Chapter 1.4 : My Remedy

2 1 0
                                    


Edna menyisir lembut surai sang adik kemudian meraih sehelai demi sehelai membentuk ikatan indah. "sudah ku bilang tak ada yang perlu berkorban, kita akan hidup seperti ini selamanya" Emma membenarkan duduknya kemudian menghadap Edna "ketahuilah Edna, aku tak bahagia" sang kakak kembali meraih helaian surai sang adik yang terasa tak selembut dulu. "aku tahu" bisik Edna "apa pentingnya bagiku?" Emma hanya memejamkan matanya yang berair, membiarkan liquid bening di sudut matanya perlahan mengalir. "tidakkah kau ingin bebas Edna?" dengan cepat sang kakak menjawab tidak.

Teriakan Robby menggema di halaman belakang. Awalnya dua gadis kembar ini abai namun seketika atensi mereka hamburkan kala sang ayah meneriaki nama pemuda yang dulunya membuat ricuh hunian. Edna memegang kuat lengan sang adik, ia sedikit aneh dengan Emma kali ini tak ada pergerakan apapun. "apa kau tak ingin ke halaman belakang?" hanya gelengan pelan yang diberikan Emma.

Marilyn menghampiri pintu kamar putrinya niatnya ikut menahan Emma kalau-kalau putrinya itu meraung lagi. Nihil, jangankan dentuman keras dari pintu, suara kecilpun tak terdengar. Batin sang mama apakah putri-putrinya masih tidur? Tak biasa Emma tidur di jam seperti ini, biasanya bungsu nya itu menghabiskan waktu di halaman belakang atau kawah berbunga yang baru-baru ini ia ketahui setelah membaca surat-surat di lumbung.

Dengan warna muka merah padam Robby melangkahkan kakinya ke dalam hunian "bisa-bisanya ia minta untuk tinggal disini setelah kekacauan yang ia buat kepada Emma" Marilyn menghampiri sang suami dan memberikan segelas air putih guna menenangkannya. "hinaan apa lagi yang ia ucapkan?" Robby tak membalas pertanyaan itu, ia sibuk dengan ingatannya tentang wajah keponakan yang tiba-tiba datang ke lumbungnya dan memintanya untuk tinggal di hunian Robby. "Emma tak mau makan, ini sudah hari ke berapa dan aku hanya melihat Edna yang menyantap masakanku" kali ini yang pria mengangguk.

"ada yang aku takutkan" ucap Robby pelan "jika mereka mengambil keputusan" Marilyn kini menatap sendu sang suami "tidak, aku tidak akan membiarkan itu." Robby merangkul istrinya lembut "hanya ketakutanku, sayang" jelasnya secara perlahan. Dari ruang dapur yang tak terhalang apapun dengan ruang tengah, Marilyn dapat melihat kamar tidur putrinya yang damai "kenapa disaat Emma sudah tenang saat mengetahui Mark ada di sekitar sini aku malah merasa kejanggalan?" tanya Marilyn dengan posisi pandangan masih setia pada kamar putri-putrinya. "hanya perasaanmu saja mungkin, sudahlah." Pinta Robby semakin menenggelamkan pundak sang istri di rangkulannya.

.

Edna selesai dengan kegiatannya, "tidurlah" dan hanya dibalas anggukan singkat dari sang adik. Tak lama setelahnya Edna terlelap begitu nyaman, berbeda dengan Emma yang membuka maniknya setelah diyakininya sang kakak telah terlalu jatuh ke alam mimpi. "aku tak bisa tidur, aku takut dengan mimpi itu" bisik Emma. Dirinya kini duduk memeluk lutut melihat keadaan rerumputan di luar sana, "Tuhan, aku ingin kau menjemputku, aku telah lelah dengan hidupku" bisiknya sepelan mungkin.

Beberapa kerikil mengetuk pelan jendela kamar Edna dan Emma mampu menginterupsi lamunan Emma. Awalnya ia abai namun ketika ketukan itu semakin nyaring ia coba bangunkan Edna agar menjauhkan orang yang sepertinya ingin mengganggu itu. Belum sampai jemarinya meraih pundak sang kakak, Emma bergidik kala wajah Mark berada di balik bidang kaca itu. Marilyn menghampiri jendelanya kemudian memasang raut yang tak dimengerti menatap manik pemuda di seberangnya. Jemarinya ia tempel di kaca, abai dengan buka tutup mulut Mark meminta agar ia membuka jendela.

Emma melirik sedikit sang kakak, kemudian jemarinya ia gunakan untuk membuka perlahan bidang kaca itu. "Emma" panggil pemuda itu sepelan yang ia bisa, ia hapal betul jika di jam seperti ini Edna biasanya masih terlelap. Yang dipanggil masih menatapnya keheranan. "keluarlah bersamaku" yang diminta membolakan matanya kemudian menunjuk dirinya sendiri memastikan jika pemuda itu tak salah ajak dan mendapat anggukan cepat dari Mark.

You In Me, The Twin [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang