Edna hanya mengikuti langkah kecil Emma menyusuri kawah berbunga. Tak seperti sang adik, Edna menatap bunga-bunga itu kosong. Tak ada yang menarik hatinya sama sekali. "warna ini cocok untukmu" Emma menyelipkan bunga putih di belakang telinga Edna. Edna tersenyum dengan perlakuan adiknya, Emma menyadari hal langka itu kemudian dengan penuh semangat menarik lengan Edna membawanya untuk menelusuri kawah lebih jauh.
"seharusnya kita satu hati, tapi kenapa kau dan aku berbeda hal yang disukai?" Edna berujar kala keduanya terduduk pada rumput kering di ujung kawah. Emma menaut alisnya, ia kira kakak enam menitnya itu suka dengan bunga putih yang tersemat itu. Emma kembali mengambil bunga itu dan "ini indah, Emma. Tapi tak menarik perhatianku sama sekali. Untuk apa Mark membawamu kesini?" tanyanya tiba-tiba. "ka_ kami pikir ini menarik. Jadi_ ja_ jadi kami sering kesini setiap pagi" Edna kembali menatap pemandangan di hadapannya.
Edna membenarkan posisinya siap beranjak karena telah lelah dirundung rasa bosan sedangkan Emma masih betah pada posisinya "Edna" yang dipanggil hanya berdehem tanpa bergeming "apakah tak keterlaluan saat kau berikan bubuk cabai dan paprika merah ke sup ayam milik Mark?" Edna hanya menatap kosong pemandangan itu kemudian "kau minta padaku bagaimana caranya agar Mark tidak bangun pagi. Ya begitulah. Jika dia sakit, dia tidak akan mengikuti kita, dengan begitu kau bisa memberitahuku tempat rahasia kalian"
Emma mengangguk kemudian menyusul langkah sang kakak, "Emma, jangan ada yang disembunyikan dariku. Berjanjilah!" ujar Edna sembari terus melangkah santai ke arah hunian lusuh mereka "ya" jawab Emma seadanya, ia terlihat gugup. "jangan khawatir, Markmu hanya sakit perut. Aku tak mencampurkan racun kecoa pada sup-nya" Edna kira adiknya memasang raut itu karena takut Mark kenapa-kenapa.
.
"aku bisa mengobati keponakanmu, jangan khawatir" Bibi Joan masih pada posisinya memohon agar ia saja yang mengobati Mark. Wanda masih menatap tak suka pada wanita bertubuh gempal itu tetapi berbeda dengan Marilyn yang menyadari bahwa keuangan mereka tak akan mampu untuk membiaya Mark jika memang separah itu dan mengharuskan mereka membawannya ke Rumah Sakit. Uang yang dikirim Robby hanya cukup untuk makanan mereka, Robby berpesan agar separuh gajihnya disimpan untuk pendidikan Edna dan Emma.
Emma masih menangis di atas kasurnya dan berujar ketir "tak ada rahasia?" Edna menatap sang adik dalam diam, tak ada rasa bersalah sama sekali "racun itu tak akan membunuhnya, percayalah" sang kakak berujar. Emma masih menangis menyembunyikan wajahnya dibalik kedua lutut yang ia peluk erat. "aku hanya memberinya setetes dan ternyata bisa membuatnya sakit sampai berhari-hari, hebat juga racun itu" Edna memuji ulahnya sendiri. Emma menatap nanar lantai tak berdosa di hadapannya. Ia kembali meraung kala ucapan Bibi Joan menggema di balik dinding pemisah ruangannya dan ruang tempat Bibi Joan, Wanda, Marilyn dan Mark berada. "aku bawa Mark untuk waktu yang cukup lama, kupastikan ia nanti kembali kesini dalam keadaan sehat. Ohio tak seburuk yang kau pikirkan, Wanda."
.
Sebuah Elementary School sederhana di Nashville menjadi pilihan Robby untuk memulai pendidikan kedua buah hatinya. "besok pagi datanglah, Edna__ Emma__" Mrs. Betty berujar dibalas anggukan semangat dari keduanya, Robby tak kalah senang dengan diterimanya kedua belah jiwanya itu.
Sepulang dari tempat pendaftaran, Robby mengajak kedua putrinya melihat-lihat pertanian "ayah, apakah Mark bersekolah juga di Ohio?" Robby hanya mengangguk sebagai jawaban, meskipun sebenarnya ia tak tahu menahu mengenai keadaan Mark, hanya Marilyn yang rajin menanyai kabar bocah gemuk itu.
Wanda menyajikan biskuit hangat dan susu murni di atas meja. Sajian itu langsung dilahap kedua cucunya dengan semangat, "Mama! Kapan Mark kembali?" seru Emma kala wanita yang dipanggil Mama itu tiba dengan dua mangkok sup ikan. "mungkin setelah ia berusia 15 tahun. Kata Bibi Joan ia punya dana untuk menyekolahkan Mark hingga Junior High" Edna mematung kala mendengar Mark akan kembali. Ia tak suka jika Emma lebih banyak menghabiskan waktu bersama sepupunya dibanding saudara kembarnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
You In Me, The Twin [COMPLETE]
Bí ẩn / Giật gânSeorang gadis yang terikat pertalian mistis membuatnya dilema untuk meneruskan perjalanan cintanya. Bukan kematian cenayang itu yang menjadi solusi tetapi sebuah keputusanlah jawabannya. keputusan apa yang harus ia ambil? hidup terkurung bersama sa...