Beberapa bulan berlalu dan dunia masih berputar pada tempatnya. Hidup masih terus berlanjut.
Jam hampir menunjukan pukul dua pagi. Bekerja dibanyak tempat membuat tubuh lelah bukan main. Sepulangnya dari bekerja lalu melangkahkan kaki menuju flat yang disewa murah. Keadaan memaksa untuk tinggal di sana. Rumah peninggalan orang tuanya terpaksa dijual karena di tempat itu terdapat banyak hal yang ingin dilupakan. Rasanya akan sulit jika masih menetap di rumah tersebut.
Belakangan ini Yoongi memikirkan beberapa hal dan salah satunya membuat setiap harinya penasaran. Langkah kakinya terhenti begitu melihat seseorang berpakaian lusuh dan kumal sedang membongkar isi tempat sampah.
"Di rumahku ada makanan yang lebih baik daripada sampah yang kau pegang."
Orang itu menoleh, menatap Yoongi tertarik. "Aku sangat senang kalau bisa memberikan sedikit untukku."
Merasa sangat tertolong dan pria tua tadi tidak segan-segan menambah makan untuk piring keduanya. Meski hanya nasi dan beberapa potong gulungan telur cukup membuat perutnya terisi. Berhari-hari ini ia hanya makanan sisa yang ditemukan di tempat pembuangan.
Yoongi memperhatikan dalam diam. Bagaimana lahapnya pria itu makan lalu sesekali tersenyum ke arahnya seolah mengucap terima kasih. Yoongi terlihat berpikir dengan kening mengerut dalam. Jari tangannya mengetuk-ketuk meja, menunggu.
Selagi orang itu sibuk dengan kegiatannya Yoongi beranjak dari tempatnya. Berjalan pelan dan berhenti tepat di belakang orang tersebut sembari menggenggam erat pisau di sisinya. Ia mengangkat tinggi pisau lalu menancapkan ke arah leher kanan pria tadi.
Sontak pria paruh baya tersebut menjatuhkan sendok yang dipegangnya. Menoleh pada Yoongi dan berteriak tertahan sebab benda pipih tadi masih bertengger di lehernya. Menusuk cukup dalam hingga ia tergeletak di lantai.
Yoongi menyunggingkan senyum ketika pria itu terlihat mencoba menggapai dirinya. Meminta pertolongan dengan suara tidak jelas seperti tercekik. Ia berlutut di sampingnya kembali memegang pegangan pisau tersebut lalu menekannya keras.
Hal itu membuatnya semakin mengejan kesakitan. Wajahnya memerah dengan nafas tersendat. Pria itu mencengkram tangan Yoongi, menghentikannya namun sia-sia. Derasnya darah mengalir dari lehernya yang sedang ditekan kuat oleh Yoongi dengan besi pipih. Merobek pita suara. Beberapa menit bertahan akhirnya pria itu melemas dan mati seketika.
Yoongi menghirup aroma darah segar seolah favoritnya sebelum menoleh ke belakang. Mendapati adiknya mengintip dari celah pintu kamar, menatapnya takut dengan air mata yang menetes.
"Tidak apa-apa, Jungkook. Aku sedang membalaskan apa yang dirasakan ibu kemarin."
KAMU SEDANG MEMBACA
HEAL ME [MINYOON]
Mystery / ThrillerTrauma. Satu kata itu bisa berakibat pada kegagalan hidup seseorang. Segelintir kejadian di masa lalu yang tak kunjung hilang. Malah menciptakan masalah baru di kehidupan yang sekarang. Siapapun yang melihatnya mungkin berpikir ia normal layak man...