sedikit takut dengan tatapan Tsukasa namun Amane menenangkan dengan menggenggam erat tangan gadis itu.

"Amane ka-"

"Gomen Tsu, tapi itu privasi kita yang tidak boleh di bahas di sembarang tempat"

Amane tersenyum penuh kemenangan kearah [Name] serta Tsukasa seraya berjalan berjalan melewati Tsukasa.

"Tunggu!"

[Name] menarik tangan Yashiro membuat Amane dan Yashiro berhenti.

"Kau! Ikut aku sekarang!"

Amane menahan tangan Yashiro sambil menatap tajam kearah [Name].

"Jangan ganggu Yashiro-san! Lepaskan!"

Yashiro menggeleng lalu tersenyum kearah Amane.

"Tak apa Amane-kun, kalau memang [Name]-chan ingin bicara denganku secara baik-baik"

"Tapi-"

Amane menghela nafas berat lalu membiarkan Yashiro di bawa pergi oleh [Name] sedangkan Amane memutuskan untuk pergi mengabaikan Tsukasa karena tidak ingin berdebat ataupun baku hantam dengan kembarannya.

"Jadi, kau mau bicara apa?"Tanya Yashiro begitu sampai di belakang sekolah, [Name] mendengus.

"Jauhi Amane! Dia suamiku!"

"Hah? Suamimu? Sejak kapan seorang [Name]-chan mengakui Amane-kun suaminya?"

[Name] menarik kerah baju Yashiro berniat menamparnya namun Yashiro tidak takut dan hanya tersenyum mengejek.

"Tahu apa kamu tentang Amane?!"Bentak [Name] naik pitam.

"Aku tahu banyak soal dia! Lebih baik kau tanyakan itu pada dirimu sendiri!"

"Aku istrinya jadi ak-"

"Baiklah! Aku ingin kau sebutkan satu saja kesukaan Amane-kun!"

[Name] terbungkam, cengkramannya mendadak mengendur karena otaknya mendadak macet atau lebih tepatnya [Name] sama sekali tidak ingat apa makanan favorit pemuda itu.

"Tidak tahu kan? Bahkan hal sepele seperti itu kau tidak tahu! Kau mau tahu? Amane-kun suka donat! Donat original buatan sendiri! Amane-kun suka astronomi lebih dari yang kamu tahu! Amane-kun suka kelinci! Dia suka melihat bulan!"

"..."

"Masih diam kan? Aku yakin kamu baru tahu ini, ini yang kau sebut tahu?"

Yashiro menepis tangan [Name] lali berlalu pergi meninggalkan [Name] yang mematung di tempat, sekelumit perasaan tidak mengenakkan menguasai sudut hatinya.

Apa ini?.

"Yashiro-san!" Seru [Name] memanggil Yashiro.

Menghentikan langkahnya, menoleh ke belakang, mendapati [Name] tengah menundukkan wajahnya. Rasa iba Yashiro terhadap gadis itu muncul seketika. Gadis delima itu mendekat, menunggu sambung kata dari [Name].

"Aku sudah berusaha untuk memahami Amane, sejak dulu. Namun, semakin dipahami, aku semakin tak mengerti dirinya. Sebab itulah, aku membencinya dan diriku sendiri."

Yashiro menaikkan kedua alisnya, tanda bertanya. Menengadahkan kepalanya, memberi senyuman lembutnya pada Yashiro.

"Aku menyerah."

"Apa maksudmu, [Name]-chan?"

"Sedari kecil, aku sudah tahu bahwa aku akan dijodohkan dengan Amane. Karena itulah, aku mencoba untuk memahaminya."

Mengigit bibirnya, mencengkeram ujung roknya. "Aku tidak mengerti!"

Yashiro menepuk punggung [Name] guna menenangkannya. [Name] memeluk Yashiro erat, sedikit terisak di dekapannya. Jujur saja, saat ini [Name] sangat membutuhkan pelukan.

"Ku titipkan Amane padamu. Jaga dia, ya. Jangan gagal sepertiku."

Menyerah.

[Name] sudah menyerahkan segala tentang Amane pada gadis delima yang tengah ia peluk. Terdapat rasa penyesalan diiringi rasa lega di hati [Name].

Kalau [Name] mengenyampingkan rasa egoisnya dan mulai berbicara jujur, ia sama sekali tak mau melepas Amane. Dirinya sudah terlanjur menaruh hati pada si tua Yugi.

"Ya, aku pasti akan menjaganya."

[Name] memanglah bukan istri yang baik. Apalagi ia baru menginjak usia 17 tahun. Seharusnya diusia belianya, [Name] masih dapat menikmati waktunya tanpa ada hubungan serius diantara Yugi Amane.

Dan memang, ini semua bukanlah kesalahannya. Ini adalah kesalahan kedua belah orangtua mereka. [Name] hanya menambah sedikit bumbu kesalahpahaman, kok.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

You Bury MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang