🍂|| Hurt ||🍂

606 105 196
                                    

Guru yang mengajar pada jam tersebut tidak dapat hadir hari ini. Jadilah para murid berhamburan, ada yang pergi ke kantin, ada yang tidur di kelas, dan lain-lainnya. Lain halnya dengan Amane, Yashiro dan [Name]. Mereka hanya berdiam diri di kursi, meratapi nasib masing-masing.

Amane beranjak dari kursinya, pergi entah kemana. [Name] memperhatikan sosoknya, lalu melemparkan pandangan iba.

"[Name]-chan, bisa bicara sebentar?"

Duduk berhadapan dengan [Name], memperhatikan gadis tak tahu diri itu. Yashiro mengambil napas cukup dalam, meraih kedua tangan [Name], tersenyum lembut pada temannya.

"Tolong, berhenti menyakiti Amane-kun." Pintanya lirih.

Hei, siapa yang istri Yugi Amane di sini? [Name] atau Yashiro?

Tersentak dengan permintaan semata Yashiro, [Name] tersenyum seperti menahan amarahnya. Menarik kedua tangannya, membuat Yashiro terkejut.

"Yashiro-san, kalau tak tahu apapun, sebaiknya kau diam saja."

Yashiro mendengus, mengigit dinding pipinya(maksudnya, dinding pipi dalam mulut). Dia sebisa mungkin menahan emosinya.

"Tahu apa kau tentang Amane-kun?" Celetuk Yashiro yang berhasil menampar [Name].

"Tentu saja aku tahu banyak hal tentangnya! Aku ini sahabatnya, tahu!" Seru [Name] tak mau kalah.

Yashiro memberikan tatapan seperti 'kau tidak tahu apapun, pendusta'. [Name] geram dengan tatapan itu, gadis itu pun menggebrak meja.

"Aku tahu Amane lebih banyak dari mu!" Berseru sembari menunjuk lurus pada Yashiro.

"Apa kau tahu bagaimana perasaan Amane-kun saat dikhianati oleh orang terkasihnya?"

Terdiam untuk yang kesekian kalinya. [Name] mengigit bibirnya sendiri, mengernyitkan dahinya.

"Jangan ikut campur urusan pribadiku, Yashiro-san!"

"Kalau begitu, pikirkan perasaan Amane-kun juga!"

Bel berbunyi, atensi kedua gadis itu langsung buyar. Yashiro beranjak dari duduknya, pergi ke kursinya. [Name] menopang dagunya, menoleh ke luar jendela.

"Aku tidak dapat memahami perasaannya." Gumam [Name], melirih.

♡~❤️~♡

"Aku pulang!" Amane berseru sembari melepas sepatunya.

"Ah, selamat datang. Bagaimana kelas sains mu? Kau jadi mengikut lomba sains, kan?" Jawab serta tanya [Name] sebagai sambutan yang mulai menghangat.

Beranjak dari sana, membopong tasnya. "Ya, sama seperti biasa."

Menaiki anak tangga, masuk ke dalam kamarnya. [Name] menghela napas pelan, lalu melanjutkan kegiatannya menyiapkan makan malam.

"Sesuai perkataanmu, Yashiro-san. Aku akan memahami perasaan Amane." Tersenyum penuh kemenangan, namun nyata ialah yang akan kalah di kemudian hari.

Di sisi lain, begitu masuk kamar Amane meletakkan tas sekolahnya lalu menyambar handuk serta ponselnya dan kembali keluar kamar untuk mandi.

"Aku sudah menyiap air hangat untukmu mandi"Ucap [Name] begitu melihat Amane berjalan menuju kamar mandi sambil menenteng handuknya, Amane menatap istrinya heran sekilas karena mendadak gadis itu bersikap lembut tidak seperti biasanya.

Karena perlakuan kasar gadis itu padanya lebih di terima di nalar Amane daripada sikap lemah lembut [Name] padanya seperti sekarang.

Karena [Name] yang Amane kenal adalah [Name] yang hanya bersikap lembut jika itu menyangkut tentang kembarannya.

Ah, mengingat hal itu bagai menoreh garam pada luka bagi Amane.

"Oh, arigatou"Sahut Amane dingin meletakkan ponselnya di atas meja makan seraya pergi mandi membuat [Name] sedikit kesal karena Amane tidak bereaksi seperti biasanya dan melupakan fakta tentang kelakuannya dengan Tsukasa beberapa hari lalu.

Beberapa menit kemudian Amane keluar kamar mandi sambil mengusap-ngusap kepalanya yang basah menggunakan handuk.

"Amane ayo kita makan malam bersama dulu"

Amane mengerutkan alisnya bertambah heran dengan perlakuan istrinya malam ini, Amane berjalan duduk di kursi makan lalu meletakkan handuknya di kursi makan yang kosong.

"Itadakimasu!"

Mereka makan nyaris tanpa suara dan Amane makan sambil memainkan ponselnya tidak berusaha membuka pembicaraan seperti biasa membuat [Name] makin kesal karena merasa tidak terbiasa dengan sikap dingin Amane.

Tiba-tiba Amane tertawa kecil memandangi ponselnya membuat [Name] penasaran sebenarnya dia sedang bicara dengan siapa.

[Name] berniat bertanya namun dia terlalu gengsi untuk bertanya dan berakhir malah menggebrak meja menggunakan sumpitnya.

Amane terkejut lalu mengangkat wajah memandangi [Name] heran.

"Kau ini kenapa Amane? Kenapa diam saja?"

"Huh? Apa masalahnya, bukankah kau tidak suka aku mengajakmu bicara?"

Sebaris pertanyaan balik Amane sontak membungkam mulut [Name], Amane tersenyum mengejek lalu bangkit dari duduknya.

"Terima kasih atas makan malamnya, aku mau istirahat"

[Name] berjalan mendekati Amane lalu menahan tangan Amane namun di tepis oleh pemuda itu sambil menatapnya tajam.

"Apa? Apa otak dan hatimu sekarang sudah berfungsi hingga menyesali perbuatanmu waktu itu sialan?"Tanya Amane tajam seraya berjalan pergi masuk kamar mengabaikan [Name] yang membatu di tempat sambil terisak, [Name] sakit hati dengan sikap kasar Amane yang baru pertama kali ini di tunjukkannya.

Amane membanting tubuhnya di ranjang dan beberapa saat kemudian ponselnya berbunyi tanda ada panggilan masuk.

"Moshi-moshi?"

"Konbannwa Amane-kun, gomen aku menelpon tiba-tiba"

Amane tersenyum, lalu mengganti posisinya dengan duduk.

"Tidak, kau tidak mengganggu sama sekali! Ada apa Yashiro-san?"

Terdengar suara tawa renyah dari seberang sambungan telpon Amane, sesaat Amane melupakan pertengkarannya dengan [Name] hari ini.

"Hmm, bukan hal penting sih! Aku hanya sedang bosan saja haha"

Amane terkekeh berjalan menuju jendela kamarnya lalu menyibak tirai jendelanya membiarkan cahaya bulan menerobos masuk kekamarnya, Amane tersenyum memandangi bulan purnama malam itu.

"Dasar, baiklah aku juga sedang senggang"

Malam itu Amane menghabiskan waktunya memandangi bulan sambil bertukar cerita dengan gadis itu melupakan di sisi lain kamarnya ada gadis yang menangis karena perlakuannya.

Tapi Amane tidak peduli, luka yang [Name] torehkan lebih menyakitkan daripada ucapan Amane tadi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

You Bury MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang