Part 5: Who?

369 77 10
                                    

Suasana hening mewarnai acara makan siang Taehyung dan Jiyeon. Sebetulnya pikiran Taehyung sama sekali tidak berada di tempat itu, ia masih terbayang-bayang akan dekatnya hubungan Seulgi dan Jongin. Taehyung sendiri bingung mengapa ia memikirkan dua orang itu sampai sebegitunya, apa mungkin karena kebencian di dalam hatinya sudah mendarah daging sampai ia selalu memikirkan mereka.
 
“Jiyeon-ssi, tidakkah kau merasa hubungan Seulgi dan Kim Jongin itu terlalu dekat? Apa mereka sedang berkencan?” ucap Taehyung mengawali percakapan
 
Jiyeon terdiam, ia memandang Taehyung sebentar, lalu tersenyum kecil
 
“Seulgi dan Jongin memang seperti saudara, mereka sudah berteman sejak sekolah dasar”
 
“Di mataku mereka terlihat seperti pasangan kekasih” gumam Taehyung tanpa ia sadari.
 
Jiyeon memandang Taehyung dengan alis berkerut, “Ne? Kau barusan bilang apa?”
 
Taehyung tersadar dengan apa yang baru saja ia katakan, ia memandang Jiyeon dengan gugup, “Maksudku, mereka berdua terlihat cocok, mungkin karena level mereka sama”
 
Jiyeon tersenyum kecil melihat Taehyung yang salah tingkah
 
“Sebetulnya orangtuaku tidak suka melihat Seulgi dekat dengan Jongin” Jiyeon menceritakan scandal pertemanan antara Jongin dan Seulgi.
 
“Mengapa begitu?”
 
“Ayah Jongin adalah narapidana karena kasus korupsi, dan ibu Jongin wanita simpanan orang kaya. Orangtua kami merasa tidak seharusnya Seulgi yang merupakan putri keluarga terhormat bergaul dengan seseorang seperti Jongin” jelas Jiyeon kemudian.
 
Taehyung mengerti, memang orangtua mana yang rela melihat anaknya bergaul dengan anak narapidana. Tentu mereka ingin Seulgi bergaul dengan anak dari keluarga baik-baik.
 
“Lalu apa yang Seulgi lakukan?” tanya Taehyung mulai penasaran akan hal apa yang terjadi. Ia ingin tahu apa yang dilakukan oleh anak pembangkang seperti Seulgi dalam menghadapi orangtuanya.
 
Jiyeon terlihat berpikir, ia mencoba mengingat kejadian bertahun-tahun lalu saat orangtuanya menentang keras pergaulan Seulgi dengan Jongin
 
“Aku masih ingat jelas kata-katanya ketika menentang Abeoji, dia bilang tak peduli seperti apa latar belakang Jongin, karena baginya pertemanan tidak dilihat dari seberapa bagus latar belakang orang itu, yang ia lihat adalah ketulusan dan juga hatinya.”
 
Diam-diam Taehyung tersenyum tipis, sudah ia duga jika Seulgi akan mengatakan hal itu, “Adikmu memang gadis pembangkang”
 
“Ya, dia itu seperti burung elang, terbang bebas di langit tanpa mengkhawatirkan apapun. Terkadang aku ingin hidup seperti dia, tapi aku sadar tidak bisa sepertinya”
 
Taehyung tertegun, ia bisa merasakan jika Jiyeon merasa iri dengan kebebasan yang dimiliki Seulgi, ia merasa tidak ada binar bahagia di mata Jiyeon bahkan ketika mereka sedang bersama.
 
“Jiyeon-ssi, apa kau masih belum bisa menerima pernikahan ini?” tanya Taehyung dengan hati-hati
 
“Menurutmu bagaimana? Sudahkah kau juga bertanya pada dirimu sendiri?”
 
Jiyeon menjawab penuh dengan teka-teki, membuat Taehyung berpikir apakah dirinya sendiri sudah menerima pernikahan ini dengan lapang dada? Apakah ia bisa bahagia dengan pernikahannya dengan Jiyeon?.
 
“Mungkin hubungan kita memang bukanlah hubungan yang sehat, tapi Jiyeon-ssi aku tidak pernah main-main dengan hubungan ini. Cinta bisa tumbuh seiring berjalannya waktu, kukira tidak sulit untuk jatuh cinta pada wanita luar biasa sepertimu” ucap Taehyung mantap, biar bagaimanapun ia adalah anak yang berbakti dan juga seorang pria sejati. Ia tak mungkin mundur dan menentang orangtuanya hanya karena alasan tidak mencintai Jiyeon.
 
“Benarkah? Mungkin saat ini kau bisa berkata seperti itu, bagaimana jika akhirnya kau jatuh cinta namun orang itu bukanlah aku?” Jiyeon berkata ragu, menarik ulur perasaan Taehyung hingga membuat pria itu sedikit tersinggung.
 
Dengan mata tajamnya, Taehyung menatap Jiyeon dengan berani, berusaha memberitahu bahwa ia tak akan bersikap bodoh hanya karena cinta.
 
“Itu semua tidak mungkin terjadi, kau bisa menyebutku ketinggalan zaman atau apapun itu, tapi sampai sekarang aku belum pernah jatuh cinta pada wanita manapun”
 
“Apa itu benar? Aku tidak yakin”
 
Lagi-lagi Taehyung terdiam, kata-kata Jiyeon selalu berhasil membuatnya berpikir ulang.
 
“Kau mencoba menebak isi kepalaku?” desis Taehyung tak senang dengan sikap Jiyeon padanya
 
“Aniya, kau mungkin sudah jatuh cinta tanpa kau sadari Taehyung-ssi”
 
Sudah cukup, ia lelah menghadapi Jiyeon yang terlalu misterius. Terkadang ia merasa Jiyeon sedang menyembunyikan sebuah rencana dibelakangnya. Terkadang ia pikir, Jiyeon sedang menyimpan bom waktu dan kemudian melemparkan bom itu diwaktu yang tepat.
 
***
Seulgi meringkuk di matras kecil yang menjadi alas tidurnya saat ini. Hal paling menyebalkan dari shift malam adalah kenyataan kalau ia tidak bisa tidur nyaman dan harus tetap terjaga jika terjadi keadaan darurat. Teman satu shiftnya sedang berkeliling mengontrol keadaan pasien di bangsalnya, dan Seulgi yang sudah menyelesaikan tugasnya memilih tidur.
 
Phonselnya berbunyi nyaring, Ia melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul tiga pagi, siapa orang kurang kerjaan yang menelpon jam segini? Seulgi merasa begitu kesal hingga ia terus mengumpat saat hendak meraih phonselnya.
 
“Yeobosseo? Siapa ini?”
 
Seulgi-ya.. ini eonni”
 
Umpatan yang ingin Seulgi keluarkan langsung ia tahan ditenggorokan, mana mungkin ia berani mengumpat pada kakak kesayangannya.
 
“Ada apa? Mengapa eonni menelpon jam segini?”
 
“Bisakah besok kau membantuku? Aku harus melihat hotel dan juga katering untuk pernikahanku dengan Taehyung, tapi ada keadaan darurat di perusahaan. Aku harus ke new york dan menyelesaikan masalah itu”
 
Mendengar permintaan Jiyeon, membuat mata Seulgi melotot tajam. Apa-apaan ini? Bukankah itu artinya ia harus berurusan dengan Kim Taehyung? Itu adalah hal yang sangat tidak ia inginkan
 
“Mengapa harus aku? Aku tak tahu apa-apa soal persiapan pernikahan” protes Seulgi, ia benar-benar tak mau melakukan hal yang berhubungan dengan Taehyung.
 
“Kau adalah adikku, kau tahu seleraku dan apa yang kusukai, bekerja samalah dengan Taehyung, arraseo”
“Eonni merepotkan sekali,”
 
“Aku tahu kau tidak bisa menolak permintaanku”
 
Benar, memang ia tidak pernah bisa menolak keinginan Jiyeon. Karena itulah ia akan melakukannya walau hatinya merasa terpaksa.
 
“Kau menyebalkan, baiklah aku akan membantumu”
 
“Gomawo dongsaeng-ah”
 
Sambungan telepon mereka terputus, Seulgi menatap phonselnya dengan raut wajah bingung. Suara kakaknya begitu lirih dan membuatnya merinding, sebetulnya apa yang sedang terjadi? Mengapa firasatnya tidak enak?.
 
*
Setelah selesai menekan fingerprint, Seulgi bergegas keluar dari ruangannya setelah menyapa beberapa dokter yang bertugas jaga pagi.
 
“Dokter Kang, ada yang mencarimu didepan”
 
“Benarkah itu, siapa?” tanya Seulgi bingung karena ia merasa tak punya janji dengan siapapun.
 
“Dia tidak menyebutkan namanya, tapi dia adalah seorang namja yang sangat keren”
 
“Ah baiklah, terima kasih infonya Dokter Seo”
 
Seulgi langsung berlari menuju lobi, mencari tahu siapa namja yang mencarinya. Namun langkahnya tiba-tiba melambat saat ia menemukan sosok itu berdiri dengan sok keren sambil terus melihat jam tangan.
 
“Taehyung sunbae? Mengapa kau disini?”
 
Taehyung menoleh saat orang yang ditunggunya akhirnya tiba, ia berdecak tanda tak menyukai keberadaan Seulgi didepannya.
 
“Kau kira apa? Tentu saja aku menjemputmu, bukankah hari ini kau akan membantuku mengecek persiapan pernikahanku dengan kakakmu?” jawab Taehyung dengan malas,
 
Ia kesal sekali ketika Jiyeon mengatakan kalau dirinya harus ke new york hari ini, dan meminta bantuan Seulgi agar menemani Taehyung mengecek persiapan pernikahan mereka.
 
Seulgi mengingat permintaan kakaknya di telepon dan mengangguk dengan lemas, “Ah benar juga, tapi sebelum itu antar aku pulang dulu. Aku tidak mungkin berpenampilan seperti ini”
 
Taehyung tersenyum mengejek, “Bahkan meskipun berdandan, wajahmu tetap saja jelek”
 
“Mwo? Kau barusan bilang apa!”
 
“Kau sudah dengar, jadi aku malas mengulanginya”
 
Rasanya ia ingin sekali menendang Taehyung ke laut, kata-kata namja itu begitu berbisa dan sulit dikontrol membuat emosinya selalu naik ke permukaan.
 
*
Seulgi berbalik dan menatap Taehyung dengan aneh, pasalnya ia sedang berencana memasuki apartemennya namun namja itu terus mengekor dibelakang.
 
“Mengapa kau mengikutiku?” tanya Seulgi mulai sewot
 
“Aku harus memastikan agar kau segera bersiap, jika aku menunggu di basemant kau pasti akan menjadi siput lelet dan kembali membuang waktuku”
 
Lagi-lagi Seulgi mencoba menahan emosinya, ia berkacak pinggang menatap Taehyung seolah ingin mengajaknya berkelahi.
 
“Kau kira aku ini apa? Kau pikir aku tidak menghargai waktu? Bagi seorang dokter, waktu adalah hal yang penting. Bahkan telat sedetikpun itu bisa berbahaya bagi pasien”
 
Seulgi berteriak tak terima, pekerjaannya membuat Seulgi harus memperhatikan waktu dengan baik. Ia bukan tipe orang yang akan membuang waktu hanya untuk hal tak berguna.
 
“Tapi aku bukan pasienmu, siapa tahu kau akan meremehkan soal pentingnya waktu jika padaku” balas Taehyung dengan wajah menyebalkannya.
 
Seulgi komat-kamit menyalurkan rasa kesalnya. Namun ia merasa harus mengalah karena dirinya yang paling waras disini.
 
“Terserah, aku lelah berdebat denganmu”
 
Ketika pintu apartemen dibuka, tanpa ragu Taehyung langsung memasukinya sebelum Seulgi mempersilakannya masuk. Seulgi hanya melongo melihat tindakan Taehyung yang menurutnya tak sopan.
 
“Sunbae, apa kau selalu bersikap begini pada orang lain?” tanya Seulgi dengan wajah merah padam menahan kesal.
 
“Aniya, aku hanya begini padamu. Aku senang setiap kali kau kesal” jawab Taehyung memamerkan senyum tak berdosanya,
 
“Dasar brengsek”
 
Seulgi merutuk sembari berlalu mengambil pakaiannya di lemari. Dan diam-diam Taehyung mengamati isi apartemen Seulgi. Apartemen ini tidak terlalu besar, namun ia akui Seulgi cukup pintar menata dekorasi sehingga terlihat luas.
 
Iseng, Taehyung membuka sebuah nakas yang berada tepat disampingnya. Dan ia menemukan seuah buku kecil yang menarik perhatiannya. Saat dirasa Seulgi sedang berada di kamar mandi, ia langsung membuka buku itu dan melihat isinya.
 
Kata-kata di dalam buku itu membuat Taehyung sangat terkejut.
 
Aku benci hidupku, Abeoji tidak pernah menyayangiku, dia selalu menyindirku dan menghina semua yang kulakukan. Aku ingin mengiris pergelangan tanganku, rasanya hidup begitu berat.
 
Tapi, jika aku mati apa yang akan terjadi selanjutnya? Bagaimana jika hidup ternyata sangat indah di masa depan? Aku ingin melihatnya, aku ingin menikah dan menggendong bayi kecil dalam pelukanku.
 
Aku harus bertahan hidup, tak peduli bagaimana sulitnya hidup ini, tak peduli betapa Abeoji membenciku. Aku tetap harus bertahan... teman-temanku selalu ada untukku, dan siapa tahu aku bisa merasakan sesuatu hal seperti cinta.
 
Aku ingin membantu orang lain dan memperbesar harapan hidup mereka, aku ingin menyelamatkan banyak orang..
 
Bisakah aku?... aku bodoh dan tidak bisa apa-apa, guru-guru begitu meremehkanku. Bukan hanya mereka, namun semua orang meremehkanku.
 
Aku harus belajar, walau buku itu memuakkan. Walau membaca itu menyebalkan, aku tetap harus belajar. Akan ku bungkam mereka semua dengan pencapaianku
 
Tak akan kubiarkan mereka meremehkanku, karena aku adalah Kang Seulgi.
 
Taehyung tak bisa berkata apa-apa lagi setelah membaca diary Seulgi, tiba-tiba rasa kesal dan juga dendam itu lenyap begitu saja dalam hatinya. Ia menutup buku itu dan mengembalikannya ke tempat semua.
 
Dalam diamnya Taehyung berpikir dalam, mengapa jantungnya terus berdetak kencang.. mengapa perasaanya menjadi tak karuan. Mungkinkah dia jawabannya?.
 
***
Update hari ini, jangan lupa vote comentnya guys.

Author bikin cerita baru judulnya Rainy Days Vseul juga loh. Buruan cek di my story.

Tomorrow Better than YesterdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang