Chapter 1.8 : Save Me

2 1 0
                                    


Pemuda itu berlari kencang melawan hantaman titik gemuk air dari awan hitam itu. Udara subuh membuat siapapun yang tengah berada di kasur akan menarik selimut mereka kemudian tenggelam didalamnya. Tak ada bayangan kenyamanan seperti itu batinnya, dirinya kini hanya memikirkan nasib gadisnya yang menjauh dengan suara teriakan sebagai petunjuknya. Arah itu menuju kawah berbunga di belakang halaman hunian mendiang Robby.

Cahaya mentari yang perlahan mengintip memudahkan Mark menghindari semak-semak belukar yang terkadang mengeluarkan batang tajam. Langkah itu terhenti secara tiba-tiba kala mendapati Edna duduk sebuah batu besar di samping danau kecil dibagian bawah kawah itu. "aku tak pernah diberikan bunga" Mark mendengarkan saja ketika dirinya telah berada di belakang tubuh Edna yang terbalut gaun ungu muda dengan bercak merah dimanapun itu.

"tak pernah ada yang rela mencuri untukku, barang sekeping biskuit" lanjutnya. Mark masih membatu, maniknya menatap kesana kemari mencari keberadaan Emma namun pendengarannya tak abai dengan kalimat-kalimat Edna. "tak ada yang mengajakku ke indianapolis untuk menulis cerita" suaranya masih sepelan yang pertama "tak ada yang mengajarkanku apa itu cinta" lanjutnya kini dengan suara yang sedikit bergetar.

"tak ada yang peduli padaku, lalu kenapa aku dilahirkan?" suara yang bergetar itu berakhir menjadi isakan, setelahnya tangisan Edna pecah. Posisi bungkuk Edna berubah menjadi tegap kala dirasakannya pelukan seseorang dari belakang. "kami menyayangimu, Edna. Jika kau menceritakan segalanya seperti ini, maka kau akan menemukan titik itu. Solusi masalahmu" tangisan Edna perlahan berubah menjadi tawa.

"solusi? Apa kau kini berubah menjadi pengikut setia The Highest layaknya Brenda?" sindiran itu terbesit dengan suara sinis membuat Mark melepaskan pelukan tulusnya, niat pemuda itu awalnya adalah memaafkan Edna atas segala dosa yang ia buat malam tadi dan mewajarinya karena gangguan kejiwaan yang dialaminya, namun dengan tipuan yang dibuat Edna membuat Mark urung.

Edna berbalik dan memberikan senyuman mengerikannya. "aku kini bebas" ujarnya. Mark berpikir keras dengan ucapan itu hingga ia tersadar "tidak" ucap Mark tak percaya dan berusaha menepis kenyataan kalau saja Edna bebas dengan kematian sang adik "mana Emma?!" teriak Mark membuat Edna melompat ke arahnya dan menutup belah bibir itu rapat. "Sssshh!" pinta Edna kemudian di tepish Mark.

Tak lama suara teriakan kembali terdengar dari atas kawah. Mark menoleh ke sumber suara, dilihatnya Emma di atas sana terduduk dengan tubuh terikat. Pemuda itu terpaku ditempat, dirinya bingung mengapa tubuhnya tak dapat di gerakan. Edna menghampiri sang adik yang terikat di atas sana, "kumohon jangan sakiti Emma" pinta Mark abai saja melalui pendengaran Edna.

Kini gadis itu telah berada di atas sana, menghadap lurus ke arah Mark dengan jemari berada di leher sang adik, mengusapnya pelan. Dari kejauhan Mark berteriak "lepaskan Emma, kumohon!" hanya tawa lebar Edna jawabannya, gadis itu kini menjalar memeluk tubuh sang adik.

Setelahnya ia seret tubh sang adik ke bawah kawah tepat di hadapan pemuda itu, yang masih terpaku tak dapat melakukan apapun hanya bisa pasrah dan memohon. Helaian surai Emma tersisa di jemari Edna pertanda kuatnya ia menarik surai itu. Edna menatap sang adik yang meringis diatas tanah, "kau ingin bebas, Emma?" tanya Edna dengan senyuman kasih sayangnya, dimana mengerikan bagi Mark maupun Emma.

Hujan yang telah berhenti menyisakan udara dingin menusuk, membuat baik tubuh Emma maupun Mark menggigil hebat. Namun tak seperti dua insan lainnya, Edna justru menikmati hembusan udara pagi itu. "kau akan menjadi pintunya, Emma. Kau dan aku bebas. Tapi, kau yang mati" ujar Edna sembari mengusap surai Emma lembut namun terasa ngeri bagi Emma.

Lihat pemuda yang kau puja, dia bahkan hanya berdiam diri disana. "tidak, Emma! Aku tak bisa menggerakan tubuhku aku tak tahu!" balas Mark nyaring membuat Emma menoleh atensi padanya. "tolong aku!" pekik Emma kala dengan kasar Edna membuka balutan kain di luka bahu Emma. Mark mengutuk dirinya sendiri yang terjebak entah apa ini hingga ia melihat gadisnya terluka dan tak mampu melakukan apapun.

You In Me, The Twin [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang