#Part 14 : Waktu yang Berharga

29 2 0
                                    

Tririiriiiing!!

Jam weker berdering begitu nyaring diatas nakas yang tak jauh dari tempat tidur Vero. Wanita berambut hitam itu mengerjapkan matanya tanpa berniat membuka panca penglihatannya. Dengan sekali gerak tangan itu menyaut benda yang sedari tadi berdering dan mematikan tombol tersebut dengan mata yang masih terpejam. Aktifitas setiap pagi ini tentu sudah sangat terbiasa untuknya, benda yang amat Vero benci dengan deringannya namun dengan setia membangunkan Vero setiap pagi.

Uuukkkhh..

Vero mengulat dan segera mendudukan diri tetap dengan matanya yang masih belum niat untuk ia buka. Setelah dirasa energinya sudah terkumpul,  ia bergegas turun dari tempat tidurnya, bersiap mandi, dan segera turun untuk sarapan.

Wanita itu berjalan menuju ruang kelas dimana ujian semester tersebut diadakan. Kelas masih cukup sepi, baru ada satu dan.. dua? Ah, baru ada 5 anak di dalam ruangan itu. Vero menuju tempat duduk yang sudah tertera nomor urut absen miliknya. Seperti biasa, Vero menggunakan waktunya untuk mempelajari kembali materi semalam yang belum sempat ia hapalkan hingga katam. Bagi Vero, waktu sangat amat berharga jika dilewatkan begitu saja tanpa melakukan sesuatu yang berguna.

Waktu? Sesuatu yang berguna?

Vero tersadar sejenak, selama ini... ah, tidak. Beberapa bulan ini, Vero banyak menggunakan waktunya untuk melamun bukan? dan itu.. Jelas bukan sesuatu yang berguna.. dan sama sekali tidak ada manfaatnya. Vero menghela napas panjang dan sejurus dengan itu, ia mengambil tekad, selesai ujian ini ia harus memiliki aktifitas baru untuk menghindari dirinya melakukan hobby yang tidak berguna itu. Ya! Tidak boleh seperti ini terus.... Untuk aktifitas apa yang harus ia lakukan.. Pikir saja nanti. Sekarang, dirinya harus fokus untuk berkonsentrasi pada ujiannya minggu ini.

Senyum Vero mengembang, setelah keluar dari ruang ujiannya. Ia merasa puas karena mampu mengerjakan soal-soal ujian dengan baik.. dan dengan optimis ia yakin akan memperoleh nilai yang memuaskan juga nantinya. Ya.. Vero percaya, usaha tidak akan mengkhianati hasil. Vero melenggang dengan energik, ia merasa dirinya berangsur membaik.. Harus membaik.. Vero juga rindu, benar-benar merindukan menjadi dirinya yang dulu.. Percaya diri, ceria.. dan penuh semangat. Menjadi orang yang pemurung, dan suka melamun, benar-benar bukan seperti dirinya.

" Heeeeiiii.... ! "

Vero memekik kaget seraya membalikkan badan untuk memberi tatapan kesal pada orang yang sudah membuat jantungnya hampir meloncat keluar.. Vero tidak heran dengan tingkah orang itu. Sahabatnya. Sahabat yang super jahil, menyebalkan.. dan ..

" Hahah! Lucu banget sih ekspresi lo! Lagian, lo cepet banget sih selesein soal ujian tadi, curang lo ya...??? Bagi-bagi dong kalo lo ada bocoran soal.... "

Konyol..
Begitulah Mona.

" Enak aja.. Gue belajar dong...  Bocoran dari Hongkong! "

Mona terkekeh sambil menepuk pundak sahabatnya itu.

" Iya-iya.. Gue mah percaya, lo kalo belajar kan kaya lagi cari wangsit di lereng gunung.. Khusyuk bener.... Sampe di luar kepala kali ya itu kalimat-kalimat dalem buku! "

" Iya... Iyalah! Gue ga akan puas kalo baca setengah-setengah... "

Mona tersenyum dan memutar bola matanya, kemudian merangkul teman yang sudah seperti saudara sendiri itu dengan bangga.

"Hebat lo! Salut gue.. Selalu lakuin semua hal dengan maksimal. Gini dong! Senyum, semangat.. Ga kaya kemaren, kaya orang begoo ngelamun terus.. "

Mereka tertawa sambil berlalu meninggalkan gedung tempat mereka menuntut ilmu tersebut, dan  pergi menikmati quality time yang sudah lama tidak mereka lakukan bersama.. Have Fun!

Trauma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang