#Part 12 : Veronica POV II

23 2 0
                                    


" Ini bu rumahnya?? " Aku dan ibu akhirnya sampai di depan rumah yang memiliki halaman cukup luas dan terdapat pohon mangga yang sedang berbuah, tertutup pagar tinggi warna silver.. Oh bukan, tapi warna abu-abu.. ya pokoknya itu lah..
Lalu aku segera mencari tombol bell yang biasanya ada di tembok depan pagar....
Ah, ini dia..!

TING TONG..

Bukannya penghuni rumah yang keluar malah   seekor anjing.. Iya, anjing besar, kekar dan kokoh... sekaligus amat agresif itu menyalak-nyalak tanpa henti ke arahku... Sial  !! Aku ingin pulang sajaa....! Mengapa bukan anjing kecil, imut dan lucu. Melainkan anjing... American Pitbull, dengan kalung merah di lehernya dan memiliki bandul bersimbol huruf 'D' berwarna emas mengkilap.

Aku yang tidak memiliki nyali dan niat yang sudah hilang entah kemana.. Menyeret ibuku untuk segera pulang ke rumah.. Ya! se-takut itu aku dengan binatang kaki empat berwajah garang ituu..

Tak lama setelah itu, seseorang membukakan  pintu pagar. Rupanya pemilik anjing mengerikan itu sudah mengamankan hewan peliharaannya yang ia paham sudah membuat aku ketakutan dan ingin segera pergi dari rumahnya..

Seorang laki-laki menyapa kami dan mempersilahkan masuk ke rumahnya dengan ramah... Aku mengamati wajahnya sekilas... Sepertinya beliau berusia 50 tahunan.. Namun meskipun begitu, kharisma dari dalam dirinya begitu kuat dan... wajahnya masih tetap tampan..

" Mari.. Nona-nona.. Silahkan masuk... " Pinta pria paruh baya itu sambil tersenyum ramah saat kami sampai di teras rumahnya... Tapi, Kelihatannya... Pria ini seperti sudah akrab dengan ibuku.. Pikirku menebak-nebak dari pengamatanku melihat cara lelaki itu berbicara pada ibu.

" Silahkan duduk " Pria itu mempersilahkan kami, dan sesaat terdengar suara motor yang berhenti tepat di halaman rumah.

Terdengar derap langkah sepatu menuju teras rumah, sosok itu kemudian berhenti di ambang pintu dan menyapa kami yang sudah menunggu sosok tersebut menampakan dirinya.

" Ah, itu pasti Niel.. " Tebak pria paruh baya itu sebelum orang yang dimaksud sampai dihadapan kami.

" Permisi...
Oh, ternyata benar, ada tamu... " sosok lelaki bertubuh atletis dan menggendong tas di pundaknya. Menyapa kami dengan ramah, senyuman ramah yang sangat persis dengan pria paruh baya tadi. Sesaat mata kami bertemu.. Ya, aku dan laki-laki yang baru datang itu. Kami sedikit terkejut karena menyadari sudah pernah bertemu sebelumnya, dan juga.. sudah pernah berkenalan.

Lelaki itu menunjuk ke arahku dengan jari telunjuk dan memasang wajah bingung-nya.
" Lho... kau ini kan  ... "

" Wah, kalian sudah saling kenal rupanya?? "
Timpal lelaki paruh baya sambil menatap lelaki itu dan kemudian menoleh ke arahku..

" Eee.. i- iya om.. Dia anak om ya? k-kami.. baru saja berkenalan s-semalam.. " Aku benar-benar gugup hingga lidahku tersandung dan terasa sulit untuk berbicara dengan lancar.. Sejak kapan aku jadi tukang gagap begini ya Tuhan...

Ibu menyikut lenganku seraya melirik lelaki yang masih berdiri di ambang pintu itu dengan tersenyum kecil.

" Sinih duduk nak, tidak sopan terus berdiri disitu.... " Perintah pria itu pada anaknya..

" Oh Iyaa dad, tapi saya mau ke kamar dulu, biar nanti sekalian saya ambilkan minum untuk tamu kita ya... "

" Oya, tante.. dan juga.. . He - ro? "

" Uhukk, Ve-ro. " Aku tersedak mendengar namaku yang berubah entah sejak kapan..

" Ah maaf.. Ya, Vero..  Tante dan Vero mau minum apa? " Tanya pemuda itu dengan sopan.

Aku lagi-lagi menatap wajah laki-laki itu dengan.. kagum.. 
Kagum dengan caranya bertutur kata, kagum dengan sikapnya yang bentar-bentar melontarkan kata maaf dari bibirnya.. Kagum dengan senyumannya, juga... wajahnya yang mendamaikan hati....

Trauma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang