Chapter 0.8 : The Blood Yarn

3 2 0
                                    


Hampir setiap minggu Robby membersihkan lumbungnya namun tak seperti orang lain, selain cangkul dan perkakas lain Robby selalu membawa bungkusan kertas disana, bekas bungkus kertas yang biasa di bawa Marilyn sepulang dari Plaza terdekat. "apa itu?" pertanyaan itu dibiarkan mengambang oleh Robby, sang istri hanya menatap heran kemudian abai. Tak mungkin Robby kembali pada ajaran sesat Brenda. Namun, minggu demi minggu bungkusan itu semakin mencurigakan, Marilyn khawatir kalau-kalau Brenda kembali dan Robby menemuinya.

Alasannya ingin menemui Winny, cucu dari sekretaris wali kota yang baru lahir. Padahal, ia melaju ke utara kemudian berbelok ke arah barat menuju kota Lexington dan berhenti di pekarangan rumah tua Brenda. Diluar dugaan Marilyn, hunian itu telah berganti pagar, kayu putih yang berjejer tegap. Di halamannya ada bulldog tengah tertidur. Rumah itu di cat berwarna putih cream dan di bagian bawah terdapat bata merah khas. Sepertinya sudah ada yang menempati tempat ini.

Marilyn bergidik kala bulldog itu memanggil pemiliknya, gigi taring itu menginterupsi langkah pelan Marilyn. Tak lama seorang wanita paruh baya mengintip dari balik pintu putih, jemari ringkihnya terlihat menggeser gorden di pintu setengah kaca itu. Nenek itu menenangkan peliharaannya kemudian menghampiri Marilyn yang masih didepan pagar. "ada yang bisa kubantu, Nona?" Marilyn pun menceritakan tujuannya, 'mencari Brenda' alih-alih tahu dimana Brenda, nenek itu bahkan tak tahu siapa wanita yang Marilyn cari.

Marilyn kembali pada Honda Civik tua milik suaminya kemudian meneruskan perjalanan ke Booneville, ia sebenarnya memang penasaran bagaimana lucunya bayi Winny. Dari balik pintu kaca dapat Charlotte lihat mobil tua itu telah berlalu, maniknya kini kembali pada langkah pelannya, lantai kayu berdebu itu memperlihatkan telapak kaki tuanya. Ia terus melangkah tertatih-tatih ke ruang bawah tanah. Debu semakin banyak menyambut nenek itu, ia telusuri satu demi satu tangga hingga menampakan seorang wanita lusuh terduduk dan terikat.

Ia ambil sebuah boneka Edna dan Emma disulamnya boneka itu hingga tersatu lagi kemudian ia taruh kembali di atas nakas tepat didepan mata Brenda. "apakah The Highest-mu mengatakan sesuatu lagi tentang putraku dan istrinya?" Brenda menggeleng pelan. Charlotte menggeram kala sulaman itu terlepas dengan sendirinya. Sulaman boneka Edna dan Emma, boneka gadis itu kembali terpisah. "The Highest mampu mengembalikan Edna dan Emma__" nenek itu mencengkeram leher ringkih Brenda "aku tak peduli dengan putri Marilyn!"

Brenda bersusah payah meraup oksigen pengap di ruangan itu kala cengkeraman Charlotte melemah. "kau tahu sendiri, The Highest tak mampu menghidupkan kembali Judith dan George" cengkeraman itu kembali menguat dan membuat Brenda memberontak sebisanya "kau tahu The Highest-mu itu tak kuasa menghidupkan yang telah tiada tapi kau masih menyembahnya?!" nenek itu setengah berteriak. Didalam sedikit nafasnya Brenda berujar "aku juga sudah lama tak melihat Mark" nenek itu tiba-tiba menjauh, ia tatap sendu wajah Brenda.

Charlotte berlutut dan menautkan jemarinya memohon, pose itu mendadak saja ia lakukan membuat Brenda membatin 'dia gila'. Bisa dikatakan Charlotte gila, setelah ia kehilangan putranya George ia harus kembali menerima kabar pahit tentang kematian palsu cucu gemuknya, tak lama setelahnya Judith sang menantu manis juga menyusul, membuat nenek itu depresi dan mengurung diri dengan niat mencari siapa dalang dari ini semua.

Nenek itu tahu kematian Mark hanya palsu karena Brenda dengan cuma-cuma memberikan kebenarannya. Namun, "kumohon katakan padaku dimana cucuku sekarang?" Brenda menarik nafas tenang dengan senyuman miring mengerikannya "jika aku tahu akan langsung kuberitahu, Charlotte" tegas Brenda apa adanya membuat nenek itu kembali berdiri tegap dan beranjak. Kegiatan itu terus berulang tak membuat Charlotte muak dan menyerah. Brenda yang telah lama ditahan di ruangan itu hanya menatap dinding dingin pasrah dengan ujung hidupnya, nasib yang ia yakini telah diberi The Highest adalah yang terbaik, menurutnya.

You In Me, The Twin [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang