2.

277 58 0
                                    

"Hei," 

Bertingkah seolah kenal dan akrab membuat pria yang Jimin sapa menoleh. Meneliti setiap inci. Membuat Jimin sedikit kikuk ditatap seperti itu. 

"Aku tau kau kakak dari Jungkook. Kemarin kita bertemu di kafe." 

Pria itu masih menatap datar Jimin. Terlihat tidak peduli dengan ucapannya. Tapi mendengar nama Jungkook disebut membuat atensinya teralihkan. 

"Kau tau kelas Jungkook hari ini?" 

"Sebenarnya tidak," Jimin menggaruk belakang kepalanya dan tersenyum, "tapi bisa aku cari tau kalau ada yang perlu kau sampaikan padanya." 

"Bekal makannya tertinggal. Tadi juga dia tidak makan pagi. Bisa kau berikan padanya?" 

"Bisa." Jimin menerima dengan senang hati. "akan ku pastikan ini sampai ke tangan adikmu."

Ekspresi lega sedikit terlihat di wajahnya. "Terimakasih." 

Jimin terdiam sesaat, menatap lekat. Nyatanya dari dekat sorot mata pria di hadapannya terlihat lebih jelas. Kedua manik itu melihatnya dengan tatapan kosong. Seolah tidak ada kehidupan di dalamnya. 

"Namamu?" Ucap Jimin tiba-tiba. Tatapannya tidak beralih sedikitpun. Merekam jelas saat pria berkulit pucat itu menaikan sedikit alisnya. 

"Hanya bertanya. Kalau kau—"

"Yoongi. Min Yoongi." 

Jimin tersenyum miring. Tangan kanannya terangkat, mengajak berjabat tangan. "Park Jimin." 

Yoongi melirik sekilas, menyambut uluran tangan Jimin. Hanya beberapa detik, ia langsung melepas genggaman tersebut. Yoongi tersenyum, manis pikir Jimin. Tapi Jimin merasa senyum yang ditampilkan Yoongi sangat aneh. Tidak tulus. Terkesan dipaksa.

Yoongi tidak berkata apa-apa setelahnya hanya membungkukkan tubuhnya sebelum berbalik melangkah pergi. 

Pergi begitu saja setelah apa yang ia inginkan sudah terpenuhi. Namun Jimin masih diam di tempat memperhatikan Yoongi menjauh sampai benar-benar tidak terlihat lagi barulah ikut berbalik. Mencari Min Jungkook. 

.


.


.



.




.



.




"Titipan dari kakakmu. Sampaikan salamku padanya yaa." 

Seru Park Jimin seraya menaruh secara kasar kantung bekal di meja, tepat di hadapan Jungkook. Beberapa teman Jungkook yang lain ikut memberikan atensi pada Jimin. Mereka malah sedikit tersipu begitu Jimin menyugar rambutnya ke belakang. Tampannya bukan main. Tidak baik untuk kesehatan hati mereka. 

Berbeda dengan Jungkook yang mematung sesaat, sebelum menyemburkan pertanyaan. "Kakakku? Kau bertemu dimana? Kenapa bisa kau bertemu dengannya? Sekarang dia dimana?" 

"Easy.. Jungkook." Jimin mendudukan tubuhnya di kursi yang berhadapan langsung dengan jungkook, "aku bertemu Yoongi saat dia berdiri di taman depan kampus. Mencarimu karena—" 

"Kau tau namanya?" Jungkook menukas, bangkit dari kursinya. 

"Kami berkenalan." 

"Sudah ku bilang cari pria atau wanita lain! Jangan kakakku!"

Pekikan Jungkook menggelegar di ruangan tersebut. Total menjadi perhatian orang-orang. Jimin mengernyit tidak suka, 

"Jangan berlebihan, bodoh. Kau pikir aku akan mencekiknya secara diam-diam. Kami hanya berkenalan itupun karena tidak sengaja bertemu." Jimin membalas kesal. Menatap sengit Jungkook yang juga menatapnya penuh emosi. 

Jimin ikut beranjak dari kursi. Berdiri berhadapan dengan Jungkook. Mendesiskan kalimat, "Jaga sikapmu, idiot. Aku seniormu di sini. Bagaimana bisa kau adik dari Min Yoongi? Pria baik hati yang beberapa saat lalu memberikan sepotong roti pada seorang pengemis." 

Mendengar hal itu Jungkook merasa kepalanya baru hantam palu besar. Tergesa-gesa membereskan barang-barangnya dan lari ke luar ruangan. Sempat tidak sengaja menyenggol bahu Jimin hingga agak sempoyongan. 

"Maaf, kak." 

Jimin menoleh mendapati adik tingkatnya—teman Jungkook—menundukan kepalanya berkali-kali, meminta maaf. 

"Jungkook memang agak sensitif jika berbicara tentang kakaknya." 

Jimin juga menyadari hal itu, "Kenapa?" 

"Jungkook tidak pernah memberitahu alasannya. Yang pasti keluarganya—agak rumit." 

HEAL ME [MINYOON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang