#Part 13 : Unknown Feeling

23 2 0
                                    

Sejak hari itu... Vero beberapa kali melihat lelaki itu lewat depan rumahnya, karena rumah Vero berada di jalan utama dan dekat dengan gapura pintu masuk perumahan. Tak jarang mata mereka bertemu. Lelaki pengendara motor besar itu memberikan senyuman pada Vero yang sayangnya tak terlihat karena tertutup helm yang dikenakan lelaki itu.. Vero dapat memastikan hal tersebut lewat gerakan matanya yang menyipit, dan Vero membalasnya dengan anggukan dan tersenyum tipis...

3 bulan terlewati sudah..

Ini adalah hari pertama Vero memulai ujian tengah semester nya, dan pagi itu.. ternyata nasib Vero kurang beruntung. Ban motornya bocor.. Vero berdecak, dan mendesah pasrah... Mengapa harus di saat dirinya sedang buru-buru seperti ini.. Dengan rasa panik yang mulai melanda, Vero bergegas mengambil handphone nya dari dalam saku celananya.. Tapi, Zonk! Baterai handphonenya lowbat... Vero merutuki kebiasaan bodohnya itu. Tidak mencharger handphone nya ketika sudah melebihi batas limit.. Sambil berharap masih ada baterai yang tersisa, Vero menekan tombol ON pada handphonenya.. menunggu benda itu menyala dengan cemas.. Namun, sial  !! Tidak ada ampun bagi Vero.. Dirinya kali ini benar-benar frustasi..  Bagaimana ia bisa memesan ojek online kalau handphonenya tidak ada kehidupan seperti ini.. Sedangkan di handphone ibunya tidak ada aplikasi ojek online itu, tidak sempat lagi bagi Vero jika harus menginstall dulu dan membuat akun, dan... Ahh sudahlah, bagaimana ini.. Vero menelungkupkan kedua tangan ke wajahnya dengan gusar.. Sambil otak nya terus berpikir,  apa ia harus menuju jalan raya dan menunggu taxi? Atau ke pangkalan ojek? Atau.. Arrgghhh!!
Suara klakson motor tiba-tiba berbunyi .. Berhenti tepat di depan rumah Vero. Orang itu segera melepas helmnya, dan turun dari motor menyapa Vero yang sedang memasang raut wajah putus asa-nya itu.
Ya, dia adalah tetangga baru Vero, tetangga baru yang 3 bulan belakangan ini sering mondar-mandir di depan rumah Vero.. Ohh,  How lucky i'm.. apakah ini pertolongan Tuhan dengan perantara Lelaki tampan datang di saat genting seperti ini, batin Vero sambil menatap ciptaan Tuhan yang amat mempesona itu melangkah ke arahnya. Lelaki itu memasang wajah bertanya-tanya melihat gerak-gerik Vero seperti orang sedang ditagih hutang di pagi hari.. Wajah gelisah.. panik, dan pucat..

" Hai, sorry.. Tadi aku melihat kau seperti orang kebingungan. Jadi, aku berhenti.. Kau? Kenapa.. " Vero dalam hati begitu kegirangan, ingin rasanya ia meloncat-loncat karna tidak menyangka lelaki ini memang datang di waktu yang tepat, untuknya. Namun suasana hatinya saat ini tidak sinkron dengan ekspresi yang ditunjukan Vero. Mematung dan menunjukan wajah bengongnya pada laki-laki itu. Hingga akhirnya Vero tersadar karna lambaian tangan lelaki itu di depan matanya.

" O-oh, Hai! i-iyaa.. Jadi aku sedang terburu-buru ke kampus karna hari ini ada ujian.. tapi.. " Mata Vero melirik ke arah ban motornya yang kempes dan menunjukan handphone nya yang tidak bisa menyala itu. Lalu, membuang napas pasrah..

" Emm.. Kalau kau mau, aku bisa mengantarmu. Ayo! Daripada nanti kau terlambat.. "

" Gapapa nih??? "

" Sudah .. Tidak masalah.. Yuk! "

Vero melihat jam sudah menunjukan  pukul 07.40 , dan 20 menit lagi ujian akan di mulai.. Tanpa berpikir lagi, akhirnya Vero menerima tawaran lelaki baik hati itu dengan anggukan dan senyuman lega-nya. Lelaki ini benar-benar seperti malaikat penolong, datang di saat Vero membutuhkan pertolongan... Ternyata, nasib buruk pagi ini gagal menghampiri Vero.

Sesaat mereka tiba di halaman kampus, Vero turun dari motor dengan berpegangan pada pundak laki-laki yang mengantarnya itu dan mengucapkan terimakasih dengan mata yang berbinar.. Tanpa rasa malu, Vero tiba-tiba meminta nomor handphone lelaki itu.. Pikirnya, mungkin suatu saat Vero bisa membalas kebaikan lelaki ini...  dengan waktu yang terus berjalan... Kepanikan membuat Vero sedikit bodoh.. Handphonenya kan mati! Oh tidak, tidak. Bagaimana ini. Sejurus kemudian lelaki itu menyodorkan handphone nya dan mempersilahkan Vero untuk menulis nomor Vero disitu. Good idea! .. Setelah itu Vero mengembalikan benda pipih itu ke tangan lelaki tampan itu dan berlari menuju kelasnya dengan melambaikan tangan meninggalkan lelaki itu, lagi.

Trauma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang