#Part 1 : Hal Yang Baru

96 5 0
                                    

Bogor, 20 Agustus 2017
12.30 WIB

Tiin... Tinnn.... !!

Suara klakson kendaraan yang saling bersahutan terdengar begitu bising ditengah keramaian jalan raya siang hari tadi.

Laki-laki itu dengan gesit menyalip kendaraan didepannya seakan itu sudah menjadi hal yang biasa baginya. Terik matahari yang begitu panas membuat keringat laki-laki itu bercucuran dibalik helm dan jaketnya.

Ya, dia adalah Dave Aldrich Nathaniel.

Laki-laki yang sedang memburu waktu itu menaiki motor andalannya untuk menuju suatu tempat. Dimana ia akan bertemu seseorang untuk membahas bisnis yang akan mereka bangun dalam waktu dekat ini. Oh, lebih tepatnya hobby yang mereka jadikan sebuah bisnis.

" Hai, broo.. ! Sorry, sudah lama menunggu? " Sapa Dave kepada rekan bisnisnya.

Disambut dengan jabat tangan khas pria " Santai.. Santai broo.. Kelihatannya buru-buru banget nih " Jawab rekan kerjanya yang sedang duduk santai disebuah caffe dengan laptopnya yang menyala di mejanya.

Dave duduk dan menghela napas sejenak. Kemudian mengeluarkan benda kesayangannya, camera Sony A6300 Kit-nya. Dave langsung membersihkannya dengan hati-hati seperti sedang merawat binatang kesayangannya.

" Wooow.. Gilaa, mainan baru lagi nih broo.. Coba gue liat dong! " Sahut rekan Dave itu dengan kagum melihat benda yang masih mulus itu.

Dan mereka pun membahas rencana kerjasamanya hingga menjelang sore hari di caffe itu.

***

Sementara itu...

Pada waktu yang sama, ditempat dan keadaan yang berbeda. Terlihat seorang wanita yang sedang memegang beberapa butir obat-obatan yang sepertinya...
Wanita itu sedang mencoba bunuh diri.

Tangis isak tanpa suara didalam toilet di sebuah kampus.

cklekk cklekk.. Terlihat samar-samar gagang pintu toilet itu. Sebelum akhirnya semua menjadi gelap.

" Toloong ..!! Cepat panggil ambulans! " Teriak seorang teman wanita itu yang sepertinya sangat panik dan khawatir dengan keadaan wanita yang baru saja pingsan itu.

***

Di sebuah rumah sakit. Didepan ruang UGD. Seorang ibu yang kira-kira berusia 40 tahunan itu, menangis dengan air mata kecemasan yang begitu dalam, dipeluk seseorang yang menolong wanita tadi.

Suasana hening....

Hingga akhirnya seorang dokter keluar dari ruangan itu dan memberitahukan bahwa.. " Putri ibu masih sempat tertolong, untung saja segera dilarikan ke rumah sakit, jika terlambat sedikit saja, maka nyawa anak ibu bisa tidak tertolong. Saya permisi.. " dokter itu menyampaikan dengan tutur kata yang tegas. Kemudian pergi meninggalkan mereka.

Setelah dipindah keruang rawat, dan menunggu kondisi wanita yang memprihatinkan itu pulih.
Digenggamnya tangan wanita itu dengan erat oleh seseorang yang menolongnya, yang duduk disamping ranjangnya dan menatap penuh rasa iba kepada wanita itu, rupanya.. Itu membuatnya tersadar.

" Mon.. " Sahut wanita itu dengan lemah setelah tersadar.

" Ver, lo ngapain sih tadi??! Katanya cuma mau ke toilet. Tapi lama banget, lo juga gue panggil-pangggil tidak ada jawaban sama sekali! akhirnya gue minta Gerry untuk bantu dobrak pintu toilet, dan gue ngga menyangka Ver.. Loe.. Mencoba melakukan hal itu. " jawab Mona dengan nada kesal tanpa jeda namun sangat terlihat khawatir itu.

" Mon.. Jangan kasih tau ibu gue ya Mon.. Pleasee.... " Sahut wanita itu dengan memelas. Tapi belum sempat Mona menjawab, tiba-tiba...

" Vero..! " Isak tangis seorang ibu dari ambang pintu yang sedari tadi menunggu anaknya siuman. Makanan yang baru saja dibelinya tadi terjatuh dan ia langsung memeluk anaknya itu dengan penuh rasa syukur, dan amat takut kehilangan.

Air mata mereka tidak dapat dibendung ketika semuanya terungkap dan tidak ada lagi yang dapat disembunyikan.

Beberapa puluh menit lamanya, Vero menceritakan apa yang menimpa dirinya, yang dipendam nya beberapa bulan ini hingga akhirnya pikirannya buntu dan mengambil jalan pintas yang ia pikir itu bisa menyelesaikan semua permasalahnya.

" Yang kuat Ver.. Gue tahu ini berat banget buat lo, tapi lo itu ngga sendiri.. Dan lo tetap Vero yang hebat. Lo masih punya masa depan.. Jangan lakukan hal itu lagi ya Ver... Apapun yang lo rasakan cerita aja sama gue, jangan dipendam lagi sendiri."
Mona mencoba menguatkan sahabatnya itu dengan yakin.

------------------------------------------------------------

Monaliza Wijaya, sahabat Vero sejak mereka duduk dibangku SMP. Ia sangat tomboy namun memiliki hati selembut Hello Kitty. Begitulah yang Vero katakan pada sahabatnya itu.

Satu bulan setelah hari itu..

"Mon, selesai kelas nanti nongkrong yuk, di Caffe baru dekat kampus yang baru buka itu.. . " Ajak Vero kepada sahabatnya.

Terlihat Mona masih berpikir dengan ekspresi yang menyebalkan.

" Ah, lama loe, yaudah kalo ngga mau gue aja sendiri. " Gerutu Vero yang tidak sabar melihat respon Mona.

" Hehe .. Iya iya ayok dehh.. " Dengan senyum jail Mona sambil menyenggol lengan Vero.

Dari dulu Mona dan Vero sangat dekat, dari ujung rambut hingga kaki mereka saling tahu. Tapi entah mengapa kali ini Vero tidak bisa seterbuka itu mengenai hal yang menimpanya beberapa waktu silam, yang merubah dirinya menjadi lebih tertutup dan over thinking, dan tentunya.. Lebih susah percaya pada semua orang.

***

" Gue pesen coffe tanpa gula sama waffle rasa taro aja Ver.. " Mona menyerahkan menu yang telah selesai ia gunakan.

" Yaelah lu Mon, masih tetep kaya bapak-bapak aja kalo kemana-mana pesen nya kopi tanpa gula, hahahaha.. " Ejek Vera yang heran dengan selera sahabatnya itu dari dulu.

Mona hanya mencibir dengan menirukan gaya Vero bicara.

" Saya pesan Greentea Latte nya 1 ya mbak..sama Mozzarella Stick nya 2 porsi"
Sahut Vero sambil menyerahkan menu kepada pelayan Caffe itu.

" Ok. Ditunggu pesanannya.. " Balas pelayan itu dan di ikuti anggukan sopan Vero.

Vero menghirup udara sore di Caffe itu sambil menikmati hidangannya dengan tersenyum. " Mon, udah lama ya kayanya gue ngga segirang ini. " tutur Vero sambil mengunyah makanannya.

" Yaaah.. Lo kan akhir-akhir ini banyak diem, ngelamun, ngga fokus dan.. sepertinya lo juga lebih tertutup deh sama gue sekarang. " Balas Mona dengan tatapan menerawang dan sesekali melihat ke arah Vero.

Vero hanya terdiam.

" Ver.. Hidup itu harus tetep berjalan ke depan.. Lo ngga bisa terus melihat ke belakang dan menyesali semua yang udah terjadi. Stuck dengan kesedihan-kesedihan lo.. " jelas Mona dengan menunggu jawaban Vero.

Mona sebenarnya sadar dengan perubahan sikap Vero.. Keceriaan Vero yang sekarang tampak berbeda dan sepertinya hanya untuk menutupi luka dan kesedihannya itu.

" Masa sih Mon.. Gue keliatan begitu ya?" Jawab Vero santai sambil meminum Greentea nya.

Mona mengehela napas dan mencoba mengutarakan pendapatnya kembali.

" Gue tau semua butuh waktu Ver, kalo loe belum mau cerita apa-apa ke gue ga masalah kok. Yang penting loe harus inget, banyak hal yang masih bisa loe syukuri dari semua yang udah terjadi. Okay? " Sambung Mona dengan senyum sok imut nya itu.

Vero tertawa melihat semangat sahabatnya itu untuk meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja. Sejenak Vero merasa lebih baik setelah mendengar nasehat dari sahabatnya itu.

Dalam hati Vero berharap bisa bangkit dan move on dari kejadian yang dialami nya dulu, namun semua tidak semudah itu. Terlalu sakit, luka yang dirasakannya terlalu dalam hingga menghancurkan seluruh hidupnya.

**************************************

Part I kelarr.... 🥳 Selamat membaca..
~ bobok dulu ( 🧠 zzZZZ.. )

Di tunggu part II nya guyss 😘...

Extra **

Part II nanti akan menceritakan kisah mendebarkan yang dialami Veronica..

So, stay tune and waiting yaaa!! 😍

Trauma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang